13 ➳ Rencana B — Plan B ❦

1908 Words
◦•●◉✿❦ 2018 ❦✿◉●•◦ ⠀ ❝ Jangan pernah memutuskan sesuatu saat marah. Jangan pula memelihara dendam apalagi membuat pembalasan. Keputusan yang dilandasi dendam, bisa saja berbalik menusuk diri sendiri. Pikirkanlah baik-baik. Karena waktu tidak bisa diulang. Kenangan tidak semudah itu terhapus. ❞ ⠀ ➳ [ Andrean Vesco ] ❦ ⠀ ⠀ ♖ [ ZALcorp Building ] ♖ ⠀ Acara study tour yang ditutup oleh CEO ZALcorp berlangsung dengan meriah. Masing-masing peserta mendapat souvenir menarik berupa gantungan kunci dan diktat berlogo eagle-owl ZALcorp. Ceisya memandangi pria itu dengan hati berdebar. Gerakannya yang luwes, tone suaranya yang dalam, seakan menjadi sihir buat Ceisya dan semua orang yang mendengar dan melihat pria itu. Zeek. Apa tidak terkesan terlalu akrab, memanggil sang CEO dengan nama itu? Ceisya tersenyum. Kalau saja mereka tidak sempat ngobrol tadi, mungkin pendapat Ceisya tentang Zekrion Laith tidak akan berubah. Pria itu akan tetap menjadi pria asing yang arogan, sinis, galak dan ... seharusnya Ceisya tidak boleh menyimpulkan karakter seseorang sebelum mencoba berinteraksi dengannya. Zekrion lebih dari sekedar pengusaha yang tegas. Tapi ternyata juga teman diskusi yang menyenangkan. ⠀ "Cie ... yang kemarin bilangnya nggak doyan sama Om-om .... Sekarang ngelihatnya sampai segitunya ...," ledek Lica cekikikan. Ceisya mendelik. "Apaan sih, loe. Orang gue fokus dengerin petuah dia," dalih Ceisya. "Oh, petuah ...." Lica, Qila dan Tera tergelak meledek Ceisya. Yang diledek hanya bersungut-sungut saat mengambil tas selempangnya, karena acara sudah selesai. Mereka harus kembali ke hotel dan bersiap-siap untuk acara jalan-jalan dan mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang. Ceisya melirik ke arah CEO tampan yang sedang serius bicara dengan asistennya. Sepertinya ini memang terakhir kalinya ia melihat pria itu. Ceisya menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan langkahnya mengikuti sahabat-sahabatnya yang sudah jalan duluan. ⠀ Dari sudut matanya, Rion melirik ke arah Ceisya yang sudah semakin menjauh dari Aula. Ia sudah mendapat laporan bahwa rombongan mahasiswa akan kembali ke hotel kemudian mengadakan jalan-jalan sebelum nantinya kembali pulang ke rumah masing-masing. Kesempatan bagus. "Apa semuanya sudah diatur?" tanya Rion pada Andrean. "Persis seperti yang Anda inginkan, Pak." "Jangan sampai gagal." "Tidak akan gagal. Dia sangat bisa diandalkan," tukas Andrean lagi. "Tapi ... boleh saya tanya satu hal, Pak?" "Tanya apa?" "Anda sudah sangat yakin memilih jalan ini?" Rion mengernyitkan alis. Belum pernah ia melihat Andrean meragukan keputusannya. "Maksudmu?" "Bukankah lebih bagus kita balas ke orangnya langsung, bukan ke putrinya. Saya lihat, gadis itu agak tertarik pada Anda." Rion mendengus. "Memang sudah seharusnya." Oh My God! Saya tahu Anda memang menarik, Pak, batin Andrean. "Kenapa kamu bisa jadi selembek ini sejak menikah, Andre?" Andrean mendesah. "Mungkin karena aku mulai belajar memahami wanita." Rion berdecak. "Putrinya adalah hal paling berharga dalam hidupnya. Menghancurkan putrinya akan membuat pembalasanku semakin sempurna. Adam Reyes akan memilih mati karena duka dan rasa bersalahnya. Lihat saja nanti!" "Saya setuju membuat Adam Reyes hancur lebur. Tapi ... bagaimana dengan perasaan gadis itu? Sumberku mengatakan gadis itu sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan di instalk-story atau sosial media yang ia tunjukkan. Sifatnya juga begitu ... lembut. Kalau Anda menghancurkannya, apa Anda yakin dia bisa memaafkan tindakan Anda terhadapnya nanti?" Rion menatap Andrean dengan jengkel. Terus terang ini sedikit membuat keputusannya goyah. Tapi ia ingat, ia sudah menunggu momen ini sejak lama. Mana mungkin ia melepaskan kesempatan emas ini begitu saja. Lagipula keputusannya sudah bulat. "Satu, aku TIDAK butuh maaf darinya. Aku hanya membalas perbuatan Ayahnya dan dia akan mengerti kenapa aku melakukan tindakan itu. Dua, aku senang membuat wanita itu menyukaiku lebih dulu sebelum nanti pada akhirnya dia akan membenciku. Tidak ada ruginya buatku, karena dibanding membenciku, dia akan jauh lebih benci pada Adam Reyes. Tiga, apapun akibatnya nanti, bukan urusanku. Dendam Naya sudah kubalaskan." "Apa Anda benar-benar yakin Naya ingin Anda membalas dendam untuknya? Bagaimana kalau putri Adam Reyes terlalu lemah dan mencoba bunuh diri seperti ....." Rion mengarahkan telunjuknya ke wajah Andrean. Menatap marah pada pria itu. "Itu pembunuhan. Camkan itu! Dan Naya akan tenang di alam sana kalau dendam kami terbalaskan. Adam Reyes harus membayar akibat semua perbuatannya." Rion melangkah geram meninggalkan Andrean. Andrean masih terpaku di tempat. Ingin rasanya ia mencegah Rion. Pria itu bukan sekedar atasan buatnya, sudah seperti saudara. Tapi bagaimana cara menyadarkan Rion bahwa keputusannya kali ini bisa memiliki banyak kemungkinan hasil yang berbeda-beda. Salah-salah, nanti Rion sendiri yang semakin menderita. Kalau buat Andrean pribadi, ia hanya menyarankan Rion untuk menghancurkan bisnis Adam Reyes, membuat pria itu bangkrut dan semua asetnya disita. Ia yakin Adam tidak akan kuat menerima hal itu dan pastinya akan berdampak pada kesehatannya. Mungkin dengan penderitaan itu, Adam Reyes bisa mati perlahan-lahan. Namun bos nya ini semakin tidak sabaran karena dua tahun lalu, harusnya Adam dan keluarganya sudah jatuh miskin. Jadi pria itu menjalankan plan B. Dendam ternyata sungguh mengerikan. Andrean sendiri ... benarkah sudah menjadi lembek setelah menikah? Tapi memang benar, istrinya membuatnya lebih mengerti dan memahami hati wanita. Membuat Andrean kembali menjadi dirinya yang dulu. ⠀ "Sampai kapan kamu berdiri di situ!" bentak Rion galak sambil berkacak pinggang. Andrean menatap iba pria itu. Berdoa semoga nantinya ada seseorang yang bisa melembutkan hati pria itu lagi. Membuat Zekrion kembali menjadi Zekrion yang pertama kali Andrean kenal. ⠀ ◦•●◉✿❦♛❦✿◉●•◦ ⠀ ♖ [ Taman Hiburan — Stand Swêët Crêam ] ♖ ⠀ "Bebz, loe kenapa sih ... dari tadi senyam-senyum, terus tiba-tiba cemberut kayak melow banget. Terus senyum lagi. Kayak orang jatuh cinta aja," cetus Qila sambil menyuap ice cream cokelat vanila favoritnya. "Kangen CEO ZALcorp kali, tuh," Lica tersenyum nakal, mengangkat alisnya, menggoda Ceisya. Ceisya mengerucutkan bibirnya. "Kangen apaan, sih. Kenal deket nggak. Ngobrol juga baru sekali." "Wait (Tunggu)!" Tera membelalakkan matanya. "Gue nggak salah denger, 'kan? Loe ngobrol sama Zekrion CEO ZALcorp? Kapan ...?" tanya gadis tomboy itu penasaran. Saat ini ia sudah berpenampilan seperti Terrent Russell, akun instalkgramnya. Semua karena kerjaan Lica yang ingin mereka seakan sedang jalan sama cowok cakep, di taman hiburan. Tentunya para followers akan jadi ramai dan semakin penasaran dengan sosok yang jalan bersama mereka. #dasarselebgram. Lica dan Qila ikut menuntut jawaban dari Ceisya. ⠀ "Iya, tadi kita sempat ngobrol pas gue keluar dari ruang simulasi, ngangkat telepon Daddy." "Wah, pantesan loe lama banget baliknya," tukas Qila. "Trus gimana orangnya? Cakep banget ga kalo dilihat dari deket?" Lica menopang dagunya dengan kedua tangan. Pose imut ala chibi dengan mata berbinar-binar seperti kelinci. "Loe ngobrol apa aja, Sya?" Qila menggigit bibir begitu tertarik. "Cuma ngomong basa basi aja." "Hiiiihhh ... cerita yang lengkap, dong ...," Lica menarik-narik jemari Ceisya. Jiwa kolokannya muncul dan menggila. Ceisya mendesah mengalah. Selama ini memang tidak pernah ada rahasia di antara mereka. Akhirnya Ceisya menceritakan obrolannya dengan Zekrion pada mereka. ⠀ "Wah ... ternyata dia nggak kayak ceritanya Harzel, ya." "Apa karena itu loe, kali, Sya. Kemarin 'kan dia suka juga ngelihat loe selama acara." Lica menepuk-nepuk pipinya. "Woi, kenapa jadi loe yang kasmaran," Tera tergelak, menoel pipi Lica. "Kalau dia jadi cowok loe, gue setuju banget, Sya. Btw, loe nggak minta kontak dia apa, WhatsUp atau Instalkgram dia?" uber Lica. "Buat apaan. Ntar juga dia lupa sama gue," ucap Ceisya sedatar mungkin. Padahal dalam hati Ceisya juga merasa agak ... down. "Tapi ada satu yang bikin gue penasaran. Dia punya tatto yang mirip banget sama cowok yang dansa sama gue tahun lalu." "Yang pas ultah loe dulu, Sya? Cowok misterius itu?" tanya Qila. "Yang mana? Gue nggak nyambung," Tera memprotes. Qila menjelaskan secara ringkas acara ulang tahun Ceisya tahun lalu hingga Tera paham. ⠀ "Huum. Tapi dia nggak ngaku. Lagian mungkin gue aja yang salah lihat, karena gue cuma lihat sepintas aja tatto pasangan dansa gue dulu. Kali aja beda orang. Lagian mana mungkin sih, CEO ZALcorp menghadiri acara kayak gitu." "Ih, bisa aja kali, Sya. Yang datang ke ultah loe dulu juga banyak yang dari kalangan pebisnis. Kali aja dia emang datang. Coba ntar tanya bokap loe. Mungkin dia pernah denger tentang CEO ZALcorp," ucap Qila. Ceisya berpikir sejenak. Bener juga yang dibilang Qila. Tapi kalau memang dia pasangan dansa Ceisya tahun lalu, kenapa harus mengelak? "Gue mikir juga gitu loh, Sya," cetus Tera. "Gue ingat loe bilang si Zeek itu ngomong 'kita akan bertemu lagi segera'. Terus loe cerita, pasangan dansa loe juga bilang 'sampai jumpa lagi di ulang tahunmu tahun depan'. Nah, ultah loe bulan depan." Tera menjentikkan jarinya. "Kayaknya gue harus ngelamar jadi detektif," ucapnya tersenyum sombong. Qila mengacak rambut Tera. "Weh, jangan pegang-pegang rambut, dodol! Wig nya miring ntar," omel Tera. "Abisnya loe main cocoklogi, gitu," tukas Qila. "Kalau gue bener, gimana?" tantang Tera. "Kalo loe bener, loe mau apa dari gue?" "Gue minta kalian bertiga jadi model sekaligus endorse studio foto gue, GRATIS!" Lica dan Qila kontan melotot dan mencubit Tera bertubi-tubi. "Mental gretongan!" "Nih, gue tampol juga loe!" "Aduh ... ampuun ..., sakit, dodol. Sekali doang, sekali. Berikutnya gue bayar, separoh harga. Ayo, dong," rayu Tera cekikikan. Habislah Tera jadi korban amuk massa. Ceisya memandangi mereka sambil terkikik geli. Tera jadi warna baru buat persahabatan mereka. Semoga setelah study tour ini mereka masih tetap akrab dan kumpul bersama-sama lagi. Ceisya tidak mau kehilangan sahabat-sahabatnya ini. ⠀ "Guys, ada yang mau nemenin gue naro oleh-oleh ke bus sekalian toilet, ga?" tanya Ceisya. Minumannya sepertinya sudah minta di dorong keluar. "Tera aja tuh, 'kan tampilannya udah kayak bodyguard gitu. Suruh bawa barang-barang," Lica cekikikan. "Sekalian itu bungkusan gue juga, ya." "Yang bener aja, non. Bawa barang-barang sih nggak apa-apa. Tapi kalau ke toilet, ada juga gue digebukin orang kalo berani masuk toilet cewek." "Yang suruh loe masuk siapa? 'Kan bisa tunggu di luar." "Depan toilet cewek maksudnya?" "Ya, iyalah." Lica dan Qila cengengesan. "Mau di endors gratis, 'kan? Atau nggak jadi?" "Jadi, dong. Jadi," potong Tera cepat. "Kita masih mau menikmati es krim dan cemilan karbohidrat tinggi ini dulu. Punya loe 'kan udah habis," sambung Qila. Tera tertunduk lemas. "Yeah, okelah. Kuy, Ceis." Ia menggandeng tangan Ceisya. Tangan satunya terisi barang belanjaan Lica dan Qila. ⠀ JEPRET! ⠀ "Woy, kenapa di foto!" ketus Tera, karena melihat Lica memotret dirinya dan Ceisya yang tengah bergandengan tangan. "Mau gue pamerin di sosmed, biar Andra lihat. Ceisya udah move on habis putus sama dia!" gelak Lica gemas. Ia benar-benar kesal dengan tingkah mantan pacar Ceisya itu. Sangat tidak bertanggung jawab. Untung belum jadi suami. Iew! "Heleh!" Tera menggelengkan kepala pasrah. "Asal jangan sampai ketahuan aja gue cewek. Gue nggak mau dikira lesbo, ngerti." "Ngerti pria tamvan qoh. Akuh pada moeh, bebih," Lica mengedip dan memberi kiss bye pada Tera. "Hoeeekkk," balas Tera. Ceisya dan Qila hanya bisa tergelak melihat tingkah dua temannya yang sama-sama kekanak-kanakan. ⠀ Akhirnya Tera dan Ceisya berjalan menuju parkiran. Mobil bus mereka berjejer di sana bersama banyaknya mobil pribadi. "Biar gue aja yang naro barang-barang ini ke mobil, Ceis. Loe tunggu di luar aja, yak. Ntar kita ke toilet sama-sama," ucap Tera sambil mengambil barang bawaan Ceisya dari tangannya. Ceisya hanya mengangguk. Tera menaruh belanjaan mereka di rak atas bangku bus. Menyusunnya dengan rapi dan aman, kemudian segera turun. ⠀ "Ceis?" matanya melirik ke kiri dan ke kanan. "Ceisya?" Tera membungkuk melihat dari bawah bis. Tidak ada kaki siapa pun terlihat di bawah sini. Apa mungkin Ceisya sudah kebelet banget, kali ya? Tapi masa tidak menunggu Tera dulu. Mereka 'kan sudah janjian. Tera berlari kecil melihat sekitar parkiran. Perasaannya jadi tidak tenang. "CEISYA ... KAMU DIMANA?!" "CEISYA, INI NGGAK LUCU. JANGAN BERCANDA ...!" "CEISYA ...!!!" . . . ◦•●◉✿❦♛❦✿◉●•◦
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD