Nenangin Diri

1224 Words
Di sebuah mobil yang terparkir tidak terlalu jauh dari rumah kecil itu, terdapat dua gadis yang berusia sepantaran yang melakukan kegiatan yang sama yaitu memantau interaksi antara Bella dengan seorang laki-laki yang tidak mereka kenali. Jika salah satu dari keduanya mengerti kalau apa yang tengah mereka lakukan sekarang ini sangatlah penting, salah satu yang lainnya malah hanya menganggap kalau apa yang dilakukannya ini adalah sebuah usaha untuk mengungkapkan perselingkuhan seseorang. "Shania, sebenarnya gua udah lama curiga kalau si Nenek Lampir itu memang ada main belakang dari kak Jean dan udah lama juga gua pengen banget ngegep dia lagi sama selingkuhannya, biar dia tahu rasa udah permainin Kak Jean. Tapi, walaupun begitu, gua rasa sekarang ini bukan waktu yang tepat buat lakuin itu semua. Lo tahu sendiri 'kan kalau ada masalah yang lebih penting dari ini, yaitu kita harus menemukan Andi secepat mungkin. Dan Lo malah ngajak gua buat buntutin si Bella sampai ke tengah-tengah hutan kayak gini. Lo masih waras,' kan?" Sedari tadi gadis itu terus merecoki Shania dengan berbagai kalimat yang pembahasannya sama saja karena dirinya benar-benar merasa kebingungan. Shania pun menoleh pada sahabatnya itu, untuk menempatkan dirinya menatap Fika dengan lamat-lamat. "Lo cukup tahu satu hal aja, kalau sebenarnya apa yang kita lakukan sekarang ini sebenarnya menyangkut Andi, dan itu mengandung delapan puluh persen dibandingkan kalau kita cuma menunggu informasi di kantor polisi," ucap Shania. Mendengar pelontaran kalimat Shania barusan malah semakin memperkeruh kinerjanya otak Fika, gadis itu semakin merasa kebingungan karena maksud dari perkataan Shania barusan belum mencapai otaknya karena mungkin masih singgah di telinganya. "Maksud Lo apa sih, Shan. Apa urusannya dahh si nenek lampir sama nyari siapa pelaku penculikan Andi. Kalau mau bilang sesuatu jangan setengah-setengah gini dong. Lo sendiri 'kan tahu kalau otak gua ini punya kebiasaan kerja yang lelet," ucap Fika yang ingin agar Shania langsung mengatakan pada intinya. Shania terlihat menghela nafas, jika sudah begini ia memang harus menjelaskan kepada Fika. Shania tahu sudah ia sudah mengatakan apa yang hanya ia dan Jean ketahui pada Fika, gadis itu pasti akan langsung naik darah dan mungkin saja sulit untuk menenangkannya. Tapi, kalau ia tidak mengatakan apapun tetap saja itu salah karena Fika pasti akan terus mempertanyakannya. Dengan menatap Fika lamat-lamat dan memegang kedua telapak tangan sahabatnya itu, Shania menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa mereka berdua sekarang harus berada di sini. Seketika setelah mendengar cerita Shania barusan, langsung saja emosi Fika bergejolak naik. "Lo kenapa gak ngasih tahu gua dari tadi sih, Shan. Lo tahu sendiri seberapa khawatirnya gua sama Andi, tapi tanpa gua sadari ternyata penculik keponakan kesayangan gua itu ada di sekitar gua, malahan dengan gak tahu malunya dia nampangin muka jahatnya di hadapan gua," ucap Fika dengan nafas yang terputus-putus, malahan ia hampir menangis memikirkan ini semua. Tangan Shania terulur untuk menempuh punggung Fika, tapi belum juga telapak tangannya berhasil menyentuh punggung itu segera menjauhinya. "Fik, Lo mau ke mana?" tanya Shania yang melihat Fika hendak turun dari mobil, tapi untung saja ia langsung menahan pintu agar tidak langsung terbuka oleh sahabatnya itu. Sehingga gerak-gerik Fika berhasil ditahan olehnya. "Setelah tahu semua ini, Gua gak bisa cuma tinggal diam aja, kita harus pergi buat tolongin Andi. Please. Jangan halangi gua, Andi di dalam sana butuh pertolongan kita," ucap gadis itu dengan histeris. Shania juga sampai mengeluarkan air mata karenanya. Sudah Shania katakan sebelumnya bukan kalau Fika itu orangnya mudah dipengaruhi oleh keadaan sampai bisa melupakan apa yang baik dan apa yang benar untuk dilakukan. "Ini sebabnya gua gak mau ngasih tau Lo dari awal, karena gua yakin Lo pasti bakalan jadi begini. Fika, Lo jangan gegabah kayak gini. Kalau Lo bersikap gegebah tanpa memikirkan sebab akibatnya itu malah semakin memasukan Andi ke dalam bahaya. Untuk bisa nolong Andi Lo harus dalam keadaan tenang. Jadi sebaiknya Lo tenangin diri Lo dulu," ucap Shania berusaha membuat sahabatnya itu merasa tenang. Meski Fika itu seringkali berperawakan tomboy dan bersikap seolah-olah dia adalah yang terkuat dari Shania. Jangan salah, sebenarnya Fika itu adalah yang tercengeng dari Shania. Pernah sewaktu ketika mereka masih kecil, saat kegiatan bermain mereka diganggu oleh orang yang lebih besar dari mereka. Fika langsung menangis di tempat dengan sangat kencang, berbeda dengan Shania yang seketika langsung mengambil tindakan dengan berlari dari sana meminta perlindungan kepada Abang tersayangnya, Shekan. Dari sini, bisa disimpulkan kalau istilah 'jangan menilai buku dari sampulnya saja' sangat tepat untuk menggambarkan sosok seorang Fika. Sekali lagi, Fika yang terlihat tomboy bukan berarti tidak pernah bermain air mata. "Tapi, Shania. Andi ada di dalam," ucap Fika "Lo tenang aja, ada gua di sini. Gua juga sayang sama Andi, jadi seperti kata Lo barusan gua gak mungkin tinggal diam aja setelah tahu semuanya. Sekarang, Lo tetap tinggal di dalam mobil, gua yang akan masuk sendiri ke dalam sana," ucap Shania yang kemudian menarik tipis garis bibirnya ke atas, bermaksud untuk meyakinkan Fika agar mempercayakan masalah ini padanya. "Gak. Gua gak bisa biarin Lo masuk sendirian ke dalam sana. Itu bahaya," tolak Fika sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lagian lebay banget sih gua kalau pake segala nenangin diri. Emangnya gua apaan coba," lanjut gadis itu. Namun, penolakan Fika juga dibalas dengan penolakan oleh Shania. "Fika. Dengerin gua, maksud gua nyuruh Lo tinggal di dalam mobil itu bukan semata-mata untuk nenangin diri aja, tapi gua juga pengen Lo mantau dari sini jika nanti ada sesuatu yang gak terduga terjadi. Sekaligus kalau tuan Jean bersama rombongan polisi udah sampai ke sini, Lo bisa ngarahin mereka ke mana nantinya," ucap Shania dengan begitu seriusnya. Ia yakin, setelah ini Fika pasti akan menuruti apa yang ia katakan tanpa memberikan penolakan terlebih dahulu. "Baik lah," balas Fika dengan anggukan. Pikirnya tidak ada yang salah dengan perkataan Shania barusan. Semaunya benar dan ia harus melakukannya agar bisa mendapatkan hasil terbaik. Masalah Jean, laki-laki itu sedang berada di perjalanan untuk menyusul mereka berdua, setelah Shania mengirimkan alamat tempat mereka berada sekarang ini. Tidak hanya Jean saja yang datang, melainkan juga rombongan polisi, hal itu sesuai dengan rencana yang telah keduanya sepakati. Shania pun turun dari mobil, berjalan mengendap-endap untuk masuk ke dalam rumah kayu itu. Sangat beruntung karena Bella dan pacarnya tadi pergi ke belakang rumah, entah apa yang mereka lakukan di sana tapi yang terpenting Shania jadi punya kesempatan untuk menyelinap masuk. Sesaat setelah Shania berhasil masuk ke dalam rumah yang kebetulan pintunya tidak terkunci, Fika yang sedari tadi memantau mendadak mengerenyitkan keningnya ketika melihat Bella dan Gio muncul lagi dengan membawa benda aneh di tangan mereka. Wanita dan pasangan gelapnya itu menunjukkan gelagat yang aneh, yaitu menyirami sekeliling rumah menggunakan air dalam dirijen putih yang ukurannya lumayan sedang. Fika masih mencerna semua itu, di dalam otaknya masih memikirkan apa yang hendak Bella lakukan. Saat sebuah korek api dinyalakan oleh laki-laki yang tidak ia kenali itu, saat itulah Fika tersadar kalau sebenarnya dua sejoli itu hendak membakar rumah yang masih berisikan Shania dan juga Andi. Langsung saja Fika beranjak dari mobilnya, hendak menghentikan aksi gila mereka untuk membunuh orang-orang yang ia sayangi. Namun, sayangnya Fika terlambat. Ketika gadis itu masih berada di pertengahan jalan, korek api itu sudah dijatuhkan mengenai sisi rumah yang sudah mengandung air bensin. Seketika api langsung menjalar ke sekeliling rumah, menunjukkan kobaran yang semakin lama semakin membesar. "Bella?!!!!" Teriak Fika histeris. Melihat kehadiran Fika di sana, kedua sejoli yang dilanda kepanikan itu langsung berlari dari TKP, meninggalkan rumah yang terbakar serta Fika yang sudah menangis dengan sangat kencang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD