10. Pertama kali ke club

1047 Words
Si bos menghela napas. Dia melirik ke jendela kaca dan melihat Azka sedang keluar dari mobilnya. "Kamu hati-hati , selalu kabari saya." Aku hanya mengangguk. "Janji?" Tegasnya lagi "Iya janji." Akhirnya aku menatap manik cokelatnya. Sorot matanya tersirat rasa sedih mungkin juga kecewa. Entahlah. Tapi saat aku menatapnya , aku merasa sedih dan tak enak hati. Aku pergi meninggalkannya. Si bos masih menatapku. Saat aku keluar , Azka sudah tersenyum menyambutku. Kami masuk menuju mobilnya. Dia masih sumringah. Aku? Entahlah , perasaan apa ini? Ada rasa sedih. Kecewa. Rasa bersalah. Mobilpun melaju keluar gedung kantor. Ku melirik dari kaca jendela sebelahku , si bos masih berdiri dengan kedua tangannya dimasukkan ke saku celananya, melihatku dari jendela kaca besar di koridor tadi. Ah , rasanya hatiku patah. Rasanya seperti aku sedang berselingkuh darinya. Sepanjang jalan , aku hanya diam di dalam mobil. Azka bercerita kegiatan hari ini yang katanya , dia sedang berencana bisnis bersama temannya dalam menjual sepeda. Aku hanya mendengarkan dan tersenyum menanggapi nya. "Sayang , kamu kenapa? Kok dari tadi diem aja?" Azka menggenggam jemariku sambil matanya tetap fokus mengemudi. "Enggak apa-apa. Aku capek aja." Jawabku. Azka hanya mengangguk. Dan dia fokus kembali mengemudi. Akhirnya kami sampai di bioskop. Aku duduk di lounge , menunggu Azka membeli tiket dan aneka cemilan buat nanti kita nonton. Tak lama , Azka datang. "Nanti ikut aku yuk ke acara birthday party temanku." Azka duduk sambil meminum sodanya. "Aku enggak bawa baju ganti. Kamu aja jalan sendiri ya?" "Aku udah beliin kamu gaun kok , ada di mobil aku. Toh besok kan Minggu , kamu libur kerja." "Okay. Tapi nanti anterin aku pulang jangan terlalu malam ya Az?" "Okay." Azka tersenyum sambil mengacak rambut atasku. Tidak lama dari pengeras suara terdengar bahwa film yang akan kami tonton segera dimulai. Kami bergegas masuk pintu teater yang tertera di tiket dan mencari nomor kursi kami. Entah film apa yang Azka pilih. Aku memilih memejamkan mata. Bersender pada kursi empuk bioskop. Azka menggenggam jemari kananku. Tak lama aku merasakan bibirku di kecup oleh Azka. Aku menoleh kearahnya , dan dia mulai melumat bibirku. Aku hanya diam. Tidak meresponnya. Azka menikmati ciumannya , dia tidak memedulikan aku yang tidak merespon ciumannya. Agak lama , aku melepaskan ciumannya. Aku mendorong pelan tubuhnya. "Aku capek sayang. Udah dulu ya" tolak ku halus Azka napasnya masih tersengal-sengal. Dia hanya tersenyum. Dan dia menatap layar bioskop. Menonton dengan serius. Aku sudah tertidur. Lelah. Hatiku yang lelah. "Sayang... Bangun. Filmnya udah selesai" Azka berbisik tepat ditelinga ku. Aku langsung membuka mataku. "Ya Tuhan , aku tidur ya?" Masih belum ingat aku ternyata tidur di dalam bioskop. Kami keluar bioskop dan menuju restoran Jepang cepat saji. Kami makan dulu sebelum berangkat ke acara birthday party temannya Azka. Setelah makan , kami menuju parkiran. Azka mengambil paper bag di jok belakang dan memberikannya padaku. "Ini. Kamu ganti baju di mobil aja. Aku tunggu di luar." Aku menerima paper bag itu dan segera masuk kedalam mobil. Aku menutup pintunya dan segera mengganti kemeja kerjaku dengan gaun malam yang dibeli Azka. Untung saja warna gaun dan sepatu heels ku berwarna hitam , jadi memang cocok. Azka berdiri dekat pintu ku. Aku mengetuk kaca di sebelahku , memberitahu bahwa aku sudah selesai mengganti pakaian. Azka masuk mobil dan segera menyalakan mobilnya. "Kamu cantik banget sayang" puji Azka sambil mengelus pahaku yang hanya memakai gaun sebatas lutut. "Tangan tolong dikondisikan ya" aku mendelik kearahnya Dia tertawa. Aku hanya memoles make up ku tipis karena sudah luntur akibat kerja. "Aku kasih tahu ibu dulu kalau aku pulang malam" ucapku sambil mengambil ponsel ditasku. "Ibu , Mika pulang malam ya , ada acara ultah teman Azka." Itu isi pesanku pada ibu. "Saya mau ke Club Heaven sama Azka , karena ada bday party temannya." Isi chat ku untuk bos. Aku memberitahunya , karena aku sudah janji. Tak lama pesan pun bersambut. "Jangan ikut! Club malam enggak baik buat kamu. Bahaya Mika" Isi pesan bos. "Saya sama Azka , bos enggak perlu khawatir. Dia pasti jaga saya. Toh besok kan hari Minggu." Balasku Ponsel ku buat mode getar dan kumasukkan kedalam tasku. Aku berasa ponselku bergetar terus. Aku tidak mau mengangkat nya , aku yakin si bos yang menelepon. Mobil pun melaju menuju club yang dimaksud. Setelah memarkirkan mobil di basement. Kami masuk Club , banyak penjagaan oleh pria-pria berbadan kekar. Kami masuk dan Azka menggandengku menuju meja yang ternyata sudah banyak orang yang sedang meminum bir dan aneka macam minuman alkohol lain yang aku tidak tahu. "Woy , Ka. Dateng juga Lo " sapa laki-laki putih yang ternyata bernama Bagas. Dialah orang yang sedang berulang tahun. Teman-teman Azka banyak yang menatapku dengan mata genitnya. Aku risih. Berasa ditelanjangi. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Club. Teman-teman Azka ada yang sudah bersama wanita sedang b******u , bahkan ada yang sudah .. ah entahlah. Ada yang wanitanya sudah setengah telanjang. Hanya memakai bra dan celana dalam saja sedang mencumbu pria yang hanya menikmati cumbuan wanita itu. "Cantik. Ini bookingan elo Ka?" Tanya pria yang lain "Anji**. Ini cewek gue kampret." Jawab Azka. "Whoooo , cantik juga cewek Lo Ka. Hai , gue Jodi. Sexy juga Lo " ucap pria tadi sambil mengenalkan dirinya. Matanya melihat ku dari atas sampai bawah , seperti sedang menilai suatu objek. Sangat enggak nyaman dengan suasana seperti ini. Azka meminum cairan alkohol yang tersedia di meja.  "Aku pesan orange juice dulu ya buat kamu" Azka pamit ke meja bar memesan minuman untukku. Aku duduk sendiri di pojokan. Melihat gemerlapnya Club ini. Terlihat wajah-wajah pengunjung penuh gairah. Aku lihat Jodi menghampiri Azka di meja bar.  Disini bising sekali , dentuman musik progresif dan kadang berganti dengan musik edm yang sedang hits sekarang ini. Lalu Azka dan Jodi datang menghampiriku. Azka memberi orange juice kepadaku. Jodi melirikku dengan mata mesumnya. "Temen kamu Jodi , genit ih. Aku enggak suka dekat-dekat dia" aku mengadu pada Azka. "Tenang aja , dia emang gitu." Azka menenangkan aku. Aku meminum orange juice langsung menghabiskannya. Tenggorokanku berasa kering , melihat adegan dewasa live  di Club ini. Sesaat aku seperti sedang melihat Nisa , teman kantorku. Dia sedang meliuk-liukkan tubuhnya dilantai dansa. Ada seorang pria yang sedang memegang pinggulnya. Karena lampu disini remang-remang , aku tidak bisa jelas memastikan bahwa itu adalah Nisa. Bisa saja wanita yang mirip dengannya kan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD