When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Di perjalanan menuju kantor yang lumayan padat pagi ini Maruna tampak terus melirik pada Langit, mencari celah bagaimana untuk dia memulai pembicaraan pada lelaki itu. “Lihat kedepan! Bola matamu bisa terlepas terus-terusan melirik!” ketus lelaki itu tegas. Maruna mengulas senyum, “What? Lirik bapak? Perasaan bapak saja! Untuk apa saya lirik bapak!” Ia pun mengendikan bahu mengalihkan. Mereka kemudian berhenti disebuah lampu merah, tepat di sebuah jalanan yang sangat macet, tidak ada pembicaraan disana suasana didalam mobil begitu hening. “Uhuk... uhuk.. “ Tiba-tiba saja Maruna tersedak, ia terus tersedak tidak berhenti, membuat lelaki yang datar mengacuhkanya itu kemudian melihat, Maruna pun merubah sedakkannya menjadi batuk, ia terus saja terbatuk-batuk hingga Langit khawatir melihat