2. Lunch with Boss

1071 Words
Azka senang menciumku didalam gedung bioskop daripada menikmati film yang diputar , dia akan menciumku mesra. Dan ia menyentuhku hanya sebatas pahaku saja. Dadaku belum pernah disentuh olehnya. Karena aku memang memintanya agar menjaga batasan. Dia harus puas mengelus-elus pahaku saja. Terdengar kolot kah diriku? Biarlah. Karena aku merasa , walau sekedar berciuman saja , desir gairah seringkali muncul. Dan aku takut dengan itu. Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku. Aku tidak mau merusak masa depanku. Walau jaman sekarang , katanya s*x before married atau making s*x atau having s*x atau apalah itu adalah biasa. Tapi aku masih tetap mempertahankan hal itu buat suamiku kelak. Walau seringkali pertahanannya rubuh , pernah ia hampir saja meremas payudaraku saat dimobil. Ia sudah benar-benar merasa gairahnya memuncak. Untung saja kami langsung tersadar. Aku segera mendorong tubuhnya. Ya aku takut. Jika bablas , aku belum siap melepas segel keperawanan ku padanya. Aku enggak mau hidup sama dia yang masih diatur oleh mamanya. Walaupun aku cinta Azka , tapi untuk hidup bersamanya perlu kupikirkan matang-matang. Setelah ia mengantarkanku sampai depan rumah. Aku masih berdiri saat mobil Azka mulai menghilang dari pandanganku. Aku berbalik membuka pagar rumahku , tiba-tiba.... "Malam Nona Mikayla." Seorang pria paruh baya berjas hitam rapih datang menghampiriku. "Iya malam" jawabku melihatnya. Aku kenal dia , dia adalah Pak Dani yang biasa datang ke rumahku sebagai penghubung komunikasi antara aku dan keluarga kaya yang memberi beasiswa pada ku. "Mohon besok , setelah Nona pulang kantor , saya akan menjemput Nona didepan kantor untuk menemui Tuan kami. " Jelas Pak Dani "Orang yang membiayai saya mau ketemu dengan saya maksudnya Pak?" Tanyaku memperjelas "Iya , beliau minta bertemu" Pak Dani "Enggak usah repot menjemput , saya akan datang sendiri Pak." Aku "Tidak bisa Nona. Ini perintah Tuan" Pak Dani "Maaf Pak Dani , saya akan datang sendiri. Tidak usah dijemput. Saya sudah terlalu banyak merepotkan keluarga itu. Jadi tolong , kali ini saya akan datang sendiri. Saya minta alamatnya saja." Aku "Baiklah. Nanti Tuan akan menunggu Nona di restoran 'White Factory' . Mohon jangan lupa ya Nona." "Baik , terima kasih Pak Dani." "Baik , saya pamit dulu Nona. Selamat malam dan jaga diri anda." Pak Dani menunduk hormat dan pamit pergi , lalu ia memasuki mobil Mercy sedan hitam yang sepertinya sedari tadi sudah ada disitu. Berarti Pak Dani menungguku sampai aku pulang. Untung tadi pas Azka mengantarku kerumah , kami tidak berciuman lagi. Jika iya , sungguh memalukan dilihat Pak Dani. * * * Hari ini aku seperti biasa , sebelum berangkat ke kantor , aku selalu membantu ibuku dari shubuh. Sekitar jam 07.00 pagi aku bergegas ke kantor naik busway. Sudah sesak saat kunaiki bus tersebut. Dikantor juga seperti biasa , sangat sibuk. Aku menelepon ke Kalimantan. Ada proyek disana dan bermasalah. Kami mengerjakan proyek pemasangan tower salah satu provider terbesar di Indonesia. Dan pemasangan tower tersebut terletak di daerah sangat terpencil , bisa dibilang dihutan lah. Benar-benar pedalaman. Warga pribumi disana ada yang mencuri kabel dan besi-besi kami. Mau di tegur , orang kita juga pada ketakutan. Warga disana sudah pasang badan membawa tombak dan panah. Bagaimana mau berdiskusi. Keluar dari lahan proyek saja sudah bergetar. Aku bekerja sebagai sekretaris kantor. Bos ku pria matang. Baik dan sopan. Tunggu ! Ini bukan cerita percintaan antara sekretaris dan bosnya ya. Aku hanya menceritakan sosok bos ku saja. Awalnya aku bekerja sebagai sekretaris pribadi Pak Mario. Oiya bos ku berumur 36 tahun. Masih lajang. Kekasih? Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Namanya Mario Junior Hadinata. Tampan. Pria matang yang dewasa. Sopan. Dan sangat ramah dengan para pegawainya. Idaman banget kan? Dia bukan sosok yang dingin seperti di novel-novel loh. Tapi dia juga bisa tegas pada saat fokus mengenai pekerjaan. Apalagi jika ada kesalahan , bos ku tidak akan diam saja. Aku menjadi sekretaris pribadinya hanya bertahan 2 bulan. Aku tidak sanggup mengimbangi jam kerjanya. Sebagai sekretaris pribadi , tentu saja jam kerja tidak seperti karyawan pada umumnya. Dan aku enggak sanggup. Karena aku juga kan harus kuliah malam. Untung saja , Debby , sekretaris kantor awalnya mau bertukar posisi denganku. Bos juga enggak masalah. Bersyukurlah aku. Sebagai sekretaris , aku tentu saja mendapat beberapa fasilitas dari kantor. Seperti ponsel pintar 1 buah , iPad , laptop dan mobil beserta supirnya. Aku tidak ambil fasilitas mobil. Aku merasa malu dengan keadaan rumahku yang sangat sangat sangat sederhana. Aku ambil semua fasilitas kantor yang lainnya. Aku menghela napas panjaaaang sekali , sembari menyenderkan punggungku di kursi kantorku yang empuk ini (fasilitas sekretaris enak loh). "Gimana yang di Kalimantan? Tetua adat disana mau diajak berdiskusi?" Tiba-tiba Pak Mario sudah ada disamping mejaku. Aku langsung menegakkan tubuhku dikursi "Iya untungnya mau , terus Pak Madi disana juga mulai beranikan diri muncul ke penduduk untuk bicara sama tetuanya." Jelasku "Hmmm..." Si bos manggut-manggut aja. "Udah ayo makan siang sama saya" ini lebih tepatnya perintah ya. Bukan permintaan suatu ajakan. "Eh , itu bos... Saya ..." "Udah ayo , Pak Rustam udah nunggu dimobil" potongnya sembari mengetuk meja kerjaku dengan telunjuknya Akhirnya aku ikut saja. Si bos emang enggak bisa dibantah atau ditolak. Sebenarnya si aku segan ya makan siang bareng bos. Karena bagaimanapun pandangan orang lain itu , sekretaris dan bos makan bersama , seakan-akan ada affair. Dan aku enggak suka dengan pemikiran itu. Walaupun kita enggak ada apapun. Kami sudah di mobil. Pak Rustam yang nyetir. Iya beliau supir bos ku. Baik orangnya , ramah , orang Jawa asli. Aku duduk di jok depan dan si bos duduk dibelakang. Kami berbicara masih seputaran masalah kantor. Oiya , Debby sekretaris pribadi si bos enggak ikut makan , soalnya kata si bos , dia udah ada janji sama pacarnya. Kami sudah direstoran dekat kantor. Sebenarnya enggak jauh banget si , hanya saja kalau jalan kaki ya pasti jauh . Hahaha... Kami sudah memesan makanan yang ingin kami makan. Aku pesan nasi sop iga , jus strawberry tanpa s**u dan perkedel. Semua kesukaanku. Mumpung dibayarin si bos , aku pesan sop iga yang harganya mahal menurutku dan aku jarang sekali bisa beli. Kesempatan kan? Hehehe.. Si bos pesan makanan kesukaannya juga. Aku kenapa bisa tahu? Sudah 3 tahun aku bekerja padanya , jadi sudah hapal sekali apa yang dia suka dan tidak. Dia pesan iga bakar madu dan es jeruk murni. Pak Rustam memesan bebek goreng dan es teh manis saja. Kami sesekali berbincang ringan masih seputaran pekerjaan tentunya. Kami bercanda juga , tertawa dengan lelucon Pak Rustam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD