Tour EXO tinggal 3 hari lagi. Ini akan menjadi pengalaman pertamamu setelah latihanmu sebulan ini. Ini beberapa catatanku sebelumnya tentang apa saja yang kukerjakan dan kupersiapkan dahulu. Baca dan pelajari itu. Kau harus membuat catatan seperti ini nantinya agar kau tidak lupa. Kadang karena terlalu sibuk, kita bisa lupa dengan apa yang akan kita lakukan, terutama jika menyangkut hal sepele. Catat keperluan penting apa pun yang kemungkinan akan bawa saat kegiatan. Lalu, saat kau menyiapkannya nanti, kau harus mengeceknya ulang sesuai catatanmu.
Biasanya staf akan berbagi untuk mengurus para member. Saat tampil kadang mereka akan kelelahan, bahkan sakit. Tapi mereka diharuskan tetap tampil dengan baik dan sempurna. Di sinilah kita sebagai tim menunjukkan kepedulian, agar mereka merasa termotivasi, dan tetap bersemangat.
Jangan pernah ragu hanya untuk sekedar menyerka keringat atau mengipasi mereka. Uruslah mereka layaknya mengurus bayi tak mampu melakukan apa-apa. Karena dari situlah mereka mendapatkan suntikkan semangat itu.
Air mineral, tisu, handuk setengah kering, make-up dan semua hal-hal yang menurutmu penting jangan lupa disiapkan di tasmu. Tas itu sama sekali tidak boleh terlepas dari tubuhmu, karena saat keluar dari panggung, hal-hal seperti itu yang mereka butuhkan. Jangan lupa kostum dan aksesoris mereka, kau juga tidak boleh jauh dari itu. Berfokuslah pada satu member yang akan kau urus. Karena jika berganti-ganti, kostum atau aksesoris yang mereka kenakan bisa saja tertukar. Kau tenang saja. Karena ini pengalaman pertamamu, akan ada Rorin yang bersamamu nanti. Kau hanya perlu membantunya.
“Yura ... apa kali ini kau benar-benar tidak ikut?” Tanya Hana setelah mendengarkan penjelasan Yura yang panjang lebar.
“Tempat itu tidak memungkinkan untuk perempuan hamil.”
“Ah, iya. maafkan aku.”
“Kau tenang saja. Kau pasti bisa.”
***
Panggung besar itu hampir sepenuhnya di kelilingi lautan manusia, kecuali bagian belakang panggung yang dipasang layar led raksasa sebagai layar utama. Selain layar utama yang juga berfungsi sebagai pintu keluar-masuk para memberi, ada 10 layar lagi berukuran sedang yang disebarkan di beberapa sisi area konser itu. Layar itu akan mempermudah penonton yang posisinya jauh dari panggung agar bisa melihat aksi idola mereka.
Panggung itu juga menggunakan sistem hidrolik baik itu pada panggung utama maupun anak panggung. Pencahayaannya juga menggunakan teknologi canggih yang mampu mengikuti irama musik bahkan pergerakan tiap member. Jadi ke mana pun para member berjalan, cahaya itu akan secara otomatis mengikuti mereka.
Semenjak konser itu dibuka, gemuruh suara penggemar sudah berkali-kali terdengar menggema ke segenap penjuru area konser. Light stik yang dibawa penggemar dalam area konser berkapasitas puluhan ribu penonton itu, tampak seperti lautan cahaya kunang-kunang. Aksi panggung EXO yang menjadi sumber gemuruh kemeriahan itu juga menyungguhkan penampilan yang begitu luar biasa memukau, baik itu sebagai grup maupun solo stage. Penampilan mereka yang dipersiapkan sematang mungkin menjadi hal yang begitu mengesankan dan tentunya sebanding dengan mahalnya harga tiket yang mesti dibayar penggemarnya. Bagi penggemarnya sendiri itu bukan apa-apa. Nyatanya tiket itu habis hanya dalam hitungan detik saja.
*
Hampir 2 jam berlalu. Sudah beberapa kali juga para member itu bolak-balik ke belakang panggung untuk sekedar beristirahat sejenak dan berganti kostum. Berkali-kali pula kehebohan para staf terulang saat membantu para member itu berganti kostum, aksesoris, atau sekedar memperbaiki penampilan mereka. Semuanya berjalan dengan baik sejauh ini, namun masih belum mampu mengurangi perasaan gugup, dan panik yang terus menggetarkan perasaan Hana. Wajar saja, karena itu pengalaman pertamanya. Untung saja Rorin yang memang sudah berkali-kali melakukan hal itu bisa melaksanakan perannya dengan sempurna. Hana hanya membantu sebisanya dan menurut saja apa yang diperintahkan Rorin padanya.
“Kancing bajuku terlepas,” ujar Baek Hyun sembari berlari menghampiri Hana menjelang akhir acara.
Hanya Baek Hyun yang masuk ke ruangan khusus di belakang panggung itu. Sedangkan member lainnya hanya beristirahat sejenak di belakang panggung tepatnya di belakang layar raksasa yang menjadi latar belakang panggung itu. Sementara di panggung utama, masih menyisakan Kai dan Sehun yang tengah menampilkan tarian penutup setelah penampilan grup mereka. Semua staf sudah berlarian ke sana untuk mengecek keadaan member. Hanya Rorin, Hana dan Baek Hyun yang berada dalam ruang khusus di belakang panggung karena insiden terlepasnya kancing baju Baek Hyun tadi.
“Aku menemukan kancingnya. Masih ada waktu 5 menit sebelum ke panggung, sempatkan waktumu untuk memasangnya kembali,” ujar salah satu staf acara pada Rorin.
“Baik,” jawab Rorin yang semenjak tadi mengikuti Baek Hyun.
“Hana … kau membawa benang dan jarum?” Tanyanya panik.
“Ada ...” jawab Hana sembari mengeluarkan benda-benda tersebut dari dalam tasnya.
“Ah, syukurlah,” ujarnya lega. “Biar aku yang memasangnya,” katanya seraya mengambil jarum yang sudah dipasangi benang itu dari tangan Hana.
Dalam hatinya Rorin mengagumi begitu cermatnya Hana dalam hal sesederhana itu. Andai saja benang itu belum dipasang, tentu akan memakan waktu lagi untuk memasukkan benang pada lubang jarum dan membuat simpulnya. Tapi semuanya sudah disiapkan dengan sempurna, dan Rorin tinggal menggunakannya saja.
“Kau tak bisa menjahitnya seperti itu,” tegur manajer Eight yang tiba-tiba muncul di sana. Entah karena gugup dan panik, Rorin hampir saja membuat kesalahan dengan menusuk ulang jarumnya dari arah yang sama yang akhirnya akan membuat ujung baju itu terlipat dan terjepit karena impitan benang itu.
“Hana, kau bisa melakukannya?”
“Iya ...” jawab Hana.
“Berikan padanya, dan kau bantu yang lainnya dulu di sana,” perintah manajer Eight pada Rorin.
Hana mengambil alih pekerjaan itu dan melakukannya dengan cepat. Jahitan itu ia buat berulang-ulang dan memastikan kancing bajunya terpasang dengan kuat.
“Hana … kau sudah selesai? Waktunya kurang dari 2 menit lagi untuk bersiap.”
“Sudah,” jawab Hana sambil merogoh tasnya mencari gunting.
“Gunakan saja gigimu,” saran Baek Hyun yang paham dengan apa yang dicari Hana.
“Ah … benar juga,” jawabnya sembari mendekatkan wajahnya ke d**a pria itu lalu memotong ujung benang yang sudah terikat rapi dengan giginya.
Baek Hyun tak mampu menahan senyumnya diperlakukan seperti itu. Pikiran nakal terbayang di matanya yang tak disadari Hana yang berdiri sangat dekat dengannya. Hana mengancing bajunya kembali. Saat akan menegakkan kepalanya. tanpa diduga pria itu meraih tengkuk Hana, menariknya ke arahnya, lalu mencium gadis itu tetap di bibirnya.
“Terima kasih,” ucap Baek Hyun sembari tersenyum tanpa dosa. Pria itu berlari kecil meninggalkan Hana yang berdiri mematung di sana.
“Apa itu tadi? Dia menciumku?” Pikir Hana yang belum bangun dari ketidak sadarannya.
“Apa itu menyenangkan?” Bisik Chanyoel di telinga Hana, membuat gadis itu melonjak kaget. Pria yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya itu kini berlarian meninggalkannya yang kaget setengah mati.
***
Pesta kecil merayakan suksesnya pagelaran konser diadakan secara tertutup bersama member dan staf yang terlibat. Pesta sederhana itu dirayakan di pinggir kolam dalam sebuah vila mewah milik bos besar agensi. Ketika semua orang menikmati pesta, Hana yang merasa kurang enak badan lebih memilih menyaksikannya saja dari balkon kamarnya di lantai 3 vila itu.
“Kau lupa mengunci kamarmu,” tegur seseorang yang kini berdiri di depan pintu menuju balkon itu.
“Si siapa kau?” Tanya Hana yang kaget sekaligus gugup.
Bagaimana tidak. Seorang pria tak dikenal tiba-tiba berada di kamarnya sekarang, dan dia hanya sendirian karena rekan-rekannya sedang menikmati pesta di bawah sana.
“Akh … aku kecewa … bagaimana mungkin kau bisa melupakanku padahal kita pernah bersama dahulu.” Pria itu melepas topinya dan tersenyum pada Hana.
Seketika Hana teringat dengan foto yang pernah diperlihatkan teman sekerjanya dulu padanya. Iya … di masa lalu Hana pernah berfoto dengannya. Tapi siapa? Ia benar-benar lupa namanya.”
“Menyenangkan bukan bisa bersamanya lagi?” ujarnya seraya menatap Hana.
“Sekarang aku mengerti kenapa kau bilang kekasihmu jauh lebih baik dibandingkan diriku. Ternyata diam-diam kau menjalin hubungan dengannya.”
“Aku … aku pernah bersamamu?” Kegugupan Hana membuatnya tak begitu fokus dengan perkataan pria di depannya.
“ Iya … kita pernah bersama, bahkan hampir tidur bersama, dan pacarmu itu mengganggu kita.”
Dalam hatinya Hana terkejut. Mungkin inikah yang dibilang Baek Hyun waktu itu. Hubungan mereka berakhir karena kecemburuannya.
“Namanya Ranu. Kau dulu penggemar berat Ranu. Ia tersandung kasus pelecehan seksual terhadap beberapa gadis. Kau dulu juga pernah dekat dengannya. Untung saja kau tak bernasib sama dengan gadis-gadis itu.” Kata-kata teman kerja waktu itu kini terlintas di benak Hana membuat perasaan takut semakin membayangi perasaannya.
“Kekasihmu itu tidak hanya memukulku, membuatku terpenjara, tapi dia juga membuatku kehilangan segalanya.” Ranu terdiam sejenak sembari tersenyum.
“Aku pikir dia sudah membuangmu. Biar bagaimana pun dengan ketahuannya hubungan gelap kita, seharusnya kau sama sekali tak berharga lagi. Apalagi kau hanya perempuan biasa yang sebenarnya tak sepadan dengan artis sekelas Baek Hyun. Apa mungkin itu yang membuatnya menjadikanmu sebagai kekasih simpanannya saja? Kita lihat saja itu nanti.”
Hana tak sepenuhnya mencerna perkataan Ranu. Semenjak tadi matanya menatap ke arah pintu. Ia berpikir keras bagaimana caranya melarikan diri dari pria ini. Tapi sepertinya Ranu menyadari kepanikan Hana, dan dia semakin puas melihat itu.
“Sia-sia saja. Aku sudah mengunci pintunya,” ujarnya sembari tersenyum senang.
“Apa yang ingin kau lakukan?!”
“Aku ingin memberinya kejutan demi kejutan dan dimulai dengan ini,” ujarnya seraya mendekati Hana yang geraknya terkunci di sudut balkon itu.