Bab 20. Kenyataan pahit

1601 Words
Happy Reading Sementara di sisi lain, Bianca jadi lebih sering suka marah-marah sendiri. Uring-uringan tidak jelas. Semua itu dikarenakan oleh Reza, yang belakangan ini tidak pernah lagi menghubunginya, bahkan beberapa hari ke belakang Reza sama sekali tidak bisa dihubungi. Padahal Bianca ingin tahu untuk sekedar menanyak tentang kabarnya. Reza benar-benar sudah melupakannya. Seolah dia adalah seorang yang tidak penting sama sekali, padahal dia sudah membersamai pria itu selama lebih dari tiga tahun, lalu tiba-tiba dia dicampakkan seperti itu tanpa ada kejelasan lebih lanjut. Jelas saja hal itu membuat Bianca merasa marah dan tidak bisa tenang, walaupun dia memang sudah mendapatkan cafe yang dijanjikan oleh Reza terhadap dirinya Akan tetapi tanpa kehadiran pria itu di sampingnya, apalah arti semuanya? "Aaaakh, kenapa Reza tidak pernah lagi menghubungiku?! Apa sekarang dia sudah terlalu nyaman dengan kebersamaan yang dijalin dengan Claudia di belakangku, apa dia benar-benar akan melupakan janjinya kepadaku?" Bianca mondar-mandir tidak jelas seperti setrikaan. Hatinya benar-benar tidak tenang. Wajahnya yang tadi murung tiba-tiba menjadi sumringah saat Bianca mendapatkan ide. "Sepertinya aku memang harus mendatangi Reza. Kalau aku hanya menunggu kedatangannya pasti Reza nggak akan dayang. Jam segini dia lagi di kantor, lebih baik aku datang ke sana secepatnya! Tapi, Reza pasti akan marah kepadaku karena aku mengkhianati perjanjian yang terjalin diantara kita. Tapi …." Bianca benar-benar dilanda kebingungan dalam hati dan pikirannya saat ini, dia ingin mendatangi Reza saat ini juga, akan tetapi dia khawatir kalau kedatangannya itu akan membuat keadaan Reza menjadi keruh karena Claudia tahu Reza masih berhubungan dengan dirinya meskipun sudah tidak lagi berada di dalam ikatan sebuah kekasih, akan tetapi dia juga tidak bisa menahan semua rasa ini terlalu lama lagi. ‘’Lama-lama aku bisa gila kalau terus memikirkan keadaanku dan Reza yang tidak lagi berhubungan seperti dulu,’’ ucap Bianca sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, akan tetapi dirinya tetap saja tidak bisa menemukan solusi dari apa yang sedang dia rasakan saat ini Bahkan untuk menemui Reza di kantornya saja sebenarnya dia belum memiliki keberanian, Bianca masih ingat dengan jelas bagaimana Albizar memecat dan mengusirnya dengan tidak hormat hari itu. Mulai saat itu Bianca berusaha mati-matian untuk menahan rasa rindunya terhadap Reza yang semakin lama semakin tumbuh dengan liar tanpa bisa dia kendalikan. Akan tetapi ternyata Bianca tidak bisa bertahan lama dengan posisi seperti ini, sebab setelah dua bulan berlalu, ternyata rasa rindu yang dirasakan oleh Bianca semakin menggebu-gebu dan membuatnya tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Terpaksa, hari ini juga Bianca nekad memberanikan diri untuk mendatangi Reza di kantornya. ‘’Maaf, tapi rasa rindu ini sudah tidak bisa lagi aku tahan lebih lama!’’ *** "Reza!" Reza seketika mendongak dan melihat ke arah depan ketika seseorang memanggilnya. Matanya membelalakkan sempurna ketika melihat sosok perempuan yang ada di depan matanya, di dalam ruang kerjanya di kantor. Wajar saja, tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba saja perempuan itu menemuinya di kantor. ‘’Bianca, bagaimana bisa kamu ada di sini?’’ Reza bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Bianca dengan begitu cepat dan kemudian mencengkram kedua pundak perempuan itu dengan erat, kepalanya pun bergerak ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari sesuatu. Atau lebih tepatnya dia merasa takut akan seseorang yang bisa kapan saja muncul di sana? ‘’Tentu saja aku bisa masuk ke dalam kantor dan ruangan kamu dengan mudah seperti ini, Reza! Aku pernah bekerja cukup lama di sini dan aku juga sangat mengenal tempat ini, tentu bukan hal yang sulit untuk bisa masuk ke dalam sini,’’ ucap Bianca sambil menatap kedua mata Reza dengan tatapan dalam, seolah sedang menyalurkan apa yang dia rasakan kepada pria di depannya itu. Namun sayangnya Reza tidak bisa semudah itu untuk mengerti betapa dia merasa rindu dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya, justru Reza terlihat kesal dengan perbuatan Bianca yang menurutnya begitu ceroboh dan tidak bisa menahan diri. ‘’Kenapa kamu melakukan itu, Bianca! Bagaimana kalau ayahku mengetahui kedatanganmu ke kantor dan menemukan kamu di ruanganku ini, pasti hal itu akan menjadi masalah besar! Kenapa kamu begitu ceroboh sampai tidak memikirkan dampak dari perbuatanmu itu, huh?!’’ Bianca hanya mampu menatap wajah Reza yang sedang berbicara itu tanpa memiliki keberanian untuk membantah ucapannya, lagi pula dia memang tidak bisa mengatakan apapun saat ini, saat di mana mulutnya sendiri seolah tertempel dengan lem berkekuatan cukup kuat dan membuatnya tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Tangan Bianca mengepal kuat, kenapa Reza jadi berubah seperti ini. Dengan kekuatan sepenuh harga diri akhirnya Bianca berhasil membuka mulutnya. ‘’Semua ini juga karena kamu, Reza! Kamu yang membuat aku nekad melakukan semua ini,’’ ucap Bianca pada akhirnya setelah mengumpulkan semua kekuatan yang dia miliki, menahan sekuat tenaga air mata rindu yang hampir saja menetes di kedua pipinya. ‘’Kamu seperti sudah melupakan aku, Reza. Kamu melupakan aku!’’ Reza memijit hidungnya, benar apa yang dikatakan Bianca, dia memang sudah melupakan wanita itu. ‘’Belakangan ini kamu terlalu sibuk dengan Claudia dan sampai melupakan aku, kamu sudah tidak pernah lagi mengirimkan pesan kepadaku, kamu tidak pernah lagi memberikan perhatian kepadaku, dan kamu tidak pernah lagi menghubungiku! Apa kamu tidak tahu kalau semua itu ... semua itu sangat menyiksaku, kamu tidak tahu kalau semua itu membuat aku merasa sangat kehilangan kamu, kamu tidak tahu kalau karena sikapmu itu membuatku sangat merindukan kamu!" Jantung Reza merasa diremas kala melihat wanita yang pernah dia cintai terlihat kacau seperti ini. "Bi—" ‘’Aku melakukan semua ini karena aku merindukan kamu, Reza! Aku merindukanmu!’’ sela Bianca sedikit memekik di depan Reza dengan kepala menunduk ke bawah, seolah sedang menunjukkan kepada pria itu betapa dia merasa tersiksa dengan apa yang dilakukan oleh pria itu dua bulan terakhir ini. Tiba-tiba menghilang tidak tanpa kabar dan menghilang begitu saja setelah memberikan dirinya cafe yang dijanjikan kepadanya ketika Reza meminta putus hari itu, Reza seolah sedang mengatakan kepadanya bahwa dirinya sedang mengatakan bahwa dirinya menikmati perannya dengan Claudia dan hendak menjadi sepasang suami istri sungguhan. Dan Bianca benci ketika harus mengakui bahwa dirinya sangat membenci hal tersebut. Bianca benci ketika kehadirannya dianggap tidak berarti oleh Reza atau bahkan seolah dilupakan. Padahal dulu pria itu lah yang meminta kepadanya untuk mengakhiri hubungan mereka untuk sesaat dan berjanji akan kembali kepadanya setelah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. ‘’Hiks! Aku takut, Reza! Aku takut kalau kamu malah akan merasa nyaman dengan Claudia dan melupakan aku,’’ ucap Bianca sambil meluapkan isak tangis yang sejak tadi dia tahan sekuat tenaga, menunjukkan kepada pria itu kalau dirinya benar-benar merasa rindu dengan sosok pria yang saat ini ada di depannya, oleh karenanya Bianca sama sekali tidak peduli kalau sekalipun kedatangannya ke kantor akan diketahui oleh Albizar sekalipun, dia berpikir bahwa dirinya hanya ingin menemui kekasihnya, menemui orang yang dia cintai dan menyampaikan rasa rindu yang teramat besar di dalam lubuk hatinya. Sementara itu, Reza sendiri pada akhirnya menghembuskan napas panjangnya, menyadari apa yang sudah dia lakukan selama dua bulan terakhir ini, pria itu kemudian semakin mendekati Bianca lalu memeluk wanita itu dengan erat. ‘’Bianca, kamu harus bisa bersabar sedikit lebih lama lagi. Tiga bulan lagi, Bianca! Hanya tiga bulan lagi waktu yang tersisa untuk aku dan Claudia menjalani pernikahan kami, setelah tiga bulan itu, Kakek akan memberikan warisannya kepadaku dan aku akan segera menceraikan Claudia," ujar Reza berusaha menenangkan Bianca, meskipun sejatinya apa yang dia ucapkan itu bukanlah hal yang sebenarnya. "Kamu janji, Reza? Kamu harus berjanji padaku, jangan buat aku khawatir lagi. Jangan buat aku berpikir jika kamu benar-benar jatuh cinta pada istrimu!" Reza menelan salivanya ketika mendengar ucapan Claudia. ‘’Sabarlah, Bianca! Aku tahu ini tidak mudah untukmu, tapi percayalah padaku, aku tidak akan pernah mengkhianati cintamu itu, aku akan menepati ucapanku untuk menjadikan kamu sebagai milikku selamanya,’’ ucap Reza sambil memeluk erat tubuh Bianca yang masih sesekali terguncang karena menangis. Tangan Reza pun tidak tinggal diam, dia menggunakannya untuk punggung tubuh Bianca dan berharap hal itu bisa membuatnya merasa tenang meskipun hanya sedikit saja. "Maaf, Bi. Aku harus mengatakan ini agar kamu tenang," batin Reza yang entah kenapa menjadi merasa bersalah pada Bianca. Apakah karena semua yang dia ucapkan hanyalah pura-pura? ‘’Benarkah apa yang kamu katakan itu, Reza? Tapi kenapa sekarang ini aku justru merasa kamu sedikit menjauh dariku, kenapa aku merasa sekarang kita berjarak, Reza? Benarkah apa yang kamu katakan itu kalau kamu akan menjadikan aku milikmu selamanya,’’ ucap Bianca memastikan sekali lagi apa yang dia dengar, tidak ingin kembali dikecewakan oleh hal yang sama yang bernama cinta. "Jika pada akhirnya hanya mengingkari, lalu untuk apa membuat janji? Aku tidak sedang mengemis meminta keseriusan hubungan kepada Reza, namun aku hanya sedang berusaha memastikan posisi diriku di dalam hatinya, aku hanya takut kalau suatu saat nanti dia justru mengingkari ucapannya dan hanya menjadikan aku seorang yang duduk di bangku cadangan sekalipun akulah yang pertama datang dan mendaftar menjadi miliknya," batin Bianca seraya menatap wajah Reza dengan penuh harap. ‘’Tentu saja, Sayang! Kamu tidak perlu khawatir kepadaku, aku pastikan kalau aku akan segera menceraikan Claudia setelah aku berhasil mendapatan warisan dari kakek,’’ ucap Reza dengan begitu lantang dan tegas. Degh! Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada seseorang yang mendengarkan percakapan itu. Sebelah tangan yang sudah terangkat dan siap untuk membuka pintu tersebut sontak langsung terhenti di udara, mengambang begitu saja setelah tanpa sengaja mendengar perkataan yang keluar dari mulut laki-laki yang telah menjadi suaminya lebih dari satu tahun itu. Tubuhnya mematung di depan pintu, menatap nanar dan penuh keterkejutan daun pintu yang ada di depannya saat ini. "Jadi, Mas Reza menikahi ku hanya demi agar dia mendapatkan semua warisan dari Tuan Aditama?" batin Claudia. Claudia menutup mulutnya dengan kedua tangan agar Isak tangisnya tidak terdengar. Ya, Reza terus berbicara kalimat demi kalimat yang menyakitkan itu tanpa tahu bahwa sebenarnya Claudia mendengar apa yang dia katakan di balik pintu ruangannya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD