5. Belajar mencintai saya!!

1078 Words
Mobil dibanting stir kekiri jalan dan berhenti dengan si bos mengerem mendadak. Aku kaget , aku berpegangan pada dashboard mobil. Dia membuka seatbeltnya , mendekatkan tubuhnya kearahku dan kedua tangannya memegang bahuku. Aku bingung. Masih syok karena kaget karena rem mendadak. Jadi belum merespon tindakan tangannya yang berada di bahuku. "Kalau begitu , kamu belajar mencintai saya. Kamu pintar kan? Saya yakin kamu akan cepat belajar untuk mencintai saya" ucapnya dengan suara pelan dan dalam. Aku masih bengong. Dia menciumku. Lalu melepasnya , dia menatapku lebih dalam dan mencium bibirku lagi. Aku tidak merespon , masih melihatnya menciumku. Lalu ia menggigit pelan bibir bawahku dan sekejap aku mengeluarkan desahan pelan karena kaget dengan tindakannya. Mataku terpejam. Mulutku terbuka dia langsung memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Dia cium berulang-ulang bibir bawahku , lalu bibir atasku. Dia tekan tengkuk kepalaku , agar ciumannya semakin dalam. Tubuhku berasa bergetar , ada gejolak aneh. Merinding. Aku tidak tahu apa. Ciumannya beda dari Azka. Ada rasa yang berbeda. Tercium parfumnya bercampur dengan aroma tubuhnya. Harum. Seketika dadaku bergemuruh , berdebar-debar. Entahlah. Sakit jantung kah aku karena kebanyakan minum kopi? Aku tersadar , aku membuka mataku. Lalu kudorong tubuhnya cepat. Akhirnya ciumannya berakhir. Eh? Kok aku rada sedikit kecewa ya pas ciumannya lepas.? What?? NO!! Mikayla masih waras! Stop! "Bapak enggak ada akhlak. Main serobot aja." Ucapku akhirnya Dia tersenyum. "Manis. Rasa strawberry tanpa s**u" godanya. Lalu dia mengelap bibirku yang basah akibat ciumannya dengan jempolnya. Ahh... Pengertian sekali. Hell NO!!! Kayaknya otak udah mulai keracunan gara-gara ciuman dadakan dia. "Dasar m***m" "Bukannya kamu suka yang m***m-m***m?" "Saya baru tahu wajah asli Bapak , ternyata semesum ini" ejek ku "Cocok dong sama kamu yang liar ini" "Apa sih!?" "Ayo, kamu mau 'main' dimobil ini sekarang?" "Arghh... Stop! Jangan macam-macam ya Pak sama saya" aku jijik dengar ucapannya "Saya jadi enggak sabar mau lihat gaya kamu." Dia tersenyum menggoda "Tolong cepat bawa saya pulang Pak." Ucapku Dia tertawa. Lagi-lagi tertawa lepas. Dia memakai seatbeltnya kembali dan mengendarai mobilnya. "Cepat putuskan pacarmu itu. Saya enggak akan menunggu terlalu lama." Aku diam saja. Dia melirik kearahku. Tanpa kusadari , kami berhenti di depan kedai Martabak langganan ku. Aku meliriknya , dia segera melepas seatbeltnya. Dia ternyata suka juga dengan martabak langganan ku ini. "Ibumu martabak telur bebek kan? Kamu mau apa lagi?" Dia bertanya sebelum keluar dari mobil. Hmm , aku kerjain aja sekalian dia. "Saya suka semua , kalo bisa ya pesan aja semua martabak manisnya." Jawabku judes. Biar tahu rasa dia! Sekarang hilang rasa hormat dan kagum ku padanya. Sudah tidak ada lagi-lagi sosok bos berwibawa di mataku. Sekarang dia cuma bos m***m yang membantu orang lain tidak ikhlas. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya mendengar jawabanku. Aku diam saja menatap kearah depan. Dia keluar dari mobil. Kulihat dia berbicara dengan pelayan disana , mungkin sedang memberitahu pesanannya. Aku bosan , kunyalakan radio dimobil. Ku pejamkan mataku , kepalaku bersandar di kepala jok mobil. Pintu mobil bagian kemudi terbuka. Tanpa ku buka mataku , aku sudah tahu si bos m***m yang masuk. Parfumnya langsung menusuk indera penciuman ku. Parfum laki-laki yang kesannya macho , jantan , maskulin , ya semacam itulah. "Notulen buat besok pagi sudah kamu selesaikan?" Tanyanya "Sudah. Saya juga sudah email ke Bapak tadi pas di restoran." Jawabku tanpa merubah posisiku dan mata tetap terpejam. "Bagaimana kalau kuliahmu cuti saja dulu.? Untuk mempersiapkan pernikahan kita." Si bos m***m mulai mengambil keputusan dadakan. Aku cepat menoleh padanya dan merubah posisi dudukku dengan tegap. "Enggak! Saya enggak mau cuti. Saya mau kuliah saya cepat kelar tahun ini. Dan pernikahan? Saya sudah bilang kan , saya tetap menolak." Aku menolak dengan berani. "Mika. Saya sudah putuskan , kamu tetap menikah dengan saya dan kamu harus setuju. Soal kuliah , oke. Keputusan ditangan kamu." Ucapnya dengan nada tenang. "Kenapa sih Pak , harus saya yang menikah dengan Bapak? Saya rasa Bapak bisa mendapatkan wanita jauh lebih baik dan cantik dari saya. Saya cuma orang miskin. Bapak enggak malu nantinya?" Tanyaku "Kenapa harus malu? Kamu orang terkaya. Kamu memiliki aset berharga ditubuhmu yang indah dan seperti surga" kekehnya "Dasar m***m gila!" Aku pukul lengan kirinya keras. Dia tertawa keras Drrrtttt..... Drrrtttt... Bunyi ponselku. Aku segera mengangkatnya saat kulihat nama orang yang ada di ponselku. "Halo..." "___" "Aku udah mau sampe rumah kok. Lagi beli martabak dulu." "___" "Iya aku lupa mau chat , soalnya tadi juga ada meeting di restoran." "___" "Iya , ya udah sih. Nanti pas dirumah aku chat kamu deh. Iya enggak lupa." Ehem...ehem... Si bos m***m sengaja berdehem dengan suara kencang. Aku meliriknya melotot. "Itu bos aku. Iya , ya udah ya sayang , ini udah mau jalan pulang kok. Bye." Aku menutup panggilan dari Azka. "Lain kali , kalau dia telepon kamu saat ada saya , jangan diangkat" ucapnya kemudian "Kenapa? Dia kan pacar saya" aku masih jutek sama dia "Saya calon suami masa depan kamu" "Calon suami yang pemaksa dan otoriter. Saya enggak Sudi." "Secepatnya putuskan hubungan kamu dan dia sebelum kita menikah." Tegasnya Aku diam. Membuang muka kearah jalan. Tok...tok...tok... Kaca mobil diketuk oleh pelayan martabak. Si bos menurunkan kacanya dan menerima banyak bungkusan martabak. Lalu ia mengucapkan terima kasih kepada pelayan martabak tersebut. "Ini punyamu." Dia memberikan ku 5 bungkus plastik martabak dengan berbagai macam isi. "Banyak banget. Buat siapa aja ini?" Ucapku kaget "Kamu bilang tadi suka semua rasa. Aku pesan aja semua yang sekiranya kamu suka." Jawabnya enteng "Hah?! Ya enggak semuanya juga kali" protesku "Tenang , uang saya banyak. Apa saja yang kamu mau , akan saya penuhi" "Dasar pemborosan! Sombong." Ledekku sarkas Dia hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala saja. Mobil pun melaju. Saat dekat minimarket , aku minta berhenti disitu. Mobilpun berhenti. "Kamu mau beli apa?" Tanya si bos "Saya mau pulang" "Kok berhenti disini? Ini lumayan jauh dari rumahmu." Si bos bingung "Saya enggak mau diantar sampe depan rumah. Mobil Bapak terlalu mewah berhenti depan rumah saya. Malu dilihat tetangga." Aku mengambil ransel kerjaku di jok belakang. Tiba-tiba pintu mobil di kunci kembali sama si bos dan mobil melaju kembali ke arah rumahku. Aku kaget. "Kok jalan si? Saya enggak mau berhenti depan rumah." Protesku "Saya enggak akan biarkan kamu berjalan kaki dengan pakaian seperti itu." Jelasnya "Baju ini enggak sexy kok" "Baju tertutup sekalipun kalau kamu yang memakainya tetap terlihat sexy." "Apa-apaan si Pak? Saya enggak suka diatur gini , dipaksa. " Protesku galak. "Baru kamu , wanita yang menolak diantar sama saya sampai depan rumahnya." "Wanita lain menginginkan Bapak , saya enggak! Itu bedanya" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD