01 | SEE YOU AGAIN

1172 Words
“SIAL!!” Emily mengumpat pelan ketika ia tidak sengaja melihat dua bodyguard Connie diseberang jalan. Mereka nampak belum menyadari kehadiran Emily sehingga membuat wanita itu bergerak waspada meninggalkan sepeda untuk bersembunyi dibalik mobil yang kebetulan parkir di pinggir jalan. Mata biru Emily mengintip dibalik mobil dan menemukan tiga bodyguard Connie lainnya di ujung persimpangan jalan. Mustahil ia bisa lolos karena mereka telah memblokir semua akses jalan bagi Emily kabur. Pandangan Emily beredar ke sekeliling mencoba mencari jalan keluar yang lain. Namun tatapannya justru berakhir pada seorang pria yang baru saja keluar dari restoran bersama seorang anak perempuan. Pandangan mereka bertemu, Emily dan pemilik sepasang bola mata cokelat itu. Dammit! Dia adalah Dapper Mackton, pria kaya raya yang dulu sempat terlibat one night stand dengannya sebelum kemudian berakhir buruk akibat sebuah perselisihan. “Aku bisa membebaskanmu kalau kau mau,” kata Dapper kala itu. Mendengar niat baik pria itu sontak membuat Emily merasa girang. “Kau serius?” Emily ingat betul bagaimana cara pria itu menanggapinya kemudian, dengan senyuman miring mematikan ia menjawab, “Tentu, dan kau cukup melayaniku saja.” What the hell! Mati saja kau Dapper, penipu tampan berengsek! Perkataan Dapper adalah penghinaan terbesar baginya, Emily sadar ia memang seorang p*****r yang setiap hari bekerja memuaskan nafsu para lelaki, tetapi itu bukanlah suatu hal yang Emily inginkan. Berhenti menjadi p*****r adalah keinginannya, dan bebas dari tempat menjijikkan ini untuk menjadi p*****r pria berengsek itu, damn! Itu sama saja menjadikan Emily p*****r seumur hidup! “Itu dia!” Suara teriakan mengakhiri lamunan Emily untuk segera tersadar. Dan gawat..., bodyguard Connie kini berhasil menemukannya. Isshh, semua gara-gara penipu berengsek itu! Terpaksa Emily melakukan rencana terakhir dari yang paling akhir. Wanita itu tidak melarikan diri melainkan berlari ke tempat di mana dua bodyguard Connie berada. Reaksi itu sontak membuat dua pria berbadan kekar itu berhenti berlari dan terdiam, mengira Emily akan menyerahkan diri. Buang jauh-jauh pemikiran tersebut sebab Emily tidak akan pernah kembali ke neraka itu lagi. Hampir tiba mendekati mereka, Emily langsung berbelok menerobos. “Shiiit!” umpat salah satu dari dua pria berbadan besar di sana karena merasa bodoh telah dikelabui. “Cepat kejar!” Aksi kejar-mengejar mereka di muka umum itu pun mengundang perhatian semua orang. “Chloe, cepat masuk ke mobil!” Dapper menarik tangan putrinya agar masuk ke dalam mobil. Setelah berada di dalam, Dapper menghubungi seseorang lewat telepon genggamnya. “Luke, kau lihat wanita berpakaian merah yang sedang dikejar itu?” Pengawal yang sedang dihubungi Dapper mengangguk, “Yes, Sir.” “Lindungi dia!” Beberapa detik setelah Dapper mengatakan itu, mobil Luke yang terparkir di depan Dapper melesat diikuti tiga mobil yang tak lain berisi pengawal Dapper lainnya. Emily berhenti berlari ketika mobil Luke mendadak menghadangnya. “Masuklah!” Luke berteriak dari dalam mobil. Alis Emily bertaut lalu mengambil langkah mundur dengan waspada, mengira Luke bagian dari orang-orang bayaran Connie. Satu detik... dua detik, Emily berhasil tertangkap oleh bodyguard Connie yang mengejarnya dari belakang. Para pengawal Dapper lantas turun memulai aksi. Mereka terlibat perkelahian cukup lama dengan para pengawal Connie. “Bawa wanita itu pergi! Ketika terjebak di posisi tak meyakinkan, seperti perintah Connie, tembak saja dia,” komando salah satu pengawal Connie pada rekannya bernama Brady. “Baik boss.” Diam-diam Brady keluar dari area baku hantam sambil menarik Emily yang terus saja memberontak minta dilepaskan, perbuatan yang memancing Brady untuk memanggul wanita itu sebelum menghempaskan tubuh Emily ke dalam mobil. “Jalan!” perintah Brady pada rekannya yang bertugas menyetir sementara dia sibuk mengikat tangan Emily menggunakan tali. “Lepaskan aku! Dasar pria jelek bereng... hmmpttt!” Brady melakban mulut Emily agar wanita itu tidak berisik, meskipun Emily masih terus melakukan perlawanan. Dorr! Bunyi tembakan diikuti guncangan kecil membuat ketiga orang di dalam mobil terkejut. Brady menoleh ke belakang dan melihat sebuah mobil tengah mengejar mereka. Emily ikut menoleh dan melihat Luke menggenggam pistol, setengah menyembul dari jendela mobil. Dia kan orang yang tadi, Emily bertanya-tanya mengenai situasi yang sekarang sedang terjadi. Dorr! Tembakan kedua Luke berhasil mengenai ban mobil Brady hingga laju mobil menjadi pontang-panting tak beraturan. Brady dan rekan supirnya panik, sejenak melupakan keberadaan Emily. Mata Emily melirik ke bagian pintu yang tidak terkunci. Keluar sekarang mungkin sangat beresiko bahkan mengancam nyawa mengingat mobil yang mereka tumpangi masih berjalan kencang, tapi jika tidak sekarang maka Emily tidak akan punya kesempatan lagi. Brady menepi ke sisi jendela yang lain untuk membalas tembakan Luke, rekan supirnya juga terlihat fokus ke jalanan, jadi inilah waktu yang tepat untuk kabur. Emily berjuang membuka pintu dalam keadaan tangan terikat sambil sesekali menoleh ke arah Brady untuk memastikan. Ceklek! Pintu terbuka dan Emily mengeluarkan diri dari sana hingga berguling-guling di jalanan kemudian. •••• Tertatih-tatih Emily melangkah mencari tempat persembunyian. Mobil Brady mulai bergerak memutar, si bodoh itu pasti baru sadar kalau Emily sudah hilang dari sana. “Berhenti Daddy! Aku takut, takut, takut,” rengek Chloe sambil memegang erat sabuk pengaman ketika Daddy-nya mengendarai mobil dengan kecepatan penuh bak pembalap F1. “Sebentar lagi sayang,” jawab Dapper setelah melihat sosok Emily berjalan di beberapa meter sana. “Daddy! Kau tidak berniat menabrak tante itu kan?” Chloe mendadak panik melihat ada seorang wanita berjalan di tengah jalan yang sepi. Mata Emily melebar melihat sebuah Ferrari merah melaju kencang ke arahnya. Detik-detik menegangkan itu pun sontak membuat Emily memejamkan mata gelisah, di saat ia berpikir akan mati sebentar lagi, bunyi decit ban mobil memancing Emily agar membuka mata. Napas Emily naik-turun akibat serangan mengagetkan tadi. Beruntung mobil itu lebih dulu berhenti sebelum menghempas tubuh Emily yang kini menggigil ketakutan. “Kau gila, Dad!” maki gadis berusia sekitar delapan tahunan yang duduk di bagian belakang mobil. “Maaf Chloe, Daddy harus melakukan ini untuk menyelamatkannya.” Dapper menunjuk sosok wanita yang berdiri mematung di depan Ferrari-nya kemudian keluar dari dalam mobil. Belasan pengawal Dapper berpencar mengelilingi tempat mereka mengakses pengamanan. Membuat Brady yang saat itu hampir sampai ke tempat Emily menjadi ragu. Mengikuti pesan Connie, ketika keadaan telah berubah tak meyakinkan, maka Brady harus.... Dapper terbelalak melihat Brady perlahan mengangkat pistol ke arah Emily yang berdiri membelakangi. Belum sempat Dapper memberi peringatan, Brady lebih dulu menarik pelatuk pistol hingga peluru itu menembus ke bagian kanan punggung Emily. Chloe menutup mulut menggunakan kedua tangan menyaksikan peristiwa tragis tak disangka-sangka tersebut. Sedangkan Dapper bergerak maju menopang tubuh Emily yang bersimbah darah lantas ambruk ke pelukannya. •••• Emily merasakan sinar cahaya matahari dibalik kelopak matanya yang tertutup. Seolah sudah tertidur ribuan tahun, Emily merasa berat untuk membuka mata. Perlahan, Emily mulai bisa melihat ruangan sekelilingnya. Sadar jika ia sedang berada di rumah sakit, Emily merasa luar biasa lega. Dia tidak di rumah bordil tapi di kota, dan Emily tidak perlu kembali ke neraka Connie atau bekerja sebagai kupu-kupu malam lagi. Sebuah senyuman terulas di bibir pucat wanita itu. Pintu kamar rumah sakit tiba-tiba terbuka, memunculkan seorang pria tampan bersetelan jas yang tak lain dan tak bukan adalah Dapper Mackton. Katakanlah kalau Emily sedang bermimpi sekarang. D-A-P-P-E-R, ada di sini, sekarang! BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD