03. Kembali Ke Jerman

1001 Words
Tak terasa Alison dan keenam krunya sudah lebih dari dua minggu berada di sana, melakukan penelitian sekitar tumbuhan yang langka, mereka sudah mulai menemukan perkembangan tumbuhan itu, memprosesnya dan mulai menyilangkan dengan tumbuhan sejenis. Alison sudah membereskan tas dan kopernya, karena hari itu ia akan kembali ke Jerman. Selain rindu apartemennya ia juga ingin bertemu sang ibu, ia ingin sampai kerumah tepat waktu dan memperingati hari kematian ayahnya. “Kau terlihat bahagia, dok,” ucap dokter Gustaf, dokter muda berusia 27 tahun, saat mereka sudah mulai memasuki bandara yang sama saat mereka datang, kini mereka berada di terminal satu. “Begitu kah? Mungkin karena aku akan kembali ke Jerman,” ujar Alison, lalu menyungging senyum. “Memang disini tak nyaman?” tanya dokter Brian. “Nyaman sekali, aku suka udaranya yang segar. Tapi rumah tetaplah rumah, yang tak akan tergantikan meskipun kita pergi,” jawab Alison. Setenagh jam kemudian sesaat setelah mereka sudah di ruang tunggu, pesawat jurusan penerbangan Rio de Janeiro mulai membawa mereka. Lagi-lagi Alison tak bisa tidur, apalagi penerbangan itu hanya memakan waktu tak sampai satu jam setengah. Banyak cerita yang sudah ia dapatkan di Brazil, tepatnya Manaus, orang-orang yang ramah dengan bahasa Portugis, kota yang sejuk dan hutan yang indah, serta sungai yang begitu jernih. Pemandangan tenang yang tak mungkin ia dapatkan di negara lainnya. *** Pesawat itu telah mendarat di kota Rio de Janeiro, dari bandara itu mereka akan menuju pelabuhan terbesar di Brazil, seperti yang di katakan dokter Deren ketika berangkat bahwa dokter Richard menginginkan kru itu pulang dengan kapal. Sengaja mereka pulang dengan kapal yang mungkin akan cukup lama sampai ke Jerman, lebih tepatnya Humberg, untuk melihat lebih jauh keindahan samudra antartika. Mereka menggunakan kapal yang tak begitu besar, hanya ada 500 penumpang termasuk kru Alison yang menaiki kapal dengan nama The Sea Adventure Lost itu. Di dalam kapal uap itu Alison duduk tenang, mengamati berkas dokumen penelitiannya yang akan ia serahkan pada pusat kesehatan di Jerman nanti, mungkin obat ini nanti bisa menjadi bagian dari rencana kesehatan yang manusia. Beberapa jam berlalu, kapal itu sudah masih berada di samudra atlantik, saat malam tengah menjelang, cuaca malam it cukup buruk dengan hujan angin dan guntur, beberapa kali terdengar sambarannya yang menakutkan. Sebagian dari penumpang sudah tidur termasuk Alison, karena tubuhnya sudah cukup lelah setelah perjalanan paling panjang yang pernah ia lalui setelah menaiki pesawat itu. Sampai pukul dua dinihari, hujan angin semakin menakutkan dan deras. Tiba-tiba bagian atap kapal tersambar petir, bagian dek kapal terkena karang, membuat sedikit lubang disana, gelombang yang sudah tingga perlahan naik. Alarm tanda berbahaya berbunyi, semua orang bangun begitupun Alison. Orang-orang panik, meskipun awak kapal sudah memberitahu untuk tenang. Alison dan krunya juga itu bingung, apalagi mereka sudah berada di tengah samudra yang begitu luas. Air perlahan naik, menyentuh mata kaki, Alison sedikit naik ke atas, mengambil barang-barangnya yang mungkin bisa ia selamatkan. Tapi, ombak semakin tinggi, semakin membuat air naik dan memenuhi kapal. Wajah-wajah pasrah terlihat di raut mereka, tak ada yang bisa di lakukan, alat pernghubung tak bisa menyambung karena rusah terendam air. *** Cahaya matahari begitu terang menyilaukan mata, The Sea Adventure Lost berlabuh di dekat pelabuhan setelah mengarungi samudra atlantik. Bagian kapalnya hancur, bahkan cerobong uapnya sudah terlihat patah. Dari kejauhan nampak spedboot mendatangi kapal itu, ada dua laki-laki dan serang pembawa, mereka terlihat bingung karena ada kapal tak di kenal mendekat, bahkan sudah di katakan pada penjaga pelabuhan. “Tuan, kapal itu nampak hancur, entah bagimana bisa sampai di sini, padahal seharusnya di perbatasan ditemukan para penjaga,” ucap seorang laki-laki pada laki-laki lainnya yang menggunakan teropong untuk memperhatikan kapal itu. Laki-laki bernama Costa itu masih sibuk melihat dari kejauhan saat ia melihat tulisan yang berada di samping kapal sedang itu. “Cari di mesin pencarian, Andreas tentang kapal itu,” ujar Costa pada laki-laki yang bernama Andreas, lalu memberikan teropongnya. Andreas melihat kapal itu sambil mencari nama kapal itu, saat ia menemukan sebuah fakta yang sulit ia pahami. Lalu memberi tahu pada Costa tentang apa yang terjadi, bahkan itu terlihat aneh. “Itu kapal penumpang yang hilang di samudra atlantik 60 tahun lalu, Tuan,” kata Andreas, Costa mengambil gadget milik Andreas untuk memastikan sendiri. Di sana tertulis bahwa kapal itu berlayar awal tahun 1994 tepatnya akhir bulan februari, dan menghilang tanpa jejak saat akan pergi ke Jerman dari Brazil. Dalam pelayaran tak ada siapapun yang selamat termasuk nahkoda dan awak kapal. “Tuan! Tuan! Ada yang bergerak di sana!” teriak Andreas pada Costa yang langsung memberikan teropongnya. Costa melihat lalu menyuruh spedboot itu mendekati arah benda bergerak itu. Saat sampai disana ada seorang perempuan tertimpa puing-puing kapal, sepertinya ia sempat melambaikan tangan setelah itu pingsan kembali. “Bawa Andreas, mungkin dia salah satu dari kapal ini,” ujar Costa lalu dengan bantuan Andreas membongkar puing-puing kapal dan mengambil perempuan itu. Alison  di taruh di spedboot, membawanya ketepian untuk segera di obati. Detak jantungnya masih berbunyi meskipun dengan napas yang sedikit berat. Sesampainya di pelabuhan, Costa dengan cepat membawa tubuh Alioson yang tak sadarkan diri, sementara Andreas mengambil fly car di dekat sana.  Tak berapa lama Andreas datang dan Costa memasukkan tubuh Alison kedalam mobil, Costa berharap Alison masih sadarkan diri karena akan banyak hal yang ia pertanyakan pada Alison. Sebelum itu ia juga sudah menyuruh orang untuk mengurus kapal yang membawa tubuh Alison, karena sangat berbahaya jika ada orang yang tahu. Akan berbahaya jika orang-orang Sidir melihat kehadiran Alison dan kapalnya sampai di kota ini, apalagi jika Mark tahu tentang Alison itu akan jauh lebih mengerikan. Mark adalah seorang ilmuan gila yang selalu tertarik dengan hal-hal baru dan aneh, selain itu Mark juga saingan dari Costa. "Tidak bisakah kau lebih cepat, Andreas?" tanya Costa memburu, berharap Andreas lebih mencepatkan mobilnya, tapi Andreas tak menjawab, ia malah lebih fokus pada mobil yang tengah melaju di jalanan, meskipun tak macet, tapi peraturan lalu lintas Sidir begitu ketat. Fly Car atau mobil terbang adalah kendaraan baru yang mulai dipasarkan 20 tahun terakhir, harganya tidak begitu mahal, tapi untuk pengambilan dan pengurusan begitu susah, apalagi lalu lintas yang semakin di perketat. Peraturan baru di buat demi kenyamanan kota. Mobil terbang tidak boleh terbang melebihi lantai lima sebuah gedung, pajaknya juga sedikit mahal, karena bahan bakarnya bukan lagi dari fosil ataupun minyak bumi. Menteri perhubungan di Ingerdia pun membuat undang-undang terbaru karena mobil itu pasti akan menguasai dunia sebentar lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD