Pagi itu, lagi-lagi Al terbangun dengan kasur kosong di sebelahnya. Perusahaan Steve sudah beberapa hari ini begitu sibuk, membuat Al sudah jarang bermanja-manjaan lagi dengan suaminya itu. Seketika wajahnya berubah suram begitu mengingatnya. Al bahkan sudah terlalu malas untuk sekedar membaca pesan yang ditinggalkan Steve di meja mereka. Dengan kesal, Al menghentakan kakinya menuju kamar mandi, membersihkan dirinya dan segera turun ke lantai satu. Para pelayan selalu membungkuk setiap melihatnya, namun tidak dapat menahan diri untuk bingung ketika melihat adanya aura suram yang mengelilingi Nyonya keluarga ini. “Selamat pagi Tuan-” “Paman, cepat buatkan aku air perasan limun dingin. Aku benar-benar haus....” pinta Al tidak sabaran. Ia bahkan tidak memberikan kepala pelayan itu waktu u