Mendengar perdebatan sengit antara anak dan pacarnya, Jean pun angkat bicara, "aku rasa adalah ide yang bagus kalau memang Laras juga ikut, di sana dia juga bisa bantu-bantu kita," ucapnya, memilih berdiri di pihak anaknya.
Mendengar itu, Bella jadi menghembuskan napas berat karena kesal. Dengan memutar bola matanya, ia terpaksa menerima apa yang menjadi keputusan Jean. "Terserah kamu aja deh," katanya.
Sebenarnya kehadiran Bella di sini karena ia memang diajak oleh Jean untuk ikut serta liburan, hal itu bertujuan agar Bella bisa membuat hubungannya dengan Andi semakin dekat dan impian mereka untuk menikah dapat terwujud. Ia harap selama liburan dua hari ini Bella bisa memikat hati Andi.
*****
Waktu itu Andi memang meminta Jean untuk jalan-jalan ke taman bermain yang baru saja di buka, tapi karena Jean pikir tempat yang dimaksud Andi itu sangat dekat dan terkesan menjadi liburan keluarga yang biasa-biasa saja, Jean pun menawarkan Andi untuk pergi ke suatu tempat pariwisata yang bisa menghabiskan waktu sepanjang hari untuk berada di sana, yaitu pantai.
Pantai memanglah tempat yang sangat pas dijadikan pilihan oleh mereka, dan untung saja Andi tidak menolak malahan anak itu terlihat bersemangat karena salah satunya ada Shania yang ikut serta. Shania sendiri lumayan senang karena dibolehkan ikut, meskipun tahu kalau ada satu orang yang tidak menerima kehadirannya di sini.
Shania tahu kalau Bella sepertinya tidak menyukai dirinya, ada banyak bukti yang ditunjukkan oleh wanita itu. Contohnya saja ia selalu mencoba agar Andi menjauh dari Shania meskipun akhirnya Andi terus mau menempel pada gadis tersebut.
Alasan pastinya mengapa Bella tidak menyukai dirinya, Shania tidak tahu pasti. Tapi sepertinya Shania rasa hal itu karena Andi lebih respect kepada dirinya dibandingkan dengan Bella sendiri. Namun, Shania tidak terlalu merasa bersalah ataupun tidak enak hati menerima semua itu karena mengingat betapa jahatnya perangai Bella dibelakang keluarga Abirama.
Shania bukanlah orang yang munafik, apabila ia mengetahui ada orang yang berniat jahat tapi malah berpura-pura baik di hadapannya hanya karena ingin memanfaatkan sesuatu darinya, secara otomatis perasaan tidak suka kepada orang tersebut akan tumbuh di hati gadis itu. Itu adalah sifat alami yang selalu menemani Shania sedari ia kecil.
Namun sekarang ini perasaan itu malah tumbuh untuk orang lain. Meskipun tahu kalau niat jahat Bella secara khusus ditujukan kepada Jean bukan kepada dirinya, Shania nyatanya membawa sifat alaminya itu ke dalam hal ini. Tapi Shania pikir wajar-wajar saja kalau ia tidak menyukai Bella, secara kan orang yang hendak dijahati oleh wanita itu adalah Jean, laki-laki yang baik hati dan selalu mau mengulurkan tangan untuknya.
Malahan sekarang ini Shania sudah membuat suatu rencana untuk dirinya sendiri, ia pikir ia harus mencari cara untuk mengungkapkan sifat asli Bella. Anggap saja itu sebagai bentuk balas budi atas banyaknya peruluran tangan yang selama ini diterima olehnya dari Jean.
Saat mobil yang membawa mereka sampai di lokasi pantai, Shania segera melihat pemandangan dari dalam jendela. Andi yang masih bersemangat segera membangunkan Shania yang tertidur di sampingnya karena perjalanan mereka lumayan jauh. Mungkin sudah menghabiskan waktu lebih dari dua jam.
"Kak bangun, kita sudah sampai," katanya sembari menggoyang-goyang pelan tubuh Shania.
Alhasil gadis itu menjadi terbangun, ia menguap dan mengucek matanya secara bersamaan, kemudian segeralah menatap keluar jendela, memeriksa apa yang Andi katakan. Benar saja, pemandangan yang disuguhkan lumayan asri, dari sini Shania juga bisa mendengar jelas suara deburan ombak air laut yang menghampiri tepian daratan.
Shania cukup terpukau dengan liburan ini, di mana aroma khas perkotaan tidak ia hirup lagi. Secara spontan, aroma kesejukan dari alam yang masih menjaga eksistensinya menyeruak memasuki semua indra yang dimiliki Shania. Shania bukannya tidak pernah pergi ke pantai, tapi ia rasa ada nikmat tersendiri ketika pergi berlibur bersama keluarga. Selama ini Shania hanya terbiasa menikmati liburan dengan teman-temannya saja, sangat jarang bagi Shania menikmati liburan keluarga seperti ini. Tentu saja rasanya amat berbeda.
Tidak berselang lama, mobil yang ditumpangi mereka berhenti di sebuah rumah, itulah adalah vila milik keluarga Abirama, Shania tahu itu karena Jean sempat mengatakan kalau mereka malam ini akan menginap di situ.
Dengan tidak sabaran, Andi kemudian menarik Shania agar segera turun dari mobil. Ia ingin mengajak gadis itu segera menikmati pemandangan pesisir pantai yang teramat indah dan menyejukkan.
"Ayo kak, kita pergi main ke sana!" seru Andi sembari menunjuk bibir pantai yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada.
Meski sebenarnya Shania masih merasa sedikit lelah akibat terlalu lama beranda di mobil sepanjang perjalanan tadi, tapi hal itu bukan berarti bisa membuat Shania menolak permintaan Andi yang sebenarnya ia juga sangat setuju. Namun, baru saja ia akan pergi, suara dari Bella berhasil menghentikan langkah gadis itu.
"Enak aja kamu ya, belum apa-apa udah gak sabaran mau senang-senang. Ingat ya, alasan kenapa kamu saya ijinin ada di sini itu karena pekerjaan, jadi kamu harus lakukan tugas kamu," ucap wanita itu sembari menyerahkan paksa tas dan kopernya kepada Shania, bermaksud menyuruh gadis itu untuk membawanya ke dalam rumah.
Shania menerima begitu saja, ia sadar kalau ia sendiri juga salah. Jadinya ia tidak membalas perkataan Bella. Pada saat Shania berbalik, Bella menyamaratakan tingginya dengan Andi yang melihat kepergian Shania dengan tatapan sedikit kecewa.
"Andi, kamu tadi mau main ke mana. Ayo kita berdua ke sana," ucap wanita itu seramah-ramahnya.
Amat di sayangkan, ternyata permintaan itu malah di tolak mentah-mentah oleh Andi. Tanpa menjawab terlebih dahulu, anak itu langsung meninggalkan Bella dan menghampiri Shania yang sudah berjalan masuk ke rumah.
"Sini kak, aku bantu bawa," ucap anak itu. Belum juga Shania sempat menjawab, anak itu langsung mengambil alih tas merah bermerk milik Bella yang berada di tangan Shania. Ukuran tas tersebut tidak terlalu besar, jadinya tidak membuat Andi kepayahan dalam membawanya.
"Tuan Muda, jangan. Ntar kakak dimarahin sama—" Shania hendak mengambil kembali tas tersebut, tapi Andi langsung menolaknya.
"Udah kak gak papa. Biar kerjaannya cepet selesai, jadi kita bisa segera main," kata anak itu begitu tenangnya. Setelah mengatakan itu, Andi berjalan dengan cepat ke dalam rumah agar Shania tidak bisa menghentikannya lagi.
Jean yang telah selesai berbicara dengan kolega bisnisnya di telepon, menghampiri Bella yang diam berdiri seperti patung. Namun, aura yang ditampilkan oleh wanita itu menunjukkan adanya kemarahan.
"Bella, ada apa? Kenapa belum masuk?" tanyanya.
"Gak ada," katanya, terkesan dingin. Sebelum pergi, ia menghentakkan kakinya dengan keras.
Melihat itu membuat Jean menjadi bingung, pria itu menggaruk tengkuknya sembari memikirkan jawaban atas perilaku pacarnya yang mendadak marah itu.