Pengiriman.

1076 Words
“Dewa?” Raffa turun dari mobilnya dan menghampiri Dewa yang sedang menatap truk-truk besar bermuatan kontainer yang di dalamnya terdapat ratusan produk onderdil mobil mewah. Truk-truk itu akan mengantarkan kontainer menuju pelabuhan agar bisa sampai pada pihak Sultan Automotif sesegera mungkin. “Bagaimana?” “Semua pesanan Sultan sudah dimuat di kontainer. Empat truk akan dikerahkan untuk membawanya ke pelabuhan,” jawab Dewa dengan tegas sambil memberikan sedikit senyum formalitas pada Raffa. “Pihak kita sudah menunggu di sana," tambahnya. “Berangkatkan malam ini.” Raffa melihat memang ada empat truk yang memuat kontainer besar. Beberapa orang anak buah Dewa terlihat sedang memeriksa kesiapan truk untuk jalan. “Kawal sampai pelabuhan!” “Truk akan diberangkatkan jam sepuluh malam sesuai jadwal di pelabuhan menuju Melaka, Bos. Anggota yang mengawal juga sudah dipersiapkan, pun dari Melaka ke Singapore. Hanya tinggal berangkat saja.” Raffa mengangguk sekali. Pria tampan itu memperhatikan semua orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sebuah transaksi paling besar tahun ini berasal dari Sultan Automotif. Raffa terkenal dengan kedisiplinan dan komitmennya yang tinggi dalam bekerjasama, hal itu membuat pria yang di panggil Sultan oleh Raffa tersebut tertarik untuk berbisnis dengannya. Tidak boleh ada kesalahan, terutama dalam transaksi besar dengan Sultan ini. Tetapi … hal yang diinginkan dan telah direncanakan matang-matang tanpa cela, terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. “Jangan sampai ada kejadian di jalan, Dewa. Kau tahu barang itu untuk Sultan Automotif ‘kan? Transaksi jumlah besar. Aku tidak mau ada masalah!" pesan Raffa agar anak buahnya melaksanakan tugas dengan baik tanpa ada masalah, pria perfeksionis itu tidak ingin ada kekurangan sedikitpun. “Baik, Bos.” Dewa mengangguk paham dengan keinginan sang atasan. “Apa aku harus ikut mengawal, Dewa?” Raffa melirik tajam untuk memberikan isyarat bahwa Dewa harus menyiapkan anggota terdepan bagi pengawalan barang menuju pelabuhan. Dewa terdiam sebentar, lalu menggeleng pelan. “Tidak, Bos. Saya sendiri yang akan turut mengawalnya.” “Bagus. Lakukan dengan benar!” Raffa meninggalkan lapangan parkir area gudangnya. Kembali ke mobil dan melaju membelah jalanan menuju tempat biasa dia menghabiskan waktu. Setelah melaju sendirian di jalanan, Raffa sampai ke sebuah gedung serba hitam yang dibangun berbentuk persegi kotak, terdiri dari 3 lantai. Dari luar gedung tersebut terlihat biasa saja. Namun, jika dimasuki, ada hal-hal yang tak terpikirkan di dalamnya. Di kaca display dari ketiga lantai, gedung ini hanyalah seperti tempat gym biasa. Namun, ketika orang-orang khusus seperti Raffa masuk ke salah satu pintu hitam di sudut lantai tiga, maka mereka akan menemukan sebuah balkon panjang dengan tangga melingkar turun ke lantai satu. Pada langit-langit ruangan terdapat lampu besar yang sengaja pencahayaannya dibuat temaram bagian luarnya. Tempat ini jadi bernuansa remang-remang. Di lantai dasar gedung tiga lantai tersebut terdapat banyak meja-meja biliar dan bahkan ada bar besar. Raffa turun dari beranda melewati tangga melingkar dan langsung di sambut oleh pria berambut sebahu berwarna pirang dan ujungnya sengaja di cat dengan hijau gelap. Samir, nama pria itu menoleh dan menyeringai kecil memandang Raffa. “Suasana hatimu terlihat buruk!” komentar Samir begitu Raffa baru saja duduk di kursi bar di sebelahnya. Raffa memberikan isyarat pada bartender untuk menyiapkan minuman yang biasa dia pesan, kemudian menoleh pada Samir yang kembali bertanya, “Bisnis tidak lancar?” “Kau pikir siapa aku?!” dengkus Raffa melirik Samir kesal. “Tidak ada yang berani menghambat bisnis Ghaisan Raffasya Fahrian!" tambah Raffa dengan percaya diri tinggi. Samir tertawa lebar dan keras, menyibakkan rambut sebahunya untuk dia ikat asal ke belakang. “Benar-benar! Katanya kamu baru-baru ini menjalin kerjasama dengan Sultan Automotif Asia. Selamat!” Samir mengangkat gelas bir di depannya ke arah Raffa yang juga balas meraih gelas minuman yang baru di letakkan bartender di depanya. Raffa menyesap minumannya sejenak, “Ada informasi?” tanyanya tanpa menoleh pada Samir. Samir memandang lama pada Raffa dalam diam. Kemudian mengetuk jarinya di meja bar, memberikan isyarat pada bartender untuk mengeluarkan sebuah kartu akses. Setelah Samir mendapatkan kartu akses, dia mendorongnya ke depan Raffa yang langsung mengambil dan menyelipkan cepat kartu tersebut ke dalam kantung pakaiannya. Samir menenggak hingga hampir tandas minuman bergelembung di dalam gelasnya sebelum pergi lebih dulu meninggalkan Raffa yang masih menikmati minumannya duduk bergeming di atas kursi bar tinggi. Demi menghindari kecurigaan pengunjung lain yang sedang main billiar dan seringkali menjadikan Raffa sebagai objek keingintahuan, dia membiarkan Samir pergi berlalu dari hadapannya dengan santai. Tidak berapa lama kemudian, setelah memastikan di sekelilingnya aman. Raffa meninggalkan area bar, memasuki sebuah ruangan yang hanya bisa diakses menggunakan kartu yang di berikan oleh Samir sebelumnya. Raffa melihat Samir duduk di pinggiran meja biliar. Ini adalah ruangan VIP di mana dalamnya terdapat meja billiar tunggal dan sofa-sofa kulit hitam. Di meja pendek depan sofa terdapat sebotol sampanye dengan 3 buah gelas kristal. “Ada informasi apa?” tanya Raffa sambil duduk menyilangkan kakinya di sofa. Menatap pada Samir yang sedang membuka botol sampanye. “Kau bukan orang yang takkan menjual informasi padaku, ‘kan, Sam?” sambungnya. Samir sedikit mengangkat wajahnya, menoleh tersenyum pada Raffa. Mungkin jika ada yang bilang kalau Raffa tak pernah terlibat dunia bawah, mereka semua salah. Raffa awalnya tak berniat terjun ke dunia hitam, namun pria itu mendapatkan informasi penting dari sana. Melalui Samir yang memang ahli dalam informasi. Samir adalah pria blasteran India-Amerika. Pria itu memiliki banyak jalur informasi yang sangat penting dan akurat untuk tumbuh kembang bisnis Raffa dalam menghadapi dunia luar serta relasi bisnisnya. Terlebih, Samir merupakan pria yang loyal pada Raffa. Dari situlah Raffa menyukainya. Tempat gym ini juga adalah sarangnya Samir. Meski banyak pengunjung yang datang, mereka tidak akan menduga jika pria bertubuh tinggi dengan rambut sebahu dan terlihat murah terlihat ramah tersebut adalah seorang mata-mata yang loyal pada Raffa. Samir tak ubahnya seperti pengunjung banyak uang yang sedang menghabiskan uang di bar atau bertaruh di meja billiar. Padahal tempat besar dan ruang rahasia ini adalah miliknya. Tempat biasa Samir melakukan pertukaran informasi dan transaksi informasi berharga dari dunia atas maupun dunia bawah. “Informasi apa yang kau inginkan, Raffasya?” Samir menyerahkan satu gelas yang telah dia tuangkan sampanye pada Raffa. Raffa menerima gelas kristal bertangkai tinggi dari tangan Samir dan setelah mendentingkan ujung pinggiran gelasnya dengan pria itu, Raffa menyesapnya beberapa tegukan sebelum meletakkan gelas ke atas meja. Raffa menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, menatap Samir dengan pandangan rumit, “Frans Shaka menemuiku. Kau punya informasi dengan siapa saat ini dia bertransaksi?” tanya Raffa dengan nada datar, tetapi bola matanya memperhatikan jeli perubahan sekecil apapun pada raut wajah Samir yang langsung menyeringaikan senyuman tipis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD