Prolog
ALANA menangis tanpa suara seraya memeluk lututnya erat, ia tidak menyangka sesuatu yang benar-benar buruk menimpanya. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya menangis bahkan untuk berkata satu kalimatpun ia tak sanggup.
Melihat kekecewaan dan kemarahan orang tuanya membuatnya semakin terpuruk, belum lagi melihat kakaknya sangat terluka menambah bebannya.
Ia harus apa? Ini bukan pilihannya tapi ini takdir. Percuma bilang seandainya karena itu tidak akan merubah keadaan, semua sudah terjadi.
Winata menghela napas beratnya, sesekali ia memejamkan mata mengusir kekecewaan hatinya atas apa yang terjadi dengan Alana. "Karena ini sudah terjadi, Ayah akan bicara sama orang tua Gavril agar segera kalian menikah!" ucapnya datar tetap menatap ke depan.
Bukan hanya Alana yang kaget tapi juga Airyn dan Lisa -bundanya-
"Tidak bisa, Ayah. Gavril itu pacarku, aku tidak setuju jika Alana menikah dengannya. Gavril is mine, only mine dan dia hanya punyaku," Lisa mengelus punggung anak sulungnya agar sedikit tenang.
Alana masih saja bergeming, melihat kemarahan Airyn semakin membuatnya takut. Tidak pernah ada dipikirannya sedikitpun untuk merebut Gavril dari Airyn meskipun Alana memang mencintainya.
"Hanya sampai Alana melahirkan, Ryn. Setelah Alana melahirkan mereka akan bercerai," Winata berucap seperti itu seakan tidak memikirkan bagaimana perasaan anak bungsungnya.
Selalu begitu, kebahagiaan Airyn tetap jadi yang utama di rumah ini. Sedangkan Alana hanya bisa diam menerima takdirnya. Ia ingin protes tapi ia tidak sanggup. Alana menatap Lisa yang juga menatapnya berharap ibunya itu bisa sedikit membelanya.
"Ayah---"
Winata bahkan tidak menerima pendapat istrinya. "Yang terpenting anaknya Alana jelas status ayahnya."
"Bukan begitu Alana?" Winata menatap Alana dengan tatapan datar namun Alana hanya bergeming.
Beberapa detik kemudian emosi Winata semakin memuncak dan ia sudah tidak bisa mengendalikan emosinya.
Cuihhhh
Winata meludahi wajah Alana dengan kejam, Alana ingin berontak tapi itu sama saja semakin memancing kemarahan ayahnya, bahkan Lisa sendiri hanya bisa diam ia takut amarah suaminya semakin memuncak.
"AYAH TIDAK PERNAH MENGAJARI KAMU BUAT HAMIL DI LUAR NIKAH, ALANA!!!"
Plak
Satu tamparan mendarat keras di pipi Alana, rasanya Alana ingin mati saja. Untuk apa ia hidup kalau hanya untuk tersakiti seperti ini. Ia juga tidak ingin hamil di luar nikah, memangnya wanita gila mana yang mau menghancurkan masa depannya sendiri?
Tidak ada!
"Jangan jadi cewek lemah, Alana!" suara hatinya menyemangati dirinya sendiri tapi sayangnya ia tidak punya keberanian untuk melawan ucapan sang ayah.
Airyn menghampiri Adiknya yang terduduk di lantai dingin kemudian menampar pipi bekas tamparan ayahnya tadi. "Andai membunuh itu tidak dosa. Aku pasti akan membunuhmu saat ini juga, Alana. Tidak peduli kalau kamu adikku sendiri."
***