Suasana pagi yang cerah menjadi teman terbaik Fiyah dalam mengawali harinya. Ujian Nasional tinggal 3 bulan lagi. Fiyah masih bingung dengan keberlanjutan pendidikannya, apakah dia kuliah atau tidak?
Seharusnya disaat dia telah menyandang status sebagai seorang istri, tentu dia harus mendiskusikan segala kegundahan yang ada dengan suaminya.
Tetapi harapan itu tinggal harapan. Berandai-andai tidak akan menjadikan andaian itu menjadi nyata.
Manusia punya harapan dan impian yang besar, tetapi manusia tidak ada hak dan kuasa untuk menjadikan harapan itu nyata.
Fiyah mengamati organisasi yang baru dirintisnya bersama beberapa rekan, ada hal yang luar biasa dan tidak disangka oleh seluruh penghuni sekolahnya pada hari ini.
Seorang Bima. Mantan Ketua osis yang mempunyai berjuta pesona duduk manis didalam mushola.
Organisasi GR IHS memang mengadakan Kajian setiap minggu, pada hari jum'at dimushola. Kajian ini berguna untuk membentuk akhlak remaja labil agar bisa sesuai syariat islam.
Walaupun hanya beberapa orang saja yang hadir tetapi itu sudah menjadi kemajuan yang besar.
Tetapi Bima menjadi paling bercahaya di antara beberapa laki-laki. Bagaimana tidak menjadi berita paling hitz seantero sekolah, sosok yang nakal, bad boy, playboy, bahkan ada gosip yang mengatakan Bima pernah merusak kehormatan seorang perempuan tengah duduk dengan damai mendengarkan kajian rutin.
Di organisasi tidak mempermasalahkan siapapun yang datang ke kajian yang di adakan. Karena kegiatan kajian ini bebas untuk semua penghuni sekolah.
"Bima kerasukan setan woi" Andi mulai galau mondar mandir tidak tentu arah.
"Lo sakit atau apa, masih pagi tapi kayak cacing kepanasan lo"
Ray tidak begitu ambil pusing dengan apa yang teman-temannya lakukan.
"Basket gak"
Kahfi yang baru sampai kedalam kelas mengajak sahabat karibnya untuk bermain basket.
Hari jum'at adalah hari yang bebas untuk semua siswa/i IHS. Peraturan sekolah mewajibkan setiap siswa/i mengikuti organisasi-organisasi yang ada atau pengembangan minat.
"Kaf lo harus tau, Bima kerasukan"
Andi terlihat seperti anak yang tengah mengaduh karena bertemu dengan hantu.
"Gila ya lo, emang dia lakuin apa" tanya Kahfi penasaran.
"Dia dimushola Kaf"
Teriakan Andi membuat seisi kelas kaget terdiam.
Tidak lantas Kahfi, dia juga merasakan ada yang tidak beres dengan temannya yang satu itu.
"Woi Andi, lo kalau ngomong gak pakai teriak bisa. Telinga gue mau pecah karena suara toa lo"
Arka menatap tajam Andi dengan wajah menahan kekesalan. Akibat suara Andi yang keras membuat Arka kalah bermain gamea online di smartphonenya.
"Sory Guys, gue kaget aja Bima kemushola"
Andi hanya memasang wajah nyengir tanpa dosa.
"Ya baguslah kalau dia kemushola, kenapa lo yang sewot"
Ray mulai angkat bicara atas aksi Andi yang terlalu berlebihan.
"Udah, nanti kita coba ngomong sama tu anak curut. Sekarang ayo main basket"
Kahfi menyudahi obrolan tidak berisi yang dimulai oleh Andi. Mereka ber4 dengan wajah penuh pesona memasuki lapangan basket yang sudah di kelilingi banyak orang.
Penonton yang paling banyak adalah perempuan. Mereka berteriak histeris seperti para k-popers yang mengagumi idolanya.
Pangajian selama 1 jam telah berlangsung, berikutnya ada 30 menit sesi tanya jawab. Semua yang hadir boleh menanyakan apa saja yang menjadi permasalah dalam diri masing-masing.
Pertanyaan yang diajukan bisa ditulis dalam kertas pertanyaan yang telah disediakan panitia.
Ustadz yang mengisi kajian mulai membaca pertanyaan yang ditulis pada kertas.
"Oke, kita langsung kesesi tanya jawab. Ini pertanyaan pertama"
Ustadz merasa keheranan dengan kertas pertanyaan yang pertama. Ada banyak coretan-coretan menandakan banyak kesalahan tulisan.
"Ustadz gimana kalau kita banyak dosa, gak pernah shalat, jarang puasa, bahkan pernah minum, dan pernah pacaran. Apakah Allah mau mengampuninya.
Masya Allah sungguh mulia orang yang bertanya seperti ini. Karena hidayah akhirnya dia ambil. Baikalah saya tidak tau siapa yang bertanya tapi saya akan menjawabnya. Allah maha pengampun, rahmatnya sungguh luas.
Sungguh Allah Ta’ala telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ ، وَبِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ
“Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لمَ ْيُغَرْغِرْ
“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan” (HR. At Tirmidzi, 3880. Ia berkata: “Hadits ini hasan gharib”. Di-hasan-kan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).
Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga telah mengabarkan kepada kita kisah seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang:
فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنَ تَوْبَةٍ فَقَالَ لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ
“Lelaki tersebut ditunjukkan kepada seorang ahli ibadah, ia mendatanginya dan bertanya: ‘Aku telah membunuh 99 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ahli ibadah tadi berkata: ‘Tidak’. Lelaki tersebut pun membunuhnya hingga genaplah 100 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk yang paling alim, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia kemudian bertanya: ‘Aku telah membunuh 100 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ulama tadi berkata: ‘Ya. Memangnya siapa yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan taubat?’” (HR. Muslim, no.7184)
Maka siapakah yang bisa menghalangi anda dari taubat, saudaraku? Kesempatan selalu terbuka lebar.
Jangan pernah kalah dengan setan, disaat hati sudah Allah buka dan penyesalan mulai muncul maka bersegeralah untuk bertaubat.
Hidup kita bukan hanya didunia yang fana ini. Dunia hanyalah tempat singgahan sementara untuk mencari bekal menuju akhirat. Jangan terlalu larut dalam kesenangan dunia yang fatamorgana ini. Disini Ustadz hanya berpesan, tidak akan rugi seseorang yang berhijrah menuju jalan Allah. Karena ketenangan akan didapatkan.
Mulailah taubat dengan penyesalan yang benar-benar, lakukan mandi dan shalat sunnah taubat, kemudian perbanyak amal dan beristigfar kepada Allah. Semoga kita bisa sama sama dikumpulkan diakhirat kelak. Aamiin ya Allah"
Akhirnya kajian selesai dilaksanakan, Ustadz yang mengisi materi pamit untuk pulang. Fiyah dan teman-teman yang lain mulai melakukan rapat untuk kegiatan-kegiatan kebaikan selanjutnya.
"Zaid Apakah aneh gue kemusholah"
Bima tahu kalau banyak yang tengah bergosip ria tentang dirinya.
Zaid hanya tersenyum kemudian memeluk Bima menyatakan bahwa Bima adalah saudaranya juga.
"Tidak ada yang salah Bima, lo orang pilihan Allah"
"Gue banyak dosa, Gu-gue malu sama Allah"
Raut wajah Bima menampilkan sesedihan yang luar biasa. Zaid menjadi yakin bahwa Bima memang sudah dibukakan oleh Allah hati nya dengan cahaya kebaikan.
"Gue bilang sama lo, semua kita banyak dosa Bim. Bukan hanya lo, gue pun kadang buat dosa. Karena manusia itu gudangnya salah dan khilaf. Lo harus tau bahwa Allah menyukai orang yang salah lalu dia bertaubat dibanding orang yang sholeh merasa paling benar"
Zaid paham dilema yang dirasakan oleh Bima, karena dia pernah diposisi itu.
"Bantu gue berubah"
"Insya Allah Bim, lo saudara gue, lo sahabat gue. Kita berubah bersama-sama dalam kebaikan. Kalau gue khilaf tolong tegur gue"
Bima mengangguk mantap bahwa mulai hari ini dia berjanji pada dirinya sendiri akan berhijrah kejalan yang benar.
"Gue heran, kenapa lo tiba-tiba mau berubah"
Zaid merasa pasti ada sebab dari suatu kejadian.
"Semalam gue hampir nabrak orang setelah pulang balapan sama Kahfi dkk. Terus gue tidur, dan gue mimpi. gue mimpi masuk kedalam api yang sangat panas. Badan gue kebakar. Gu-gue lihat bokap dan nyokap gue juga masuk kesana. Mereka nyalahin gue. Gue kesakitan, sakit sekali"
Bima menceritakan sambil menangis, tubuhnya bergetar hebat mewakili ketakutan yang luar biasa.
Zaid mencoba menenangkan Bima yang masih bergetar hebat.
"Assalamu'alaikum Fadil"
Salam Fiyah di sebalik hijab pembatas.
"Wa'alaikumsalam kak, kak Fiyah ya"
"Iya Fadil, tolong bilang ke bang Zaid kita ingin segera Rapat. Yang akhwat sudah berkumpul. Dimohon yang ikhwan berkumpul juga"
Fiyah memberikan sedikit instruksi.
"Iya kak, Fadil kasih tau sama bang Zaid dulu ya"
Fadil segera memberitahukan kepada Zaid bahwa yang akhwat telah berkumpul.
"Gue cabut dulu"
Bima ingin segera pamit karena kepengurusan GR IHS mengadakan rapat.
"Lo gak mau ikut"
"Enggak lah, Gue masih anak bawang. Jangan lupa janji lo buat bantu gue"
Zaid tersenyum.
"Iya, besok gue ajak lo ke majelis yang sering gue ikuti"
"Oke thank's Zaid. Gue cabut dulu. Asslamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Ketika Bima keluar dari mushola, kebetulan bertemu dengan Fiyah yang membawa beberapa makanan.
Bima tidak menyapa seperti biasanya, dia hanya tersenyum sekilas lantas pergi menjauh dari mushola.
"Masya Allah, semoga kamu istiqomah Bim"
Lirih Fiyah sambil tersenyum.
.
.
.
"Ini dia yang kerasukan itu"
Andi datang kedalam kelas dengan penampilan yang cukup berantakan.
Baju sekolah sudah dilepas, meninggalkan kaus bermerak yang terpasang ditubuh keren mereka. Rambut acak-acakan manambah kadar kegantengan mereka.
"Lo bener kemushola Bim" tanya Kahfi to the poin.
Bima hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Kahfi.
"Segitunya lo ngejar cewek ya, gue cukup kaget dengan perubahan lo"
Ucapan Kahfi terasa sangat menyindir Bima.
"Lo gak tau apa-apa Kaf, jadi jangan terlalu menilai gue" Bima mencoba untuk tidak terbawa emosi.
"Alah gue hapal kali skenario lo, lo suka sama cewek kampung itu. Karena si cewek itu masuk organisasi keagamaan lo sampai masuk kesana juga. Karena lo pikir dia gak akan mau sama lo yang nakal kan. Udah deh Bim, cewek yang cantik diluar sana banyak kenapa lo malah ngejar cewek bego itu. Jangan jadi bucin lah Bim"
Kahfi mengatakan apa yang ada dipikirannya. Sudah menjadi hal wajar jika ucapannya kadang menyinggung orang lain tanpa sadar.
"Gue heran sama kalian semua. Seharusnya gue jadi baik lo senang. Tapi lo semua malah ngejek gue"
Bima menatap tidak percaya dengan penilaian temannya. Apa segitu buruknya dia, sehingga niat tulus dia tidak dianggap serius sama sekali.
"Gue kenal lo, bukan setahun 2 tahun ya Bim. Gue kenal lo dari SMP. Gak mungkin lo berubah drastis kalau bukan karena cewek itu. Karena sifat lo itu , harus dapet apa yang lo mau bagaimanapun caranya"
"Lo kenapa sih Kaf, biarin aja kalau Bima berubah. Gue gak masalah selama dia gak jauh dari kita"
Ray mulai tidak suka dengan penilain Kahfi terhadap Bima.
"Gue gak suka aja dia gitu. Gue gak suka dia ngejar cewek segitunya. Gue gak suka. Ngerti lo"
Emosi Kahfi mulai tidak bisa dikendalikan lagi.
"Kenapa lo gak suka. Jangan bilang lo juga suka sama dia" kata Bima.
"Najis gue suka sama cewek munafik itu. Gue gak mau sahabat gue suka sama dia. Please Bim jangan jadi bodoh lo. Kita masih muda, masih punya banyak waktu buat senang-senang. Kalau udah tua baru kita taubat"
"Sumpah gila lo Kaf, Mati itu gak nunggu kita tua asal lo tau. Bisa jadi pulang sekolah ini lo mati. Gimana"
Bima mengucapkannya dengan nada menantang.
"Lo doain gue mati, iya lo mau gue mati" Kahfi langsung menarik kerah baju Bima dengan wajah merah penuh emosi.
"Gue gak doain lo mati" ucap Bima sambil mencoba melepaskan tangan Kahfi yang mencekram erat kera bajunya.
"Stop lo berdua"
Ray mulai tidak bisa diam, dia melepaskan tangan kahfi dari Bima.
"Lo jangan kayak anak kecil Kaf, gue sama Ray gak masalah Bima mau berubah. Perkataan Bima memang benar tapi jujur gue belum bisa. Tapi gue akan dukung semua keputusan dia"
Arka ada dipihak Bima walaupun dia tidak ada pikiran untuk berubah.
"Serah lo semua, gue mau cabut"
Kahfi melangkah meninggalkan teman-temannya disusul oleh Andi. Meraka masih tidak menerima perubahan Bima secara mendadak.