34 Terbiasa

2480 Words

Di perjalanan menuju kantor yang lumayan padat pagi ini Maruna tampak terus melirik pada Langit, mencari celah bagaimana untuk dia memulai pembicaraan pada lelaki itu. “Lihat kedepan! Bola matamu bisa terlepas terus-terusan melirik!” ketus lelaki itu tegas. Maruna mengulas senyum, “What? Lirik bapak? Perasaan bapak saja! Untuk apa saya lirik bapak!” Ia pun mengendikan bahu mengalihkan. Mereka kemudian berhenti disebuah lampu merah, tepat di sebuah jalanan yang sangat macet, tidak ada pembicaraan disana suasana didalam mobil begitu hening. “Uhuk... uhuk.. “ Tiba-tiba saja Maruna tersedak, ia terus tersedak tidak berhenti, membuat lelaki yang datar mengacuhkanya itu kemudian melihat, Maruna pun merubah sedakkannya menjadi batuk, ia terus saja terbatuk-batuk hingga Langit khawatir melihat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD