When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“APA APAAN INI!” Teriakan Edera menggema di ruangan itu, wanita itu nampak marah ketika salah satu lelaki yang berpakaian sebagai pengacara selesai berbicara. Edera terlihat bangkit dari duduknya seolah kembali menghakimi pengacara itu, dengan begitu beraninya Edera menunjuk lelaki setengah baya itu dengan tajam. “Asal anda tahu, saya tidak akan pernah merubah apapun yang menjadi keputusan saya! Dan kamu!” Edera beralih menunjuk Diah yang juga berada di satu ruangan yang sama. “Apa hak kamu sehingga beraninya memanggil pengacara ini datang ke sini!” Diah menyingkirkan jari telunjuk Edera dari hadapannya. “Aku punya hak untuk melindungi cucuku dari rencana jahatmu. Sudah seharusnya kamu bertaubat dan mengakui segala kesalahan kamu di hadapan Allah!” “Jangan sok suci kamu! Apa kamu