Seumur hidup, Dery belum pernah yang namanya ciuman. Walau teman-teman sebayanya kebanyakan sudah melakukan itu, bahkan yang lebih dari itupun juga pernah, tapi Dery nggak pernah sama sekali karena takut dimarahin sama Engkong. Selurus itu Dery anaknya. Bahkan, dia cuma pernah pacaran dua kali, itu pun paling jauh hanya pelukan doang sama sang pacar. Dan pelukannya juga bisa dihitung jari berapa kali.
Karena itu, Dery kaget banget karena tau-tau dia dicium Zora. Tidak tanggung-tanggung, langsung di bibir! ANZAYYYY.
Otak Dery macet sebentar sih saat itu terjadi. Posisinya saat itu dia baru bangun, betul-betul baru bangun. Jadi, Dery belum terlalu sadar dengan keadaan, dan ia sempat mengira bahwa yang terjadi hanya lah mimpi atau halusinasi.
Ini mimpi basah nih kayaknya nih, fix mimpi basah. Bahkan ia sempat berpikir begitu.
Hanya saja, Dery sadar jika semuanya adalah kenyataan ketika ia merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirnya, menghantarkan hangat ke seluruh tubuh Dery. Dia kaget setengah mati begitu sadar kalau semuanya nyata, tapi mau bergerak juga tidak berani. Yha, antara tidak berani dan takjub sih.
Oh...gini ya rasanya ciuman?
Padahal, ciuman itu juga nggak gimana-gimana sih. Tidak seperti film-film Hollywood yang ciumannya macam mau makan orang, atau seperti di drama Korea yang slow but sure. Zora hanya menempelkan bibirnya di bibir Dery, tidak bergerak untuk melumatnya atau apapun itu. Hanya diam saja, mungkin seperti meniup sedikit, dan cukup lama.
Dery bahkan menghitung dalam hati berapa menit yang berlalu. Ternyata lebih dari tiga puluh lima detik.
"Oh, kamu sudah bangun." Hanya itu yang dikatakan oleh Zora begitu ia mengangkat kepalanya, selesai mencium Dery. Zora sungguh santai dan tenang, sama sekali tidak terlihat seperti tertangkap basah karena baru saja mencium laki-laki yang tidak sadar. Bahkan, perempuan itu tersenyum, senang karena Dery sudah bangun.
Sesaat Dery hanya mengerjapkan mata memandangi Zora. Otaknya masih nge-bug.
"Bagaimana perasaanmu, Dery?"
"Gue udah gila," gumam Dery.
"Gila?"
"IYA! GILA KARENA LO TIBA-TIBA CIUM GUE! YA AMPUN ZORA, LO KENAPA DAH ANJIR?! ITU PELECEHAN SEKSUAL!!! PELECEHAN SEKSUAL!!!"
Dery yang kesadarannya baru saja terkumpul pun langsung ngomel-ngomel. Ia menutupi mulutnya dengan kedua tangan, baru merasakan shock pasca ciuman tadi. Ia bahkan sama sekali lupa dengan sekujur tubuhnya yang sakit dan kepalanya yang pening. Ciuman Zora telah berhasil mendistraksi Dery dari semua rasa tidak enak di tubuhnya.
Zora terlihat kebingungan. Lagi-lagi, ia sama sekali tidak terlihat merasa bersalah ataupun malu atas apa yang telah dilakukannya.
"Itu tadi bukan ciuman," katanya simpel.
"GIMANA BISA BUKAN CIUMAN?!" Protes Dery. "BIBIR LO NEMPEL DI BIBIR GUE! ITU NAMANYA CIUMAN, NENG!"
Zora menggelengkan kepala. "Tidak, Dery. Ciuman itu kalau kita berdua saling melakukannya. Tadi, aku bukan menciummu, melainkan hanya mencoba mentransfer energi padamu," jelasnya.
TRANSFER ENERGI PALAK BAPAK KAU, sungut Dery dalam hati.
"Sebelumnya aku tidak pernah memberikan energi pada manusia karena selama ini hanya pernah menyerapnya saja. Aku tidak tahu bagaimana caranya, karena itu aku hanya coba-coba. Jika menyentuhmu di bagian lain, seperti tangan yang biasanya kulakukan, aku hanya akan semakin menyerap energimu. Karena itu, aku coba di tempat lain. Dan ternyata, bibir yang paling efektif. Buktinya kamu sudah bangun sekarang."
Dery tidak tahu apakah teori Zora itu memang betulan berhasil atau kebetulan saja Dery bangun ketika dicium olehnya. Yang pasti, Dery malu banget! Dan sebenarnya dia juga salah tingkah karena ini adalah ciuman pertamanya! Bisa-bisanya ciuman pertama Dery justru direnggut oleh seseorang yang bukan manusia.
"Pokoknya, jangan pernah cium gue sembarangan lagi!" Seru Dery.
"Bagaimana kalau suatu hari kamu butuh untuk dicium?"
Dery melotot. Kenapa perkataan Zora itu terdengar salah sekali ya?
Zora pun mengoreksi, "Maksudnya, ketika kamu butuh transfer energi dariku."
"Kalau gitu, cuma boleh di saat paling genting. Di luar itu, awas aja ya Zora!"
Zora mengangguk mengerti.
"Tenang saja, aku tidak akan menciummu kalau tidak ada tujuannya. Kamu juga bukan tipeku," ujarnya kalem.
Monyettttt.
Ada banget yang bikin Dery bete, padahal posisinya dia baru bangun setelah mengalami kejadian hidup dan mati semalam.
Dery masih ingat dengan jelas apa yang terjadi. Mulai dari mereka yang tiba-tiba ditemukan oleh Rowena, pertarungan Zora dan Rowena, hingga Dery yang membantu Zora ketika Zora hampir kalah oleh vampire itu. Dan yang terakhir tentu saja ketika dirinya dibanting oleh Rowena secara tiba-tiba.
Mengingat itu semua membuat rasa sakit di tubuh Dery kembali terasa. Efek marah-marahnya tadi sudah hilang, dan sekarang dia mengerang kesakitan hanya karena mencoba untuk duduk.
"Tubuhmu masih sakit?" Tanya Zora.
"Sakit banget, kayak abis dipuku-pukul tulang gue," keluh Dery.
Secara perlahan, Zora membantu Dery untuk duduk, lalu mengambilkan botol minum milik Dery yang terselip di bagian samping tas gunungnya. Dery menerima ketika Zora menyodorkannya air minum itu. Ia memang haus dan butuh menghilangkan rasa kecut yang tertinggal di lidahnya karena apa yang diberikan Mbah Sugeng padanya tadi.
Dery memang sudah sadar bahwa sekarang dirinya berada di dalam pondok Mbah Sugeng. Ia juga tahu kalau Mbah Sugeng telah pergi untuk bertapa di gunung guna mencari jawaban bagaimana caranya mengalahkan Javon. Walau tadi dirinya tertidur, ia masih bisa mendengar semuanya dengan jelas. Hanya tubuhnya saja yang tidak mau menurut ketika Dery mencoba melawan untuk bangun.
"Semalam kamu sesak napas dan Mbah Sugeng datang untuk menolongmu. Lalu, tadi sebelum pergi dia juga meminumkan sesuatu untukmu. Aku rasa, itu bisa membuatmu lebih baik."
"Ya, dibanding semalem emang badan gue jadi mendingan sih. Tapi, sakitnya masih ada."
"Kalau begitu, kamu butuh energi lebih supaya bisa cepat pulih. Mau aku cium lagi?"
Zora sudah menangkup wajah Dery dengan kedua tangannya. Siap melakukan apa yang ditawarkan andai Dery mengiyakan.
Bagaimana reaksi Dery? Yak, tentu saja dia histeris.
"LO GILA, ZORAAAA! JAUH-JAUH DARI GUE!!!"
Bahkan Blacky yang ada di sudut pondok ini pun geleng-geleng kepala melihat tingkah lebay Dery itu.
***
Sebenarnya sih nggak munafik, sebagai laki-laki, Dery penasaran bagaimana rasanya ciuman yang lebih dari sekedar menempel doang. Ngerti kan maksudnya? Ciuman yang kayak di film-film itu loh.
Nah, karena rasa penasaran ini lah, Dery jadi takut dicium Zora lagi. Takutnya dia jadi kelepasan dan makin penasaran dengan hal-hal yang lain lagi. Kalau Engkong tahu, bisa-bisa dia disunat dua kali, tapi kali ini disunatnya sampai habis.
Bahaya juga kalau sampai mereka terlalu touchy-touchy di pondok ini. Walaupun ada Blacky yang setia menemani, namun teknisnya mereka hanya ada berdua di dalam pondok itu. Meski Zora adalah vampire, tetap saja Zora adalah perempuan. Kalau perempuan dan laki-laki sudah berada di satu ruangan yang sama, biasanya rentan memancing bahaya.
Dery tidak mau memancing bahaya. Dia anak baik. Dia anak polos. Lagian, dia nggak mau ngapa-ngapain sama vampire!!! Walau Zora cantiknya tidak masuk akal, tapi Dery masih doyan sama yang namanya manusia.
Ketika malam menjelang, Mbah Sugeng belum juga kembali dari pertapaannya. Zora bilang kalau Mbah Sugeng mungkin akan kembali besok sore. Dery sih mengerti. Karena di saat malam hari seperti inilah biasanya hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia justru terjadi. Dan mungkin saja, malam ini justru Mbah Sugeng sedang fokus mencari jawabannya.
Karena menolak dicium lagi oleh Zora, Dery pun harus merasakan sakit-sakit di tubuhnya. Menjelang malam, sakitnya sudah jauh berkurang, bahkan ia sudah bisa berjalan-jalan dan masak mie instan di tungku yang ada di bagian belakang pondok. Dery terpaksa memasak mie instan sendiri karena Zora mana ngerti. Daripada dia kelaparan, mending dia menahan sakit sedikit.
Ketika hari sudah benar-benar gelap, Dery tidak berani sama sekali untuk keluar dari pondok. Bahkan menoleh keluar pun tidak. Sebab ia tahu, akan ada banyak makhluk yang dilihatnya jika ia keluar. Dan mereka jauh lebih menyeramkan daripada para hantu yang ada di kota. Bahkan, yang lebih menyeramkan dari Blacky pun banyak.
Dery trauma melihatnya, karena itu ia tidak mau keluar. Terlebih lagi, mereka selalu saja melihat Dery seolah Dery adalah mangsa yang empuk. Waktu itu Mbah Sugeng pernah bilang kalau terbukanya mata batin Dery telah membuat jiwanya memiliki daya tarik tersendiri bagi para makhluk di gunung. Andai Dery lengah, sendirian, dan tidak dalam kondisi yang prima, bisa saja ia disesatkan oleh para makhluk itu, dan jiwanya diambil.
Seram, kan? Banget! Makanya Dery takut.
Lebih baik dia meringkuk di sudut pondok sambil makan makanan ringan yang dia bawa sebagai perbekalan, dan menunggu hingga langit terang kembali.
Sementara Zora, sejak tadi ia berada di luar pondok. Katanya mau berjaga-jaga, takut ada yang tiba-tiba menyerang mereka lagi. Walau Dery sudah bilang jika pondok reyot ini memiliki perisai proteksi yang kuat untuk melindungi mereka dari gangguan makhluk yang tak dinginkan kehadirannya, Zora tetap tidak bisa berhenti waspada.
Dery baru saja selesai makan bungkus kedua makanan ringannya dan berbaring di atas tikar, ketika Zora kembali masuk, dan langsung duduk di sebelahnya. Walau keadaan pondok remang karena sumber cahaya hanya berasal dari lampu minyak yang ada di bagian tengah pondok, kecantikan Zora tetap terlihat jelas. Seolah berpendar di tengah keremangan ini.
Dery menelan ludah ketika Zora tiba-tiba saja berbaring di sebelahnya.
Mau ngapain lagi nih cewek? Pikir Dery yang langsung waspada. Takut dia kalau Zora melakukan sesuatu yang aneh lagi. Kalau lawan jenis sedang berduaan begini, biasanya yang ketiganya adalah setan (tapi bukan Blacky).
"Kenapa?" Tanya Dery.
Ia menoleh ke samping dan langsung menyesal karena Zora juga sedang menoleh ke arahnya, sehingga wajah mereka jadi begitu dekat. Buru-buru Dery kembali ke posisi semula dan menghadap langit-langit pondok yang reyot dan berdebu.
Zora tidak menjawab pertanyaan Dery tadi, tapi Dery menebak jika Zora kelelahan, karena terlihat jelas dari raut wajahnya. Meski Zora bilang vampire memiliki kekuatan di atas rata-rata dan tidak mudah merasa lelah, bukan berarti mereka tidak bisa. Apa yang terjadi kemarin pasti sudah menguras tenaga Zora. Walaupun luka-lukanya karena bertarung dengan Rowena juga sudah sembuh dengan sendirinya, tetapi energi Zora belum pulih sepenuhnya karena ia belum makan. Dan sepertinya, transfer energi yang dilakukan Zora pada Dery tadi siang pun memang bekerja, sehingga energi Zora jadi lebih berkurang lagi.
Terlebih Zora pernah bilang kalau vampire dengan sumber kekuatan menyerap energi manusia, tidak akan sekuat vampire yang memilih darah. Mungkin karena itu, Zora jadi lemas sekarang.
"Lo laper ya?" Tanya Dery lagi.
"Aku mau tidur," jawab Zora yang sama sekali nggak nyambung.
Dery mendengus. "Lo bilang vampire nggak butuh tidur."
"Butuh, pada saat-saat tertentu."
"Hadehhh." Tanpa diminta, Dery mengangkat satu tangannya dan mengulurkannya pada Zora. "Nih, makan."
"Tidak, Dery. Kamu masih sakit. Kalau aku mengambil energimu, bisa-bisa kondisimu jadi menurun lagi.'
"Ck, ditawarin malah nggak mau," keluh Dery. Lalu, ia mencari tangan Zora di sebelahnya, menyelipkan jemarinya pada jemari perempuan itu dan menggenggamnya erat. Membiarkan energinya diserap oleh Zora. "Ambil dikit aja, biar lo nggak lemes," katanya.
Dari sudut matanya, Dery bisa melihat Zora tersenyum.
"Terima kasih, Dery," gumamnya.
"Iye."
"Untuk semuanya. Terima kasih. Kamu benar-benar penyelamatku."
Dery diam saja. Selain karena dia tidak tahu harus menjawab apa, Dery juga diam karena jantungnya yang tiba-tiba saja berdesir karena mendengar Zora bilang begitu.
Jujur...Dery baper. Sedikiiiittttt.
Andai Engkong dan Mbah Sugeng tahu, dia pasti kena omel karena bisa-bisanya merasa seperti itu karena perempuan yang bukan manusia.