Prolog.

473 Words
"Arka, kenapa belum pulang?" tanya wanita cantik berkulit kuning langsat. Dia mengerutkan bibirnya karena sang suami belum datang sejak dua jam yang lalu. "Iya iya. Aku akan datang sebentar lagi." Sudah kesekian kalinya Asa menelpon Arka namun hanya janji yang ia katakan. Berlawanan dengan apa yang ia katakan Arka tidak segera datang walaupun berjanji akan pulang cepat. Padahal Arka saat ini sedang bersama dengan Natalie di sebuah hotel yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan Raga yaitu suami Natali membuatnya bebas menemui Arka dengan alasan kerja sama. "Ahaha Asa menelponmu lagi ya? kasihan sekali suaminya padahal sedang sibuk denganku hihihi..." "Sudahlah. Cepat selesaikan, aku nggak mau Asa lama menunggu." Arka mencium bibir Natalia. Lalu merebahkan dirinya di ranjang. Natalia menyeringai, dia menyusap perut terpahat otot yang indah. Lalu mengambil posisi di atas dan mulai membawa permainan panas mereka di atas awan. Meleburkan jiwa menuju kenikmatan berdosa yang diabaikan. Sedangkan Arka, dia tidak berhenti memacu dirinya, keinginan untuk diakui oleh Natalia membuatnya melupakan jika ada sang istri yang menunggu di rumah hingga larut malam. Dia terlalu terpesona oleh kenikmatan gelap yang jauh lebih menggoda. Saat Arka kembali pulang dia sudah mendapati jika Asa sudah tertidur di atas meja makan. ada kue ulang tahun yang yang membuatnya ingat jika hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang ketiga. Hal itu membuat rasa bersalah di hati Arka, karena telah melupakan aniversary mereka sekaligus melakukan hal gila dengan sahabat istrinya. Dia bahkan bingung ekspresi apa yang akan ia tunjukkan pada istrinya nanti. Hari pun berlalu, beberapa minggu kemudian, Asa sudah menjadi gadis yang sangat berbeda. Dia menjadi lebih modern dan berdandan, tidak seperti biasanya yang tampil polos dan apa adanya. Tak jarang Arka mendapati Asa pulang malam. "Asa, kenapa kau baru pulang? Hari kan sudah malam, " peringat Arka. "Sudahlah jangan cerewet. " Asa hanya melengos meninggalkan suami yang berdiri mematung. Akan tetapi Arka tidak ingin bertengkar jadi ia hanya mengalah. Keesokan harinya, Asa kembali pulang malam, ini membuat Arka mengira jika Asa marah karena ia melupakan aniversary mereka. Dia pun menarik tangan Asa untuk duduk bersamanya. Dia berkata dengan lembut dan meminta maaf karena sudah melupakan hari pernikahan mereka. "Asa aku tahu kamu marah karena aku sudah melupakan aniversary kita. Aku berjanji ngak akan melupakan lagi, okey?" Asa menepis kasar tangan Arka. Dia kemudian bangkit dan menatap sinis sang suami. "Tsk ngak penting, aku nggak perduli." Sekali lagi Asa menunjukkan sikap kasarnya pada sang suami. "Suami menyebalkan. Andai aku tahu kamu kayak gini, mana mungkin aku mau nikah sama kamu. Dasar nggak berguna, teman - temanku aja punya segalanya. " Mendengar makian dari Asa membuat hati Arka jatuh. Dia sama sekali tidak berpikir jika istrinya yang lemah lembut mampu mengatakan hal-hal kejam padanya. Melihat Arka yang diam, Asa pun melengos meninggalkan Arka. Dia tidak betah bersama sang suami meski satu detik. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD