2. Dansa dengan Casanova — Dance with Casanova

1698 Words
"Haruskah mempercayai untaian kata seorang perayu ulung. Pujian dari mata yang dingin dan bibir dengan senyum paling sinis. Aura dominan yang membuatmu tertekan. Menjanjikan sesuatu kemudian menghilang tanpa jejak. Baiklah, kalau begitu aku akan menyebutmu Casanova." CEISYA Z. REYES ⠀ Ceisya mematut dirinya di depan standing mirror full body. Rambut cokelat brunette-nya ditata apik dengan jalinan menyatu di bagian belakang. Helaian rambut lainnya dibuat tergerai hingga menyentuh pinggang. Bagian atas rambut dihiasi hair piece silver berbentuk bunga dengan tiara hingga ke bagian belakang jalinan rambut. Ia mengenakan long dress berbahan chiffon warna beige, dengan aksen ruffle pada rok. Bagian bahu ditambahkan cape dress dari bahan lace yang diberi payet dan butiran permata hias. Ia juga mengenakan high heels glitter dengan permata yang senada dengan gaunnya. Beberapa aksesoris mungil kalung, giwang, cincin dan gelang berbentuk untaian bunga mini turut menyempurnakan penampilannya. “You’re drop dead gorgeous, my princess." Pria yang paling ia sayangi di dunia ini mengecup puncak kepalanya. Pria itu masih tampak muda di usianya yang sudah melewati separuh abad. “You are more charming, Daddy,” Ceisya mengusap pipi Daddynya. Pria itu terkekeh. “Ready for your party?" Ceisya mengangguk penuh semangat. Mereka bergandengan tangan keluar dari kamar menuju aula pesta. Sebenarnya Ceisya tidak mengharapkan pesta ini dirayakan. Hanya saja dalam keluarga Daddy, umur 19 tahun sangat disakralkan. Alasannya, umur 19 tahun adalah saat terberat dalam hidup. Seseorang yang berusia 19 tahun berada di ambang peralihan dari remaja menuju dewasa. Sifat dan karakter mulai semakin terbentuk di usia ini. Permulaan untuk mencoba hidup lebih mandiri. Mungkin saja di tahap itu seseorang bisa jadi mulai terbangun, bahwa kenyataan tidaklah seindah mimpi di masa kanak-kanak. Hidup tidaklah semanja itu. Mereka harus mencoba mandiri memikirkan dan merencanakan dengan serius hal-hal seperti pendidikan, pekerjaan, serta merancang akan seperti apa masa depan nanti. Mereka juga akan mulai mengerti bahwa siapa pun yang tadinya selalu mendampinginya, bisa saja meninggalkannya begitu saja. Mulai belajar bahwa ada pertemuan pasti ada perpisahan. Mereka juga bisa bertemu orang yang baik atau buruk. Mungkin saja itu orang-orang yang ingin memanfaatkanmu, mungkin juga seseorang yang tulus. Di saat itulah mulai disadari, bahwa hanya sedikit yang bisa dipercaya, hanya sedikit yang bisa dijadikan sahabat sejati. Jangan terlalu berharap dan bergantung pada orang lain. Uang juga tidak bisa membeli kebahagiaan. Di umur segitu mungkin saja akan bertemu dengan cinta yang salah atau malah cinta sejati. Patah hati mungkin saja bisa terjadi. Tetapi biasanya, seseorang yang berhasil melalui usia terberat ini, akan punya formula untuk mengobati diri sendiri. ⠀ Suara keriuhan aula pesta mulai terdengar. Bukan hanya sahabat terdekat dan teman-teman Ceisya saja yang diundang ke pesta ini. Tetapi juga keluarga besar, teman-teman Mommy dan rekan bisnis Daddy. Hampir semuanya mengenakan topeng beragam, berpakaian mewah dengan aksesoris branded yang jelas tidak bisa diragukan tingkat kemahalannya. Khas jetset. Ceisya sejujurnya tidak senang dengan pesta yang berlebihan seperti ini. Tapi Daddy mulai kesal dengannya karena di tahun-tahun sebelumnya, Ceisya tidak pernah ingin pesta ulang tahunnya dirayakan. Ia hanya ingin merayakan ulang tahunnya di panti asuhan. Bersama anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung lainnya. Tapi tahun ini, Daddy tidak akan mengizinkan Ceisya merayakan ulang tahun di panti jika Ceisya tidak juga menurut untuk merayakan sembilan belas tahun kelahirannya. Mau tidak mau, akhirnya Ceisya terpaksa menyetujui keinginan Daddy dan keluarga besarnya. Pesta ini diatur oleh Mommy, Tante Raya yang merupakan kakak kandung Mommy, serta rekan sesama Ibu-Ibu sosialita mereka. Bahkan pesta topeng bertema Romeo dan Juliet juga mereka yang tentukan. Ceisya hanya menerima saja. Kalau boleh berpendapat, kisah cinta Romeo dan Juliet bukanlah kisah yang disukai Ceisya. Terlalu dark dan sad ending. Jelas karena kedua tokoh tidak bisa bersama akibat keegoisan keluarga mereka, hingga mereka menghadapi kematian yang seharusnya tidak perlu terjadi. Ceisya lebih suka kisah romantis yang banyak manis-manisnya. Meskipun ... banyak juga yang beranggapan cerita Romeo dan Juliet itu romantis. ⠀ Sekarang ia telah di apit oleh Daddy dan Mommy. Melangkah anggun menuruni tangga. Lampu sorot mengiringi setiap langkah mereka. Orkestra mengalun pelan. Semua mata terpaku pada mereka. Pada Ceisya lebih tepatnya. Ceisya bukanlah orang yang senang di perhatikan seperti itu. Hal itu seringkali membuatnya malu dan salah tingkah. Ia lebih suka di tempat sepi daripada di keramaian. Risi saat diperhatikan. Dua sahabatnya, Qila dan Lica, mendekat menghampiri Ceisya saat ia sampai di tangga paling bawah. Mereka saling cipika-cipiki, berpelukan sembari mengucapkan selamat ulang tahun dan doa juga harapan buat Ceisya. Mereka berdua adalah sahabat terbaik Ceisya sejak SMP. Qila dan Lica bahkan kuliah di kampus yang sama meskipun jurusannya berbeda. Persahabatan yang sangat kental sehingga hampir tidak pernah ada rahasia di antara mereka bertiga. Suara pembawa acara mulai membuka salam pertanda pesta yang sesungguhnya telah dimulai. Kedua orang tua Ceisya juga mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran seluruh tamu undangan. Menceritakan hal-hal menarik termasuk sedikit cerita masa kecil Ceisya hingga prestasinya setelah dewasa. Membuat Ceisya menjadi sedikit rikuh. Setelah acara potong kue selesai, dilanjutkan dengan dansa pesta topeng untuk para muda-mudi yang belum menikah khususnya. Lampu aula pesta diredupkan, semuanya mengenakan topeng. Bergerak ke tengah-tengah lantai dansa. Ceisya juga sudah mengenakan topengnya. Mereka disuruh membaur dalam kegelapan. Tidak ada yang boleh tetap di tempat. Nantinya saat lampu kembali menyala, pria yang berada paling dekat dengan mereka harus menjadi pasangan dansa masing-masing. Jantung Ceisya berdebar-debar ketika sinar lampu kembali terang benderang. Ia membuka matanya perlahan, berharap siapa pun yang berada di dekatnya adalah orang yang menarik. Dan begitu matanya terbuka sepenuhnya, ia persis berada di hadapan d**a bidang seseorang. Spontan Ceisya memundurkan tubuh karena jarak mereka terlalu dekat. Ia menengadahkan wajahnya. Wow ... berapa tingginya pria ini? pikir Ceisya takjub. Rahang yang tegas dengan dagu yang berbelah. Ada sedikit bekas cukuran di sekitar dagu dan rahangnya. Kulit juga tidak terlalu putih tetapi juga tidak termasuk cokelat gelap. Eksotis mungkin lebih tepat. Bibirnya tipis. Ceisya menatap penasaran pada topeng yang dikenakan pria itu. Warna hitam berpadu dengan kelabu metalik. Serasi dengan jas tuxedo yang dikenakannya. Memperjelas pria di hadapannya ini pastilah bukan orang sembarangan. Perawakannya yang tinggi besar membuat lekukan tuxedo itu terpasang begitu pas. Apa pria ini seorang olahragawan? Ceisya menimbang-nimbang. Pria di hadapannya menyunggingkan senyuman. “Sudah selesai adegan terpesonanya, Nona?” Pria itu menundukkan wajah saat berbisik pada Ceisya. Kontan wajah Ceisya memanas. “Percayalah, tampangku tidak akan mengecewakan,” ucap pria itu penuh percaya diri. Kembali terkekeh. Entah kenapa Ceisya suka tone suaranya saat tertawa. Pria asing itu membungkukkan tubuh seraya mengulurkan tangannya pada Ceisya. Bunyi lantunan musik dansa sudah terdengar. Ceisya turut menundukkan tubuh dan mengembangkan roknya. Menyambut uluran tangan si pria misterius. Telapak tangan yang hangat dan lebar. Pria itu terus menatap mata Ceisya dalam-dalam. Netra si pria yang berwarna cokelat gelap itu beradu pandang dengan netra biru Ceisya. “Apa aku sudah bilang, you’re gorgeous My Lady. You have the most beautiful eyes." “Gombal! Tapi ... terima kasih. Matamu juga ... uhm ... tajam,” balas Ceisya mengarahkan pandangannya ke arah lain. Merasa pipinya memanas. Pria itu tergelak. “Aku tidak gombal. Ini serius. Makanya mataku ini terpikat dan terus menatapmu tajam. Kamu memang sangat cantik dan matamu luar biasa memesona.” Ceisya menarik napas. Ia tak tahu harus bersikap apa. “Aku bisa percaya kalau kamu bilang mataku cantik. Tapi aku bahkan belum membuka topeng, bagaimana bisa kamu beranggapan kalau aku juga cantik?” Pria itu tersenyum tipis. “Kamu sangat terkenal. Putri tersayang seorang pebisnis sukses. Kaya raya tetapi tetap sederhana, tidak sombong dan dermawan. Artikel tentang kamu sudah terlalu banyak di majalah,” ucap pria itu kalem. “Tentu dengan foto juga.” Ceisya berjengit. Seperti itukah orang mengenal dirinya? “Media kadang melebih-lebihkan.” Pria itu mendengus. “Jadi itu tidak benar?” “Tergantung mindset orang yang membaca artikel dengan orang yang memang sangat mengenalku secara pribadi.” Ceisya berputar dan pria itu merangkul pinggangnya dari belakang. Ia merasakan panas dalam dirinya. Napas hangat pria itu berhembus di tengkuknya. Membuat tubuhnya merinding. Syukurnya mereka kembali bergerak saling berhadapan. Tidak ada yang salah dengan dansa ini. Yang salah hanyalah, seperti ada aura gelap yang menyertai pria itu. Sesuatu yang terdengar sinis dari setiap kata-katanya. “Pola pikir seseorang. Hmm ..., menurutmu seseorang harus kenal lebih dekat dengan orang lain dulu sebelum membuat penilaian?” Pria itu memulai perdebatan lagi. Ceisya menatap mata cokelat gelap itu. Kenapa ada kesan .... Tangan Ceisya terulur ke arah topeng si pria misterius. Ia ingin menarik lepas topeng itu. Penasaran melihat wajah pria di hadapannya. Apakah tampangnya juga sesinis ucapannya? Pria itu menahan jemari tangan Ceisya. Ceisya masih sempat melirik tatto bunga berwarna merah darah dengan bagian tengah oranye gelap di punggung tangan si pria misterius. Tidak terlalu besar, tapi cukup terlihat. Pria itu tersenyum sinis, menarik jemari Ceisya kemudian mengarahkannya ke bibirnya. Mengecupnya. Oh my God! Netra biru Ceisya membelalak kaget. Apa pria ini Don Juan? Atau malah seorang Casanova? Seperti Daddynya barangkali? “Slowdown, Bae. Ada masanya kamu akan melihat aku lagi,” pria itu terkekeh penuh misteri. Lagi? “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Ceisya semakin penasaran. “Aku pernah melihat kamu?” Pria itu mengangguk, tersenyum sinis. “Kapan?” “Beberapa tahun yang lalu.” “Apa kita teman?” Pria itu terkekeh. “Kita bukan teman.” Ceisya terpana. Suara alunan musik semakin memelan, tanda dansa mereka segera berakhir. “Sampai jumpa lagi di ulang tahunmu tahun depan Ceisya Zehra Reyes. Aku akan memberi kejutan yang akan membuatmu terus mengingatku seumur hidupmu,” janji pria itu. Pria misterius itu melepaskan rangkulannya. Menundukkan tubuh sopan. Mengangguk, kemudian melangkah pergi. Ceisya hanya bisa terpaku tanpa kata. Memandangi punggung lebar yang semakin menjauh. Suara yang memanggil namanya dari arah belakang membuat Ceisya tersentak. Daddy berjalan menghampirinya. Ceisya melirik kembali pada pasangan dansanya karena semua orang sudah membuka topeng mereka masing-masing di hadapan pasangan dansa mereka. Dan pasangan dansa Ceisya sudah menghilang dalam keramaian tamu-tamu pesta. Ceisya mengedarkan pandang ke sana ke mari. Tidak ada satu pun sosok yang menyerupai perawakan pria misterius tadi. Bermacam pertanyaan berputar di benak Ceisya. Benarkah ia pernah berjumpa dengan pria itu? Kapan? Apa maksudnya mereka akan berjumpa lagi di ulang tahun Ceisya tahun depan? Kejutan seperti apa yang sedang pria itu persiapkan untuknya? Siapa pria itu? Ceisya bahkan tidak tahu namanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD