Episode 1 : Prolog

555 Words
Sebelum membaca ini, wajib baca n****+ : Menjadi Istri Tuanku Fina melangkah di antara kerisauan lantaran ia harus mengikuti kepergian Rena. Dan kenyataan kali ini tidak hanya membuat Fina menjadi berdebar-debar. Sebab rona panas juga mendadak menyergap sekaligus menguasai tubuh Fina. Sebenarnya, Fina merasa tidak baik-baik saja jika harus menghadapi Rena. Adik iparnya itu memang sangat membenci Fina, bahkan mungkin sudah bukan rahasia umum lagi. Fina paham, berikut alasan sekaligus konsekwensi yang akan ia hadapi, jika berhadapan dengan Rena. Namun, tidak mungkin juga Fina menolak ajakan berbicara empat mata Rena. Sebab jika itu sampai terjadi, Rena pasti akan semakin membencinya. Pun meski pada kenyataannya, Fina yakin, semua tentang dirinya, selalu salah di mata Rena. Di kamar Rena yang ada di seberang kamar Rafael selaku kamar yang juga menjadi kamar Fina, mereka akan membahas hal yang Fina yakini sangat penting. Rena masuk ke sana, setelah tadi, gadis itu tiba-tiba saja meminta berbicara empat mata. Dan mungkin lantaran pembicaraan yang akan mereka bahas terlalu rahasia, Rena sampai mengunci pintunya. Seperti biasa, tatapan bengis penuh kebencian itu kembali Rena jeratkan pada Fina yang hingga detik ini masih memilih bungkam. Rena bersedekap sembari memasang wajah angkuh. Wajah angkuh yang selalu Rena berikan kepada Fina di setiap kesempatan, bahkan ketika mereka di tempat umum tanpa terkecuali di depan keluarga mereka. “Kamu enggak mau tanya-tanya dulu?” ujar Rena sambil memasang senyum keji yang hanya menarik sedikit dari sebelah ujung bibirnya. Sembari menghela napas dalam, Fina berangsur menggeleng. Fina masih berusaha sesantai sekaligus sesabar mungkin, menatap Rena dengan tatapan sarat kepedulian. “Rena itu adik Rafael yang dengan kata lain, adikmu juga!” batin Fina mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk lebih bersabar, sekaligus menyayangi Rena layaknya Fina menyayangi Rina adik kandungnya. “Kamu hamil, kan?” ucap Rena. Dan lanjutan ucapan Rena tersebut, sukses membuat Fina tercengang. Jantung Fina menjadi semakin berdebar kacau. Fina benar-benar tidak menyangka, Rena bisa secepat itu mengetahui kehamilan Fina, terlebih Fina saja belum sempat mengabarkan kehamilannya pada siapa pun, tanpa terkecuali kepada Rafael suaminya! Senyum licik di wajah Rena semakin menjadi. Gadis itu melangkah pasti meninggalkan Fina, memasuki area kamarnya lebih jauh lagi. Namun ternyata tidak lebih dari lima langkah, Rena berangsur balik badan, dan membuatnya kembali menatap Fina. “Sekarang kamu pilih ... Rafael, ... apa bayi itu?” tegas Rena sambil melakukan gerakan wajah—menunjuk perut Fina yang terlihat masih sangat rata. Fina menjadi bergidik sekaligus merasa ngeri karenanya. Fina marah, benar-benar marah dengan cara Rena memperlakukannya. Dan kenapa juga Fina harus memilih? Bukankah Rafael suaminya, sedangkan anak yang tengah Fina kandung juga merupakan buah cinta mereka? Lantas, apa yang salah dengan Fina berikut hubungan Fina dengan Rafael? “Kalau kamu tetap ngenyel ... tetap memilih bertahan bersama Rafael ... jangan salahkan aku jika bayi itu mati!” ancam Rena seiring tatapannya yang menjadi semakin tajam melebihi ketajaman mata elang. “Kamu, bayimu, bahkan keluargamu, ... benar-benar akan mati!” lanjut Rena yang terlihat jelas tidak menerima alasan apalagi penolakkan. Demi Tuhan, apa yang Rena lakukan sangat melukai Fina. Luka yang memang tidak berdarah, tetapi luka itu akan selalu membekas di hati, bahkan ingatan Fina. Fina bahkan tidak yakin, dirinya bisa memaafkan Rena. Lantas, apa yang harus Fina lakukan, sedangkan ancaman yang Rena layangkan begitu memberatkan? Semua orang yang sangat Fina sayangi benar-benar terancam, jika Fina tetap memilih bertahan bersama Rafael! ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD