Razel terus meneguk kaleng beer tanpa henti, saat ini dia sangat frustasi dan ingin melampiaskan semuanya dengan minum. Dia tidak peduli dengan janjinya kepada Sabrina yang tidak akan minum lagi, semua masalah yang dia dapatkan saat ini membuatnya sangat stress dan muak.
Sudah tiga kaleng yang telah di minum oleh Razel dan sekarang dia sudah mabuk berat, dan saat ini dia seperti membayangkan sosok Fernandes ada di hadapannya.
“ Pria b******k, kau pikir aku tidak tahu semuanya hah? Kau memang memiliki segalanya sehingga kau tidak bisa di tahan oleh polisi, tapi lihat saja nanti. Cepat atau lambat kejahatanmu akan terungkap, kau akan mendekam di penjara.” Omel Razel pada sebuah bantal yang dia kira adalah Fernandes.
“ Kasihan Giovani, dia anak yang tidak bersalah tapi memiliki ayah yang jahat sepertimu. Pergi saja ke neraka, pergi.!!!”
Seseorang baru saja membuka pintu dan berjalan menuju ruang nonton, Sabrina lagi-lagi di buat terkejut melihat Razel yang mabuk berat dengan kaleng beer yang berserakan dimana-mana.
“ Kamu kenapa mabuk lagi?” Tanya Sabrina yang sebenarnya khawatir namun tidak menunjukkannya secara langsung.
“ Oh, Sabrina kau sudah pulang? Aku minta maaf karena melanggar perjanjian kita. Aku butuh minum untuk menghilangkan stress di kepalaku.” Gumam Razel mencoba untuk meneguk kaleng beer yang terakhir.
“ Sudah cukup, besok kau harus ke sekolah. Kau mau murid-murid mu melihat gurunya dengan kondisi yang tidak baik.?” Sabrina merebut semua kaleng itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Razel sempat merengek meminta untuk di kembalikan, namun Sabrina tidak mendengarkannya sampai dimana Razel tak sadarkan diri karena tak kuat menahan mabuknya itu.
“ Merepotkan sekali.” Keluh Sabrina hanya dapat menatap sepupunya itu dengan tatapan pasrah.
**
Wanita itu membuka kedua matanya dengan sadar dan langsung melirik jendela kamar yang ternyata diluar sana sudah terang, kemudian dia melirik jam yang menunjukkan pukul 10:00 yang membuatnya langsung melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi.
“ Sial, aku telat. Sabrina bahkan tidak membangunkan aku.” Keluh Razel dengan mode sat set sat set nya.
Tak cukup 10 menit kini dia telah selesai dan hendak berangkat ke sekolah, saat mengecek ponsel ternyata dia sudah mendapat panggilan yang cukup banyak dari madam Charlotte.
Di perjalanan menuju sekolah dia kembali menghubungi madam Charlotte dan menjelaskan bahwa dia terlambat bangun, namun jawaban madam Charlotte seketika membuat Razel diam seribu bahasa.
“ Tidak perlu datang, kau sudah sangat terlambat. Hari ini anak-anak aku yang handle.”
Kalimat tersebut di balas Razel dengan permintaan maaf yang sebesar-besarnya, beruntung dia tidak di pecat dan hanya mendapat teguran keras. Besok-besok dia tidak akan melakukannya lagi, dan itu yang terkahir kemarin.
Karena tidak jadi ke sekolah, Razel pun turun di halte berikutnya. Dia duduk di atas kursi halte sambil menatap langit biru yang sangat cerah namun sayang tidak secerah perasaanya kali ini.
“ Aku harus menghubungi Sabrina, ini semua salahnya karena tidak membangunkanku.” Ucap Razel sambil merogoh isi tasnya.
“ Halo, Sabrina. Kenapa kau tidak membangunkan aku tadi pagi? Aku sampai tidak ke sekolah karena terlambat bangun.” Keluh Razel tak peduli orang lain mendengarnya saat itu.
“ Aku sudah membangunkanmu, tapi kau bilang kalau hari ini kau libur. Ya sudah aku berangkat kerja saja.” Jawab Sabrina di seberang sana.
“ Tapi hari ini aku tidak libur.”
“ Itu salahmu karena mabuk-mabukan semalam, kau mungkin masih mabuk tadi pagi makanya kau menjawabnya dengan asal.”
“ Benarkah? Hmm, jadi itu salahku ya.”
“ Sudahlah aku mau lanjut bekerja, jangan menelponku dengan alasan yang tidak penting.”
“ Tapi ini pen~” belum selesai Razel menjawabnya. Sabrina sudah mengakhiri panggilan tersebut secara sepihak.
Setelah selesai menelpon akhirnya Razel hendak pulang ke rumah dengan berjalan kaki, naik kendaraan hanya akan menghabiskan uangnya. Dan saat ini dia masih merasa sedikit pusing akibat mabuk semalam, mungkin lebih baik jika hari ini dia tidur sampai puas.
“ Mama.” Ucap seorang anak perempuan yang baru saja menarik celana Razel.
Razel menoleh ke bawah dan mendapati anak perempuan yang sangat cantik dengan mata yang indah, Razel bingung karena anak perempuan itu baru saja menyebutnya dengan sebutan mama.
“ Hey nak, aku bukan mamamu.” Ucap Razel sambil merunduk menayamakan tinggi mereka.
“ Mama.” Ucap anak itu sekali lagi dan memeluk Razel dengan lembut.
Pelukan anak itu membuat Razel merasa terharu, dia belum pernah melihat anak-anak selembut dan sangat menggemaskan seperti dia. Bahkan di kelasnya sekalipun tidak ada yang memiliki sikap manis seperti anak perempuan itu.
“ Dengar ya, aku bukan mamamu. Kamu dari mana? Kenapa bisa berada di luar sendirian.?” Tanya Razel setelah melepas pelukan mereka dan menatapnya lurus.
“ Aku mau pulang sama mama.” Lanjut anak perempuan itu lagi kembali memeluk Razel.
“ Oke baik, kita cari orang tuamu di sekitar sini.” Razel pun harus menggendong anak itu dan mengurungkan niatnya untuk pulang demi menemukan orang tua si anak.
Razel terus mengajak anak itu berkomunikasi agar dia bisa tahu kenapa anak itu berada diluar seorang diri, namun sayang dia tidak mendapatkan jawaban yang jelas sampai Razel berpikir akan mengantar anak itu ke kantor polisi.
“ Tidak, aku trauma dengan kantor polisi dan aku benci dengan mereka yang tidak bekerja dengan becus.” Benak Razel yang akan mencari orang tua anak itu sampai ketemu.
Namun setelah cukup lama mengitari tempat itu, Razel tidak menemukan siapapun yang merasa orang tua dari si anak perempuan tersebut. Karena dia mulai lapar akhirnya Razel membawa anak perempuan itu ke rumah Sabrina, dan beruntung si anak tidak menolak dan tetap mengikuti kemana pun Razel ingin pergi.
**
Razel baru saja selesai membuat sup jamur putih yang dapat di makan oleh anak-anak, dia juga menambahkan sosis dan daging sapi terakhir yang ada di dalam kulkas.
Anak perempuan yang cantik itu tampak senang ketika Razel menyiapkan makanan untuknya, dia bahkan meminta Razel untuk menyuapinya. Razel tersenyum dan mengambil mangkuk kecil untuk memberi makan anak itu.
“ Kalau boleh kakak tahu, nama kamu siapa.?” Tanya Razel yang sejak tadi lupa menanykan nama si anak.
“ Elaine.” Jawabnya lirih.
“ Nama yang bagus, nah sekarang kamu kenapa bisa ada di luar sendirian? Papa sama mama kamu tahu nggak kalau kamu keluar sendirian.?” Tanya Razel lagi.
Elaine menggelengkan kepalanya pelan dan meminta untuk di suap lagi, sepertinya anak itu sangat lapar yang membuat Razel akhirnya menghentikan sesi tanya jawab dan fokus memberinya makan.
Setelah selesai makan, Razel pun membawa anak itu ke dalam kamarnya. Dia akan mencoba menghubungi seseorang untuk membantunya mencari orang tua Elaine, sembari menunggu Razel melihat penampilan Elaine yang sangat mewah bahkan pakaiannya pun bermerek.
Namun sayangnya tatanan rambut Elaine kurang menarik, entah siapa yang telah mengikatnya dengan model yang sangat aneh. Karena Elaine sering mengikat rambut anak-anak muridnya di sekolah, dia pun menerapkannya kepada Elaine.
Rambut panjang Elaine yang berwarna coklat sangatlah indah, aroma shamponya saja sangat enak untuk di hirup. Razel sampai di buat penasaran sebenarnya dia anak siapa? Dan seperti apa rupa kedua orang tuanya.
“ Kamu umur berapa tahun.?” Tanya Razel kemudian Elaine menunjukkan keempat jarinya dengan sangat menggemaskan.
“ Kakak ini seorang guru TK, kakak juga mengajar anak-anak seusiamu disana.” Terang Razel.
“ TK? Apa itu TK.?” Tanya Elaine dengan polos.
“ TK itu singkatan dari taman kanak-kanak, disana anak-anak seusia kamu belajar bersama teman-teman yang lain.” Jawab Razel masih membuat Elaine tidak mengerti.
“ Memangnya kamu belum masuk TK.?” Lagi-lagi Elaine membalasnya dengan gelengan kepala.
“ Mungkin orang tuamu belum mengizinkan, tunggu sampai usiamu 5 tahun ya.”
Razel telah selesai mengikat rambut Elaine dengan model yang membuat Elaine sangat menyukainya, anak itu tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Razel sambil memeluknya dengan lembut.
“ Ya tuhan, kenapa anak ini sangat menggemaskan.” Benak Razel membalas pelukan anak itu dengan senang hati.
**
Suara ketukan pintu yang cukup keras diluar sana membuat Razel terbangun dengan kaget, dia mendapati sosok anak kecil di sampingnya yang sedang tertidur dengan pulas. Kemudian Razel ingat bahwa anak itu dia temukan di jalan barusan.
Ketukan pintu berikutnya kembali berbunyi yang membuat Razel akhirnya bangun dari tidurnya, dia berjalan keluar untuk membuka pintu dan saat pintu terbuka dia di kejutkan dengan empat orang pria berjas hitam nekat menerobos ke dalam rumah tersebut.
“ Hey tunggu, apa yang kalian lakukan? Tidak sopan masuk ke dalam rumah orang lain tanpa izin, siapa kalian sebenarnya hah.?” Protes Razel namun tidak di gubris oleh mereka berempat.
Keempat pria itu mengecek satu persatu ruangan di rumah Sabrina, dan setelah memasuki kamar Razel salah satu dari mereka menghampiri Elaine dan mencoba untuk membangunkannya.
“ Nona muda, waktunya bangun.” Ucap pria itu lembut.
“ Jangan ganggu anak itu, kalian pasti akan menculik anak kecil itu kan.?” Razel terus memberontak sampai membuat pria lainnya menahan Razel dengan mengunci kedua tangannya.
“ Diam, atau kau yang akan mendapat masalah karena telah membawa anak bos ke rumah ini.” Ucap pria itu dengan tegas.
Elaine tak kunjung bangun karena tidurnya begitu pulas, pria yang tadi membangunkannya langsung menggendong tubuh Elaine untuk segera di bawa pulang.
“ Mau kalian bawa kemana anak itu.?” Sahut Razel dengan ketus.
Pria yang menggendong Elaine kemudian berdiri di hadapan Razel dengan tatapan tajam yang mematikan.
“ Jika sesuatu terjadi pada anak ini setelah kami membawanya pulang, maka kau harus bersiap-siap menanggung akibatnya.” Lontarnya yang membuat Razel kebingungan.
Mereka pun melepaskan Razel dan berhasil membawa anak itu pergi, namun satu yang pasti Razel mengetahui bahwa mereka memang mengenal Elaine dan sikap mereka terhadap Elaine juga sangat lembut dan panggilan nona muda yang biasanya di gunakan untuk anak seorang atasan dari mereka.
“ Ada apa dengan kota ini? apa mereka juga gangster? Menyebalkan sekali.”
**
Wanita itu baru saja keluar dari kamarnya dengan keadaan rambut yang di lilit oleh handuk berwarna putih, hanya dengan mengenakan tangtop dan hotpants dirinya berjalan menuju dapur dan membuka pintu kulkas untuk mulai memasak makan malam.
“ Hmm? Kemana semua bahan makanan itu? Perasaan tadi pagi masih ada.?” Ucap Sabrina kebingungan melihat kulkas dalam keadaan kosong.
Kmeudian di belakangnya berdiri Razel yang meminta maaf karena telah memakan semua bahan makanan itu tadi siang, sebelum Sabrina memarahinya dia pun menjelaskan bahwa tadi siang dia menemukan seorang anak perempuan yang tersesat dan membawanya pulang untuk makan siang.
“ Lalu kita mau makan apa mala mini.?” Protes Sabrina dengan kesal.
“ Kau tenang saja, kita masih ada persediaan mie instan. Aku akan memasaknya untuk kita berdua, jadi kau bisa duduk dan bersantai sampai semua selesai ku buat.” Razel benar-benar tahu cara membuat emosi Sabrina mereda sehingga dia bisa selamat dari amukan Sabrina malam itu.
Tak menunggu waktu lama bagi Razel selesai membuat mie instan untuknya dan Sabrina, sekarang dia sudah membawa mangkuk berisi mie instan tersebut di atas meja ruang nonton.
Sabrina sedang fokus menyaksikan salah satu berita malam yang menyebutkan bahwa kota Paris saat ini sedang tidak aman, banyak kejahatan yang terjadi dimana-mana namun hari ini kedatangan kelompok Mafia Black Dragon sebagai penguasa di Paris baru saja kembali dan berhasil membuat banyak pihak ketar ketir di buatnya.
“ Lagi-lagi mereka, aku sudah muak dengan mereka semua.” Celetuk Razel yang ingin fokus dengan makanannya saja.
“ Aku kan sudah bilang jangan berurusan dengan mereka, kau tidak mau mendengarkan ku dan silahkan nikmati sendiri perbuatanmu itu.”
“ Kau benar-benar bermulut pedas, padahal kita berdua bersepupu ibuku dan ibumu itu saudara asal kau tahu itu.”
“ Tetap saja kau datang di kota ini tanpa banyak berkontribusi, pekerjaanmu sudah bagus tapi kau menganggapnya sepele.”
“ Siapa yang menganggapnya sepele, pagi ini aku hanya terlambat bangun ya.”
“ Ya ya, aku sudah bosan dengan percakapan kita yang seperti ini. Cepat makan, dan setelah itu kau harus cuci piring.”
“ Aku sudah memasak ya kenapa aku harus mencucinya juga.?”
“ Itu karena kau sudah menghabiskan bahan makanan untuk malam ini, padahal aku sangat ingin makan sup jamur tapi batal karena ulahmu.”
“ Cih, aku akan menggantinya nanti setelah aku mendapatkan gaji pertamaku.”
“ Baguslah, aku akan menunggu sampai hari itu tiba.”