Raynand mengejapkan matanya saat sinar matahari menyusup di kaca mobil. Namun sesaat kemudian dia terkejut. Sungguh dia tak menyadari bahwa semalaman dia tidur di dalam mobil yang dia tepikan. Dan lebih bodohnya lagi, mobil itu dalam kondisi on hingga dia terbangun.
"Kenapa aku tidur di mobil?" Ucapnya bermonolog karena terlalu bingung. Raynand pun meregangkan otot-otot yang terasa kaku. Tapi tiba-tiba kepalanya berputar dan terasa pening.
"Aaahh... Kepala ini rasanya mau pecah..." Ucapnya sambil memegang kepalanya.
Raynand mulai memijit pelipisnya kemudian Mengucek matanya beberapa kali. Setelah rasa sakit di kepalanya mulai mereda, dia pun keluar dari mobil.
Raynand menyandarkan tubuh nya pada body mobil sport keluaran eropa warna merah miliknya. Pria itu tampak kacau namun justru dalam kondisi fisik yang kacau malah membuatnya semakin memesona.
"Apa yang terjadi semalam? Kenapa aku bisa tidur di sini?" Ucapnya bermonolog. Berusaha mengumpulkan setiap memori yang terpencar dalam otak cerdasnya.
Raynand menyapu pemandangan sekitar tempat nya memarkir mobil. Hanya ada hutan pinus dan jati disekitarnya. Raynand memejamkan matanya. Menikmati semilir angin sejuk pegunungan yang memanjakan tubuhnya. Sungguh belaian angin yang menyapu kulit wajahnya mampu menyejukkan hati yang entah sedang merasakan apa.
Hingga akhirnya dia mengingat kejadian semalam.
Namun ingatan itu seperti sebuah penggalan peristiwa.
Suatu kondisi di mana dia disulut amarah yang menggebu. Membanting gelas hingga menjadi sampah tajam yang tak berguna. Lalu menatap jijik kepada wanita karena sang wanita memberinya afrosidiac. Dia pergi meninggalkan wanita itu tanpa belas kasihan karena ingin segera menjinakkan jiwa kelelakiannya yang menggebu.
Lalu...
Entah apa yang terjadi setelah nya. Raynand merasa seperti mimpi, tapi mimpi itu justru terasa begitu nyata. Mimpi yang membuatnya seperti digulung ombak kenikmatan menuju samudera yang menenggelamkan. Kenikmatan itu masih bisa dia rasakan pada organ kelelakiannya. Kenikmatan yang tak pernah dia rasakan dengan wanita manapun.
Dia bermimpi mencumbu gadis yang dicintainya.
Nazwa...
Gadis itu menangis saat Raynand memerawaninya. Dan saat dia mengingat hal itu malah membuatnya merasa seperti orang yang tidak waras. Raynand mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu tertawa getir.
"Gila... Gue bener-bener jadi cowo b******k sekarang. Bisa-bisanya gue mimpi basah sama cewe yang udah jadi istri orang. b******k! Gue bener-bener b******k!!!" Ucapnya kembali bermonolog. Raynand membenturkan kepalanya pada body mobil. Cukup sakit. Tapi tak bisa menghilangkan kebrengsekan pada dirinya.
Raynand benar-benar tak menyadari, bahwa mimpi semalam memang kenyataan. Namun tidak bersama Nazwa, melainkan Zahra. Gadis yang dia culik lalu diperkosa di dalam mobilnya. Sayangnya gadis itu segera pergi sebelum Raynand bangun.
Di sisi lain...
Di sebuah kamar penginapan. Gadis bernama Zahra, masih dalam kondisi bersujud di atas sajadah putihnya.
Semalaman dia bersujud. Memohon ampun atas kelalaiannya. Dosa besar nya. Walaupun itu sebuah kecelakaan. Namun dia merasa sudah melakukan dosa besar.
Berzinah...
Masih bersama tangisan yang menemani nya. Bersama kepedihan di seluruh tubuhnya. Dan kehampaan di selongsong jiwanya. Dia memeluk lututnya sendiri. Membenamkan wajah nya di sana. Tubuhnya bergetar hebat. Menangis sepuasnya. Hingga mukenah yang digunakannya basah air mata.
"Ya Allah... Apa yang harus hamba katakan pada Abi... Pada Ummi... Pada Aa Akmal yang sudah mengkhitbahku... Ya Allah... Hamba sudah mempermalukan keluarga hamba... Ya Allah... Hiks... ASTAGFIRULLOHALADZIIM... Hiks..." Zahra menangis tersedu. Sungguh hatinya begitu hancur. Berkali-kali dering teleponnya menggema. Dilihat id call di layarnya, tak jauh dari Ummi, Abi dan Aa Akmal.
Namun tak satupun panggilan telepon itu dia angkat. Sungguh dalam hati yang terdalam, gadis itu begitu hancur dan rapuh setelah apa yang menimpanya. Dia merasa begitu kotor dan tak berharga. Gadis itu merasa tak layak untuk menjadi pendamping Aa Akmal.
Hatinya berteriak ingin mengakhiri hidup saja. Namun imannya menguatkan.
Allah tak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya..
Sepanjang malam Zahra memohon penyelesaian masalahnya. Dia meyakini, jika Allah menurunkan musibah. Maka hanya Allah lah yang akan memberi jalan keluarnya. Allah bersama orang-orang yang sabar dan Sholat.
"Mungkin inilah cara Allah, agar hamba mengamalkan ilmu yang selama ini hanya teori nya saja. Ya Allah... Kuatkan hamba... Berilah jalan keluar untuk hamba..."
Sebulan sudah berlalu sejak tragedi afrosidiac terjadi.
TOK... TOK... TOK...
Pintu ruangan besar bergaya maskulin dengan d******i warna hitam dan putih di ketuk. Pria pemilik ruangan itu tetap bergeming. Hanya menatap berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Mendengar suara ketukan pintu membuatnya sedikit terganggu, namun dia mempersilakan masuk seseorang yang hendak menemuinya.
"Masuk!" Ucapnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas penting di tangannya.
"Raynand..." Ucap gadis berwajah perpaduan Eropa yang sempurna. Netra birunya tampak cantik dan memesona. Dengan bentuk wajah panjang dan hidung bangir yang menukik tajam. Tak lupa bibir tipis berpoles Lipstik merah.
Raynand pun menoleh ke arah sumber suara. Gadis itu tampak seperti ingin menggodanya dengan balutan blouse berkerah rendah memamerkan belahan d**a yang menggoda kaum Adam. Tapi Raynand bukan pria yang mudah terpancing nafsu. Justru dia jijik menatap wanita yang berpakaian seperti p*****r walau tubuhnya bak patung porselen yang dipahat tangan seorang ahli.
"Duduklah." Ucap Raynand menunjuk kursi di hadapannya.
Gadis itupun duduk dengan kaki jenjang yang dilipat. Kembali memamerkan lekukan tubuh bak model internasional. Kaki jenjang dengan kulit mulus yang menggoda.
"Kau masih marah padaku? Untuk yang di Bogor, aku minta maaf... Aku ga bermaksud... Ekhm... Ga bermaksud untuk..." Ucap gadis bernama Aurel itu ragu, membuat Raynand tak sabar ingin mendengar ungkapan lanjutan yang akan diucapkan sang wanita.
"Bermaksud apa?" Dengan nada dingin Raynand bicara sambil membuka bingkai hitam yang ada di matanya.
"Ehmm... Aku ga bermaksud untuk... Untuk..."
"Sudahlah... Ini baca, lalu silahkan tanda tangani!" Ucap Raynand menyodorkan sebuah banteks file berwarna biru.
Aurel pun membaca file di dalamnya. Keningnya berkerut seolah sedang mencerna maksud yang tertera di dalamnya. Mata nya menatap file itu nyalang. Kemudian dia berdiri dengan tergesa dan membanting file itu tepat dihadapan Raynand.
BUUUKKK...
"Lo mau menyingkirkan gue dari perusahaan ini? Apa lo lupa dengan pencapaian gue di sini heh?" Ucap Aurel dengan emosi yang tertahan. Sungguh dia merasa terhina akan sikap Raynand. Pria yang sangat dicintainya namun tak pernah memberikan kesempatan untuk membuka hati untuknya.
"Terima kasih atas usaha keras anda di perusahaan ini... Tapi maaf saya tidak bisa melanjutkan kerja sama dengan orang licik seperti anda." Ucap Raynand tenang.
"Gue licik? Gue ga pernah berkhianat dengan perusahaan ini... Apa alasan lo bisa bilang gue licik Ray?" Tanya Aurel menahan amarahnya.
"Saya rasa anda paham maksud saya. Jadi saya tak perlu mengulang lagi." Ucap Raynand tenang membuat sang gadis semakin gelisah.
"Ray... Untuk kejadian bulan lalu... Gue minta maaf... Gue khilaf... Gue cinta sama lo... Tapi lo ga pernah pandang gue. Dan gue..." Ucap Aurel mulai terisak.
"Dan saya tidak cinta pada anda. Saya tidak bisa mentoleransi orang yang sudah berusaha menjebak saya." Ucap Raynand semakin dingin.
"Hahaha... Lo lupa saham gue disini 50% dan gue yakin lo ga bisa balikin itu semua beserta kompensasi dan profitnya." Ucap Aurel menghapus air matanya dan mulai menunjukkan kemarahannya.
Raynand mengambil sebuah dokument. Kemudian menulis sesuatu pada sebuah kertas berlabel nama Bank terkenal. Dan pria itu menyodorkan apa yang sudah ditulisnya ke tangan sang wanita.
"Ini investasimu, ku kembalikan beserta kompensasi dan profitnya. Silahkan anda bisa menghitung ulang untuk memastikan. Atau jika ada yang ingin anda tanyakan silakan hubungi pengacara saya." Ucap Raynand.
"Ray... Gue tau semua uang Lo ada di perusahaan ini. Gue tau lo ga punya persediaan uang yang mengendap buat bayar ini semua. Jadi ga usah sombong." Ucap Aurel kini merendahkan Raynand karena dia tahu persis seperti apa keuangan pria itu. Semua uang pribadinya dia gunakan untuk membangun perusahaan demi menunjukkan prestasinya kepada keluarganya. Semua itu dia lakukan karena tak ingin menjadi seorang dokter seperti keinginan ayahnya yang menjadi pemilik rumah sakit.
"Sepertinya anda tidak perlu tau saya dapat uang dari mana." Ucap Raynand menahan amarahnya. Aurel benar-benar menghancurkan harga dirinya dengan kalimat yang wanita itu ucapkan.
"Segitunya lo ingin menyingkirkan gue. Sampai lo jual mobil kesayangan lo itu. Apa apartement lo jual juga heh?" Nada merendahkan terdengar jelas dalam setiap penggalan kata yang diucapkan Aurel. Tapi hal itu tak akan mengubah keputusannya untuk memecat Aurel. Walaupun wanita itu adalah salah satu pemegang saham terbesar di perusahaannya.
"Itu lebih baik daripada bekerjasama dengan jalang."
Aurel sangat terhina dengan ucapan Raynand. Hatinya begitu bergemuruh ingin menghancurkan pria yang sudah menghinanya. Awalnya dia memang ingin menjebak Raynand agar menghamili nya. Tapi semua itu karena dia mencintai Raynand. Dia ingin memiliki Raynand. Dan kini semua usahanya sia-sia, bahkan kini yang dia dapatkan hanya sebuah penghinaan.
Entah setan apa yang sudah merasuki wanita itu. Tapi Aurel yakin semua pria sama saja, pasti akan tergoda dengan wanita. Aurel pun bergerak sensual ke arah Raynand. Dia ingin membuktikan ucapan Raynand 1 bulan yang lalu.
"Seandainya kau telanjang di hadapan ku pun aku tak akan berminat pada mu. Karena kau bukan seleraku."
Aurel membuka kancing blouse nya perlahan. Gerakan sensual yang tercipta itu sungguh menggoda siapapun yang melihatnya. Termasuk Raynand. Tapi Raynand bukan pria yang diperbudak oleh nafsu. Gadis itu terus bergerak sensual hingga semua kancing blousenya terbuka. Tanpa rasa malu, gadis itu membiarkan lingery hitamnya terbuka dan memamerkan lekukan tubuh paling menggoda dari seorang wanita.
Raynand memperhatikan pergerakannya. Walau jiwa kelelakiannya sedikit berontak, tapi pria itu mampu mengendalikannya. Dia semakin jijik kepada wanita yang sempat menjadi sahabatnya. Sungguh tak ada minat sedikit pun untuk menyentuh w************n di hadapannya.
Raynand pun bangkit dari kursi kebesarannya. Dan berdiri berhadapan dengan Aurel.
Mantan sahabat nya...
Mantan partner bisnis nya...
"Sepertinya kau memang berminat untuk ku lecehkan... Baiklah..." Ucap Raynand sambil meremas p******a Aurel. Kemudian tersenyum melecehkan. Aurel mendesah saat tubuh sensitifnya disentuh dengan kasar. Gadis itu merasa menang karena berhasil menggoda Raynand.
"Tapi sayang nya saya tak berminat dengan barang second." Ucap Raynand dengan senyum evilnya. Kemudian pria dingin itu pergi meninggalkan Aurel yang berteriak.
"LO BAKAL MENYESAL NOLAK GUE RAYNAND!!! GUE PASTIKAN ITU!!! DASAR PRIA TAK BERHATI!?!?" Teriak Aurel merasa terhina.