Di kediaman Thompson
Setelah Ara meyelesaikan lukisannya, dia langsung menyimpannya di tempat semua lukisannya tersimpan. Kemudian sejenak dia berpikir akan melakukan apa lagi.
"Apa aku bisa meminta ijin pada Devan untuk keluar sebentar?" gumam Ara berpikir
Beberapa saat kemudian dia menyahut ponselnya, "Aku akan mencobanya dan semoga bisa." gumamnya sembari menghubungi Devan.
Ketika teleponnya tersambung, Ara langsung bicara dengannya
"Halo, Devan." ujar Ara
"Ada apa?" tanya Devan
"Ehm ... A ... apa aku bisa minta ijin untuk keluar sebentar?" tanya Ara yang memelankan suaranya
"kemana?" tanya Devan
"Aku ingin jalan-jalan ke taman." ujar Ara
Tidak ada jawaban dari Devan, dan Ara hanya diam menunggu
"Devan." panggil Ara pelan
"Baiklah. kamu bisa pergi, tapi hanya sebentar."
"Baiklah. terima kasih."
Setelah itu, Ara menutup teleponnya. Lalu dia bersiap untuk keluar. Ara meminta supirnya untuk mengantarnya ke taman.
Dalam perjalanan ada beberapa hal yang Ara pikirkan. Tentang apa benar yang dilihatnya kemarin, atau apa dia bisa bertemu lagi dengan orang yang kemarin di lihatnya, atau semua itu hanya bayangannya saja
Setelah dua puluh menit perjalanan, akhirnya Ara sampai di taman. Dia keluar dari mobil, dan berjalan sendirian karna dia bilang pada supirnya jika dia tidak akan lama
Ara berjalan mengitari taman bukan untuk menikmati pemandangan, tapi untuk mencari sesuatu.
"Apa dia ada disini?" gumam Ara mencari
Sedangkan di Hotel, Orang itu baru saja keluar untuk ke Sumida Park lagi, dia juga ingin memastikan apa yang kemarin di lihatnya benar atau tidak
Setelah dua belas menit berjalan akhirnya orang itu sampai di Sumida Park, dia berjalan di sekitar taman.
Ara yang tengah duduk karna kelelahan berjalan, tiba-tiba di hampiri orang itu.
"Hai," sapanya
Seketika itu juga Ara mengangkat kepalanya, dan melihat orang yang menyapanya. Dia tertegun untuk beberapa saat karna merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya
"Ara." panggilnya melambaikan tangan
Wanita itu langsung tersadar lalu berdiri, dan memegang tubuh orang itu
"Apa ini kamu? Benarkan ini kamu?" ujar Ara
Orang itu tersenyum, dan berkata, "Tentu saja ini aku. Memangnya aku hantu."
Ara yang gembira melihat orang itu langsung saja memeluknya, dan pelukannya di balas oleh orang itu
"Aku merindukanmu, Ara. Dari mana saja kamu? Kenapa kamu tidak pulang?" ujarnya
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan orang itu. Beberapa saat kemudian Ara tersadar, lalu dia melepaskan pelukannya
"Maaf, Jun." ujar Ara sedikit mundur kebelakang
"Tidak apa, Ara." ujarnya
Kedua orang itu hanya duduk diam, mereka belum bicara apapun lagi. Seperti mereka tengah merasa canggung satu sama lain karna sudah lama tidak bertemu
"Bagaimana kabarmu?" tanya Jun
"Ehm ... Kabarku baik, bagaimana dengan kabarmu?" tanya Ara
"Kabarku juga baik. Kenapa kamu tidak pulang? Fanya sangat mengkhawatirkanmu." ujarnya
Ara hanya diam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Jun, dan tiba-tiba ponselnya berdering, ketika di lihat ternyata tertera nama Devan, seketika itu juga Ara tersadar lalu dia pamit pada Jun
"Maaf, Jun. Aku harus segera pergi." pamit Ara
Wanita itu tergesa-gesa beranjak, karna dia harus segera kembali pulang. Namun, ketika Ara beranjak tiba-tiba tangannya di tahan oleh Jun. Ara pun menoleh ke Jun dan memintanya untuk melepaskan tangannya
"Apa aku bisa bertemu denganmu lagi?" tanya Jun
"Aku tidak tahu Jun. Tolong lepaskan tanganku, karna aku harus pergi." ujar Ara
Jun pun melepaskan tangan Ara, karna melihat wajah wanita itu yang memelas. Setelah itu, Ara langsung bergegas berjalan menuju mobil
KLAP
"Jalan Pak." ujar Ara
Di sisi lain, Jun melihat Ara yang pergi dengan naik mobil pun merasa aneh
"Mobil siapa itu? kenapa Ara pergi dengan mobil itu?" gumam Jun
Di dalam perjalanan pulang, Ara hanya berharap tidak akan terjadi apapun pada Jun, dan dia berharap Devan tidak melakukan apapun yang membahayakan nyawa Jun
Tidak lama kemudian Ara sampai di rumah. Dia berjalan masuk dengan perasaan yang kacau
"Dari mana saja?" tanya seseorang yang tengah berdiri di tangga
Seketika itu juga Ara terkejut melihat Devan yang ada di rumah
"Astaga. Devan sejak kapan ada di rumah?" Pikir Ara
Wajah Devan menunjukkan keinginan mendengar jawaban dari Ara, dia masih berdiri di tangga dengan tangan yang dilipat, dan melihat ke arah wanita yang berdiri di bawah
"Ehm ... Aku habis dari taman." jawab Ara
"Kenapa lama sekali? bukankah aku bilang hanya bisa sebentar?" ujarnya sembari menuruni anak tangga
Perasaan Ara tidak karuan, dia merasa takut, dan jantungnya berdebar kencang
"Maaf, tadi aku terlalu menikmati berada di taman jadi lupa waktu." jelas Ara
Ketika Devan sudah berdiri di depan Ara, wanita itu merasa ketakutan, namun dia mencoba untuk tenang.
Devan memandangi Ara yang menunduk, lalu dia memegang wajah Ara dan mengarahkannya untuk menatap wajahnya.
"Jika aku bicara denganmu, maka tataplah wajahku. Jangan melihat kebawah, karna aku sedang tidak bicara dengan pelayan." ujar Devan dingin
Ara hanya diam membeku melihat Devan, dia tidak bisa berkata, Seperti semua katanya telah hilang begitu saja ketika melihat wajah Devan dari dekat
"masuklah ke kamarmu, dan jangan keluar lagi." ujar Devan
Wanita itu mengangguk mengiyakan, lalu dia beranjak naik untuk ke kamarnya. Namun, ketika selangkah dia berjalan tiba-tiba Devan mengatakan, "Jika aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu, maka kamu akan menerima akibatnya."
Ara langsung menelan salivanya, lalu dia kembali berjalan menaiki anak tangga. Dia merasa takut dengan kata-kata Devan barusan.
"Ya Tuhan, Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika Devan tahu tentang pertemuanku dengan Arjun tadi di taman?" batin Ara
Wajah wanita itu langsung berubah sedih, dan ketakutan. Dia merasa takut akan terjadi sesuatu.
Sedangkan di Hotel Max Asakusa Sky, Arjun yang tengah duduk di sofa hanya diam memikirkan Ara. Dia bingung harus bagaimana, dan melakukan apa.
"Apa aku perlu memberitahu Fanya sekarang atau ... atau aku harus menyelidiki tentang Ara terlebih dahulu sebelum mengatakannya pada Fanya." gumam Jun berpikir. "Iya. Sebaiknya aku mencari tahu lebih dulu tentang Ara yang tinggal disini, dan alasan dia kenapa menghilang begitu saja." lanjut gumamnya.
Setelah sehari telah di lalui oleh Ara, tiba-tiba keesokan harinya Ara mendapatkan kejutan
"Siapa dia?" tanya Devan membanting beberapa lembar foto di depan Ara
Ketika wanita itu melihat, wajahnya langsung berubah. Apa yang di takutkannya terjadi. Dia hanya diam melihat beberapa foto itu, sedangkan Devan yang berada di depannya pun hanya memasang wajahnya yang garang.
"Ya Tuhan, bagaimana ini? Aku harus jawab apa? Bagaimana aku menjelaskan semuanya padanya?" Batin Ara
"jawablah!" bentak Devan
Ara pun terkejut, dia hanya menundukkan kepalanya.
"Apa kamu bisu?! Kenapa tidak menjawab?!" bentak Devan.