When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Perjalanan yang cukup memakan waktu itu membuat badan Lovinta pegal-pegal, ditambah lagi jalanan terjal kampung itu yang cukup parah. “Pak, kenapa jalanannya seperti ini?” Lovinta menatap Gilang kesal karena wajah lelaki itu terlihat baik-baik saja di atas penderitaanya. “Lalu kamu mau yang seperti apa? Seperti ini lah jalanan kampung di sini,” jelas Gilang. “Badan saya sakit semua,” keluhnya. “Saya tahu, lalu apa yang harus saya lakukan? Tidak mungkin saya memijat badan kamu.” Lovinta mendengkus kesal. “Nggak pengertian banget,” gumamnya lalu kembali melihat jalanan yang penuh dengan hamparan sawah. Gilang tersenyum saat melihat gadis di sampingnya itu kembali diam, jika Lovinta anteng seperti itu membuat Gilang tidak was-was membawa gadisnya bepergian. “Sabar, sebentar lagi