◦•●◉✿❦ 2018 ❦✿◉●•◦
⠀
❝ Sepertinya tempat ini adalah rumah sakit jiwa.
Orang-orangnya sakit jiwa.
Tapi mereka malah menuduhku punya penyakit kejiwaan.
Apa mereka memang ditugaskan untuk mengguncang kejiwaanku? ❞
⠀
➳ [ Ceisya Z. Reyes ] ❦
⠀
⠀
♖ [ Unknown Mansion — Mansion Tak Dikenal ] ♖
⠀
'Seandainya saja dulu aku membiarkanmu mati, aku tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini.
Sama seperti aku yang kehilangan impianku, kamu juga akan kehilangan segalanya saat bertemu dengannya. Dia Pangeran Kegelapan yang jauh lebih mengerikan dari Adam Chunning Reyes.
Kamu nikmati saja eksekusimu nanti. Aku harap dia menyakitimu lebih dari dia menyakitiku.'
⠀
Kata-kata dokter psiko itu terus memantul-mantul dalam benak Ceisya. Bahkan di alam bawah sadarnya ia teramat ketakutan akan apa yang bisa saja menimpanya nanti.
Eksekusi dirinya?
Ya, Tuhan .... Apa yang harus Ceisya lakukan?
⠀
Ketika terbangun keesokan paginya, Ceisya merasa tubuhnya teramat sakit. Punggungnya seakan kebas dan tidak bisa digerakkan. Begitu kaku. Semua persendiannya berderik begitu Ceisya mencoba menggeser tubuhnya.
Berapa banyak dosis obat yang diberi dokter psiko semalam? Wanita gila itu sepertinya berniat membunuhnya!
Ceisya mendesah, berusaha beringsut, mendorong tubuhnya ke sisi yang lebih kering. Seprai dibawah tubuhnya terasa panas dan basah karena keringat. Ia mimpi buruk lagi semalam. Mimpi tenggelam di dalam bathtub penuh darah. Sayangnya pergerakan Ceisya sangat terbatas, mengingat tubuhnya masih terikat dengan empat sisi tiang ranjang.
Ia melirik ikatan di tangannya. Pastinya kulitnya sudah memerah atau bahkan luka.
Ceisya beralih memandangi plafon kamar dari kayu jati berbentuk bulat yang lebar. Terdapat ukiran matahari di sana dengan sulur-sulur cahaya yang berukir rumit. Lampu LED menghiasi beberapa titik plafon.
Matahari.
Masihkah esok aku melihat mentari? batin Ceisya lirih.
⠀
Bunyi suara kunci pintu di putar membuat jantung Ceisya kembali berdebar cepat.
Apa dokter psiko itu kembali lagi?
Ternyata yang masuk adalah wanita tua berumur sekitar enam puluh atau tujuh puluh tahun. Ia datang dengan lima orang maid wanita dan dua orang ... — mungkin bodyguard — yang semalam mengikat Ceisya di tiang ranjang.
Ceisya melirik mereka dengan perasaan cemas. Kegilaan macam apa lagi yang akan mereka lakukan terhadapnya? Apa wanita tua ini juga punya dendam terhadap Daddynya?
Tangan wanita tua itu terulur ke arah wajah Ceisya. Sorot matanya mengisaratkan kesenduan.
Apa wanita tua ini iba padanya?
Bisakah Ceisya berharap wanita ini melepaskannya?
Mata Ceisya memanas. Butiran embun bergulir merembesi sudut matanya. Anehnya raut wajah wanita tua itu berubah jadi tidak senang. Ia mendelik pada para bodyguard di belakangnya. Tangannya mengayun memberi isyarat. Namun tidak ada kata yang terucap, tapi dari gerak bibirnya wanita itu sangat marah. Menunjuk-nunjuk d**a dan kepala kedua bodyguard tadi.
Apa wanita tua ini tuna rungu?
Sang bodyguard hanya bisa tertunduk, kemudian bergerak cepat ke arah ranjang. Melepaskan semua ikatan di tubuh Ceisya. Sementara wanita tua tadi memerintahkan para gadis maid untuk ke kamar mandi.
Setelah ia memerintahkan kedua bodyguard pergi, wanita tua itu menghampiri Ceisya. Menangkup kedua tangan ke d**a, menunjuk bodyguard yang telah berada di luar kamar.
Apa wanita itu meminta maaf? pikir Cheisya bingung.
Wanita itu kemudian meletakan tangan di dekat d**a, kemudian membuat gerakan seakan memegang cangkir dan mendekatkan tangannya ke mulut. Kemudian melingkarkan tangan di leher, lalu mengusap perutnya. Memiringkan kepalanya dengan tangan kanan terbuka.
Maid di sebelahnya langsung bicara, "Ibu Ida bertanya, apa Anda haus? Apa Anda lapar? Ingin makan dan minum apa?"
Ceisya mengerjabkan mata. Mulutnya sudah ingin menjawab 'ingin pulang', tapi ia teringat ancaman dokter psiko semalam. Ia harus tenang. Kapan perlu ia harus menggunakan bahasa yang lembut untuk mengambil hati para maid ini, khususnya wanita tua ini. Siapa tahu hati mereka jadi lembut dan mau mendengar penjelasan Ceisya, bahwa ia adalah korban penculikan.
"Terserah," jawab Ceisya akhirnya. "Aku makan apa pun yang ada."
Wanita tua tadi langsung bicara dengan para maid, dua di antara mereka langsung keluar dari kamar.
Sekarang di kamar hanya ada Ibu Ida dan satu orang maid. Si ibu langsung menghampiri dan mengusap bekas ikatan di tangannya yang sedikit memerah. Ia mengeluarkan botol berisi akar entah apa dari dalam saku sweater cardigan-nya.
Ceisya berjengit saat wanita tua itu mengoleskan cairan dalam botol ke kulitnya. Mulai memijat tubuh Ceisya. Maid yang masih mendampinginya ikut memijat kaki Ceisya. Ceisya menghembuskan napas lega. Tubuhnya menghangat seketika. Kekakuan tubuhnya juga mulai menghilang.
Wanita tua itu tersenyum ke arah Ceisya. Memberi isyarat tangan menunjuk wajah Ceisya.
"Ibu Ida bilang, Nona cantik sekali," tukas maid itu.
"Terima kasih. Apa Ibu Ida bisa mendengar ucapanku?" tanya Ceisya lagi.
Wanita tua itu mengangguk.
"Aku berada di mana Ibu? Siapa pemilik tempat ini?"
Wanita tua itu kembali memberi isyarat dan gadis maid mengartikan ucapannya.
"Anda berada di tempat yang aman. Ini resort pribadi milik tunangan Anda, Tuan Natha. Anda harus menjalani pemulihan selama beberapa waktu di sini."
Ceisya berjengit, mencoba menganalisa ucapan wanita tadi.
"Saya tidak punya tunangan. Saya juga tidak sakit. Kenapa saya harus memulihkan diri di tempat ini? Ini di mana?" protes Ceisya.
Si gadis maid dengan cepat mengartikan isyarat Ibu Ida.
"Tenanglah, Nona. Anda harus bisa mengendalikan emosi Anda. Kami tidak boleh mengatakan di mana sekarang Anda berada, karena Tuan takut Anda minta pulang. Anda sudah bertunangan dengan Tuan. Coba lihat jari Anda."
Ceisya terperangah menatap cincin tunangan dengan butiran berlian memeluk jari manisnya.
⠀
"AKU TIDAK PUNYA TUNANGAN !!!"
⠀
Gadis maid tadi terperanjat kaget. Tapi Ibu Ida melambaikan tangannya, mengisyaratkan sesuatu pada gadis itu. Membuatnya mengangguk.
"Aku mau pulang!" ketus Ceisya. "Aku tidak pernah bertunangan dengan siapa pun! Aku diculik ke tempat ini oleh Tuan kalian. Mana pria itu? Aku mau bertemu dengannya! Dia harus membawaku pulang!" Air mata Ceisya kembali mengalir.
Ibu Ida menepuk-nepuk dan memijat pundak Ceisya. Mencoba menenangkan diri gadis muda itu.
"Anda mandi dan makan dulu baru pulang, Nona."
Ceisya mendesah. Mereka pasti berbohong. Mereka pasti akan menahannya di sini.
Ceisya mulai merasakan perutnya begitu nyeri. Rasa lapar dan haus muncul bersamaan dengan kedatangan dua maid yang tadi keluar dari kamar. Mereka membawa baki berisi sarapan, s**u, kue, puding dan buah. Perut Ceisya langsung bersorak saat matanya menangkap pemandangan itu.
Sepertinya ia memang harus makan dulu sebelum memulai pelariannya. Ia butuh banyak tenaga supaya bisa kabur dari orang-orang ini. Para penghuni mansion ini sudah gila! Tapi Ceisya harus tetap tenang demi menjaga kewarasannya.
⠀
◦•●◉✿❦ FLASHBACK OFF ❦✿◉●•◦
⠀
"Nona Zehra, ada kabar gembira."
Ceisya berpaling dari pemandangan berawan di balik dinding kaca kamarnya. Kamar sementaranya di resort ini. Ia memutar tubuh menghadap gadis maid yang pertama kali ia jumpai. Gadis yang memijatnya bersama Ibu Ida. Namanya Lily.
"Kabar gembira apa, Lily?"
"Tuan Natha mengizinkan saya untuk membawa Nona berkeliling resort hari ini," timpal gadis periang itu. Sepertinya gadis itulah yang kelewat bersemangat memamerkan tempat ini dibanding Ceisya sendiri.
Namun, hari ini adalah hari yang ditunggu Ceisya. Ia sudah cukup bersabar setelah berhari-hari mempelajari tingkah para penghuni resort. Mereka bisa menjawab beberapa hal, tetapi dilarang mengatakan beberapa hal lainnya. Ketika Ceisya bertanya dengan nada lembut, mereka akan menjawab pertanyaannya, tapi saat emosi Ceisya naik, mereka akan cepat-cepat meninggalkannya di kamar terisolasi. Tidak ada jendela seperti kamar yang ia tempati saat ini. Benar-benar tertutup. Ceisya sampai tidak bisa membedakan siang dan malam.
Mereka juga tidak mau menjawab ketika Ceisya bertanya sudah berapa hari ia di resort ini. Anehnya soal Tuan mereka yang bernama Natha, mereka bilang dia adalah pria tertampan dan paling baik yang pernah mereka temui. Itu sangat berbanding terbalik dengan pendapat dokter psiko yang ditemui Ceisya saat pertama kali terjaga.
Para maid di tempat ini juga sangat senang akhirnya Ceisya di bawa ke resort. Selama ini mereka hanya melihat Ceisya melalui lukisan dan ukiran yang ditaruh di ruangan khusus gallery seni Tuan Natha. Mereka bilang, Tuan mereka sangat mencintai Ceisya.
Namun saat Ceisya bilang ia tidak mengenali siapa Tuan yang mereka maksud, Lily menjawab, pria bernama Natha itu bilang pada mereka, bahwa Ceisya mengalami tekanan mental yang membuatnya lupa beberapa hal dan mudah emosi. Sungguh kebohongan yang mengerikan. Ceisya semakin berhasrat menampar si Natha itu jika dia bertemu nanti.
⠀
'Apa Anda tidak senang, Nona?"
Ceisya tersentak dari lamunan dan rencana pelariannya. Ia memberi senyum termanisnya pada Lily.
"Tentu saja aku sangat senang, Lily. Jadi kapan kita tour di sekitar resort ini?"
Gadis muda periang itu menjawab penuh semangat, "Kami sudah menyiapkan sarapan untuk nona di balkon. Ini pertama kalinya buat Nona menghirup udara di luar. Pemandangannya sangat indah. Jadi, saya harap Nona ... tolong jangan mencoba kabur, ya .... Kami akan mendapat hukuman dari Tuan."
"Kamu takut pada Tuanmu?" selidik Ceisya.
"Kami takut mengecewakan kepercayaannya."
Ceisya menahan dengusannya. Apa penculik ini punya dua kepribadian? Satu sisi baik, satunya teramat jahat sampai disebut Pangeran Kegelapan.
"Kalau begitu aku juga tidak akan mengecewakanmu."
Lily tersenyum puas. "Kalau begitu kita akan jalan ke sana sekarang." Gadis itu memandu Ceisya keluar dari pintu kamar.
Sayangnya para bodyguard juga ikut menyertai mereka. Ceisya mendengus. Pada prakteknya, meski ia mulai diberi kebebasan, ia tetaplah tahanan di resort indah ini.
"Lalu, kapan tunanganku kembali ke sini?" Ceisya kembali bertanya pada Lily.
Lebih mudah bagi Ceisya membuat mereka senang dengan mengatakan hal ini. Secara semua penghuni mansion ini sangat percaya dan memuja Tuan mereka. Pujian untuk Tuan mereka adalah pujian untuk mereka juga. Sangat aneh.
"Tuan bilang, mungkin lima hari lagi dia akan kembali ke sini, Nona.
"Oh ..., syukurlah. Aku sangat merindukannya."
.
.
.
◦•●◉✿❦♛❦✿◉●•◦