When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Nean terlihat sedang menggosok rambutnya yang basah dengan selembar handuk putih yang biasanya digunakan untuknya mandi. Karena gatal akibat terkena ulat bulu itu menjalar di sekujur tubuhnya, akhirnya lelaki itu memutuskan untuk mandi. Untung saja saat air hangat itu menyentuh permukaan kulitnya, gatal-gatal yang menyerang perlahan berlangsung menghilang. Lelaki itu menatap pantulan dirinya di cermin, meneliti sekujur tubuhnya yang masih terlihat memerah akibat ulat bulu yang sempat menempel di tubuhnya. “Astaghfirullah, kenapa badanku seperti ini? Seperti diguyur sama air yang mendidih,” gumam lelaki itu sembari meringis menatap iba pada tubuhnya sendiri. Nean berjalan menjauh dari cermin, pandangannya terpusat pada jendela yang ditutup rapih oleh hordeng motif bunga-bunga kecil