Bab 1. Menyaksikan Suami Mendua

1263 Words
Happy Reading. Claudia mematung melihat pemandangan di depan sana. Perasaannya terasa sesak dan kedua matanya tak lepas dari sepasang pria dan wanita yang ada di depan sana. Suaminya–Reza tengah menggenggam tangan seorang wanita cantik. Keduanya nampak tersenyum bahagia, Reza bahkan menyuapi makanan untuk sang wanita. Sakit sekali rasanya, Claudia benar-benar tidak menyangka akan melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika sang suami sedang bersama kekasihnya. Claudia bisa melihat bagaimana Reza memperlakukan wanita itu. Perlakuan yang belum pernah ditunjukkan untuknya. Perlakuan Reza sangat berbeda jika bersamanya. Tiba-tiba Claudia ingat tepat saat malam pertama pernikahan mereka satu tahun yang lalu, Reza mengatakan sesuatu yang menusuk jantungnya. Saat itu juga dunia Claudia terasa runtuh dan ingin sekali Claudia meminta pisah, tetapi sekali lagi, Claudia masih menjaga perasaan keluarga besarnya dan kakek Aditama, hingga dia menekan perasaan sakit itu dalam-dalam. "Claudia, sejujurnya aku menerima pernikahan ini karena terpaksa. Kakek menginginkanku menikah denganmu dan aku tidak bisa menolak permintaannya karena aku sangat menyayangi kakek." "Maksudmu apa, Za?" tanya Claudia dengan jantung yang berdetak kencang. Perasaannya tidak enak sama sekali. "Meskipun kita sudah menikah, aku tidak bisa menyentuhmu ataupun menjadi suami seperti yang lain. Kamu juga tidak perlu menjalani peranmu sebagai istri. Jadi, aku ingin kita menjalani hidup masing-masing, kamu bebas melakukan apapun di luar sana, begitu pun denganku. Saat di rumah kita bisa menjadi diri kita sendiri, tetapi saat di depan keluarga, kita harus berperan layaknya suami istri. Kamu bisa, kan?" "Kamu sedang bercanda, kan?" Claudia menggeleng tidak percaya. "Justru aku tengah bicara jujur." "Kenapa, Za? Kenapa kamu lakuin ini padaku?" "Sudah kubilang, kan? Aku hanya tidak ingin kakek kecewa padaku karena kakek sangat ingin aku menikah denganmu." Claudia mengepalkan kedua tangannya, dia menatap Reza dengan tatapan nanar. "Sebaiknya kamu jujur saja dan ayo kita pisah!" "Apa kamu ingin membuat keluarga besar malu dan kakek terkena serangan jantung?" Claudia terkekeh sinis, pria yang sudah dia sukai sejak pertama kali bertemu itu kini membuat goresan luka di hatinya. Reza sangat berbeda saat sedang di hadapan keluarganya. "Lalu, apa yang aku dapatkan dari pernikahan ini?" "Aku tahu kalau keluargamu sudah mendesakmu untuk segera menikah karena usiamu juga sudah tidak muda lagi," jawab Reza tersenyum miring. "Jadi, terima saja pernikahan ini dan kamu masih bebas bekerja seperti sebelumnya." *** Claudia tahu jika Reza memang masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Akan tetapi, dia baru pertama kali melihat Reza berdua seperti ini. Segelas jus dingin yang teronggok di depannya pun tidak mampu membuat hatinya terasa dingin saat melihat bagaimana dua orang di hadapannya berinteraksi tanpa canggung sekalipun sang pria sudah mendapat gelar sebagai seorang suami. "Jadi, dia wanita yang membuatmu mengabaikan istri dan menodai kesucian pernikahan," batin Claudia miris. Bagaimana perasaanmu saat melihat pria yang setahun lalu mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan akan membawamu ke dalam sebuah hubungan sakral berupa pernikahan malah bermesraan dengan wanita lain layaknya sepasang kekasih? Ah, kenyataan yang terjadi memang mereka adalah benar-benar sepasang kekasih, bahkan Claudia sebagai istri sah saja tidak berhasil untuk menahan dan membuat sang suami mengakhiri hubungan gelapnya itu. Claudia terlihat begitu menyedihkan dan hanya bisa memperhatikan suaminya bersama dengan perempuan lain, bahkan terang-terangan bermesraan seperti itu. "Aku tahu pernikahan ini terjadi karena perjodohan dan Reza sudah mengatakan jika dia tidak bisa menjadi suami seutuhnya, tetapi tetap saja aku merasa hatiku begitu sakit saat melihat dia bersama perempuan lain." "Sayang, besok anterin aku ke toko perhiasan yang lagi booming itu, ya?" Claudia bisa mendengar jelas ucapan wanita itu. "Iya, sayang. Apa sih yang nggak buat kamu." "Makasih, aku sayang kamu." "Aku cinta kamu," balas Reza mengelus pipi sang kekasih. Claudia berdecih dalam hati, merasa jika Reza benar-benar berbeda ketika bicara padanya dan dengan wanita itu. Jika dengannya Reza selalu tampak dingin dan sedangkan dengan wanita itu Reza begitu hangat dan lembut. "Reza, tidak adakah sedikit saja rasa bersalah dalam hatimu saat melakukan semua itu? Tidak adakah rasa iba sedikitpun dalam hatimu kepadaku, sedangkan kamu begitu mudah menjalin hubungan dengan wanita itu tanpa takut semua orang mengetahui statusmu?" batin Claudia. Claudia memutuskan untuk beranjak dari tempat duduknya, dia sudah tidak kuat melihat adegan sepasang kekasih itu, perih sekali rasanya. "Aku yang terlalu bodoh, menganggap bahwa kamu akan menerimaku suatu saat nanti dan mencintaiku secara perlahan setelah pernikahan ini berjalan seiring waktu? Padahal kenyataannya apa yang aku pikirkan ini tidak pernah benar-benar akan menjadi kenyataan, sebab nyatanya kamu tetap membersamai wanita itu dan hatimu tetap mencintainya, sementara aku hanyalah menjadi seorang pemain pengganti yang tidak akan pernah memiliki arti dalam hidup dan hatimu." Seketika timbul sebuah rasa penyesalan di dalam relung hati terdalam Claudia, jika saja dia tidak menyetujui perjodohan itu, pasti saat ini dia masih bisa tertawa dengan bebas tanpa memikirkan berbagai beban dalam hidupnya. Sebagai seorang istri sah, Claudia memang tidak berhak untuk sekedar marah atau kecewa kepada suaminya yang jelas-jelas sedang mendua di depannya. Bukan karena tidak ingin, akan tetapi semua itu karena dia sadar dirinya tidak berhak untuk melakukannya. Sebuah kesepakatan bodoh yang disetujui oleh Claudia setelah malam pernikahan itu. Jika saja Claudia tahu kalau akhirnya hanya akan menyiksanya sedemikian rupa seperti ini, sudah pasti dirinya tidak ingin menyetujuinya dan lebih memilih untuk berpisah saja. Kesepakatan yang disetujuinya itulah yang pada akhirnya membuatnya merasa tersiksa sendiri, dia ingin marah dan melampiaskan kekecewaan serta sakit di hatinya kepada laki-laki yang menjadi suaminya itu, akan tetapi pada akhirnya Claudia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan erat bahkan hingga membuat buku-buku jarinya memutih tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun di hadapan Reza dan kekasihnya. Claudia merasa dirinya begitu bodoh karena meski sudah dapat menebak akhirnya akan menjadi seperti apa, namun dia tetap saja berani menaruh perasaan terhadap laki-laki itu. Perasaan yang mungkin sampai kapanpun tidak akan pernah mendapatkan balasan yang setimpal karena memang bukan dia yang diinginkan oleh Reza. "Besok lusa jangan lupa, loh?" "Iya sayang, aku pasti selalu ingat." "Meski kamu udah punya istri, aku tetap pacar sah kamu." "Iya dong, kamu selalu yang utama." Claudia berjalan cepat menuju pintu restoran, dia tidak ingin menyaksikan semua yang dilakukan oleh Reza dan kekasihnya itu lebih lama lagi. Meski Reza tidak menyadari keberadaannya, tetapi Claudia tidak akan sanggup untuk menahan perihnya hati yang terluka. Bukankah lebih baik Claudia membawa dirinya menghindar daripada terus menyakiti dirinya sendiri secara sadar? Jika saja dia bisa melukiskan betapa sakit hatinya saat ini, mungkin orang-orang akan melihat bagaimana hatinya sudah hancur tidak berbentuk lagi, sayangnya Claudia harus lebih memperbanyak lagi stok sabar dalam hatinya. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat, satu tahun adalah waktu yang cukup lama dan rasanya akan sangat melelahkan jika waktu selama itu hanya akan digunakan untuk menangisi dan menyesali semua yang telah terjadi. Menaruh harapan pada seorang laki-laki yang entah akan membalas perasaannya atau tidak, pada seorang pria yang di dalam hatinya bahkan masih tertulis nama wanita lain selain istrinya sendiri. Perempuan itu melangkah tanpa memperhatikan depan, kepalanya menunduk mencoba mengusir perih yang masih saja betah untuk menggerogoti relung hatinya, hingga dia tidak sengaja menabrak seseorang di depan pintu. "Aduh, maaf!" Ponsel orang itu jatuh saat Claudia tanpa sengaja menyenggol lengannya, membuat perhatian beberapa pasang mata seketika teralihkan padanya. Salah satunya adalah Reza dan Bianca yang sama-sama menolehkan kepala mereka untuk melihat siapa yang baru saja mengalami sebuah insiden tak menyenangkan di restoran seperti itu. Akan tetapi, beberapa saat setelahnya kedua mata Reza langsung membulat tidak percaya saat melihat keberadaan Claudia di restoran yang sama dengan dirinya dan Bianca. Reza sama sekali tidak sadar jika selama dia berada di restoran tersebut bersama dengan kekasihnya, di sana juga ada Claudia. Apakah istrinya itu sudah melihatnya dengan Bianca? Sudah berapa lama Claudia ada di sana. ‘’Bagaimana bisa Claudia ada di sini?" gumam Reza dengan perasaan tidak enak. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD