#R – Kebimbangan Alaric

2166 Words
Alaric berdiri memandang keindahan malam dari balkon kamar apartemennya, hari ini dia pulang cepat kerena pekerjaannya sedang tidak banyak, sudah satu bulan Alaric menjalin hubungan bersama dengan Jenny, dalam satu bulan yang dilaluinya dengan perempuan itu Alaric menjadi banyak tahu tentangnya, misalnya Alaric jadi tahu jika Jenny adalah tipe perempuan anggun, penyayang dan satu hal yang paling Alaric suka yaitu Jenny tipe perempuan yang manja.  Namun, Alaric tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, meskipun dia terlihat bahagia dan terlihat sangat mencintai Jenny tapi hatinya tidak, semua itu hanya topeng yang sengaja Alaric pasang untuk membodohi dirinya sendiri, padahal hatinya masih tetap memilih dan juga mencintai sosok perempuan dimasa lalunya. “Sampai kapan tuhan kau akan menyiksaku dengan perasaan tidak berbalas ini” Alaric bergumam dengan kepalanya yang menatap kearah langit, tangannya masih setia memegang gelas berisi wine yang baru beberapa kali pernah dia minum tidak banyak hanya satu atau dua gelas saja, karena Alaric memang tipe orang yang sangat menjaga kesehatannya, dia tahu jika meminum beralkohol hanya akan merusak tubuhnya, maka dari itu sejak dulu Alaric selalu berusaha menghindari minuman beralkohol yang sedang diminumnya sekarang. Hari ini pikirannya benar – benar sangat kacau, semua itu bermula dari Jenny yang terus saja mendesak Alaric untuk melakukan pertunangan. Namun, Alaric masih belum yakin, bukan Alaric tidak yakin pada Jenny tapi Alaric merasa tidak yakin pada dirinya  sendiri, Alaric takut jika dia melangkah terlalu jauh dengan keadaan hatinya yang masih terjebak dimasa lalu akan berakhir dengan dia yang menyakiti Jenny dan Alaric tidak  mau hal itu terjadi. Alaric meminum sisa minuman didalam gelas yang masih tersisa setengahnya, kepalanya menunduk mencoba mereda setiap masalah yang tiba – tiba bertubi – tubi datang menghampiri hidupnya berharap dengan cara itu bisa sedikit terasa berkurang. Sampai akhirnya, Alaric bisa merasakan sebuah tangan yang tiba – tiba memeluknya dari belakang, dibagian punggungnya Alaric bisa merasakan ada sebuah kepala yang sedang bersandar, tanpa berbalik saja Alaric sudah tahu siapa orangnya, tentu saja kekasihnya, karena saat Alaric mengatakan jika hari ini dia akan pulang cepat dan tidak lama setelah itu tiba – tiba dia sudah masuk kedalam ruangannya. Jenny masih setia  memeluk tubuh kekasihnya, tangannya bergerak membuat bola abstrak disekitar perut Alaric. Sesekali dia memberikan elusan dari bagian d**a turun ke perut, hal itu tentu membuat Alaric yang sejatinya adalah pria normal merasakan sesuatu yang tidak seharusnya dirasakan. Bukan hanya sekali Jenny melakukannya tapi hampir saat mereka sedang berada dalam keadaan berdua seperti ini. Alaric membalikkan tubuhnya, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sebuah senyuman meneduhkan yang terlukis dibibir milik Jenny, Alaric balas tersenyum dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Jenny hingga akhirnya jarak diantara mereka benar – benar sirna saat bibir Alaric mendarat dibibir Jenny, Alaric mencium Jenny dengan sangat lembut seakan dia tidak ingin sedikitpun membuat perempuan itu merasa terluka. “Al aku sangat mencintaimu, tetaplah disini disampingku, dan menjadi pendamping hidupku untuk selamanya, karena aku tidak punya alasan apapun untuk tetap bertahan hidup selain ingin hidup bersamamu Al” Alaric hanya diam saat mendengar penuturan kekasihnya saat posisi dahi mereka menyatu, nafas mereka masih terlihat memburu karena ciuman panjang yang sudah mereka lakukan. Setiap kalimat pernyataan cinta yang Jenny katakan Alaric tidak pernah berani membalasnya sedikitpun karena dia takut hal itu hanya akan membuat Jenny semakin terluka. “Aku mencintaimu, aku mohon berjanjilah kepadaku jika kau tidak akan meninggalkanku” Lagi – lagi tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Alaric, dia hanya menatap manik mata Jenny dalam kemudian kembali mencium bibir perempuan itu dalam dan mesra, semantara Jenny yang hanya mampu tersenyum kecut dan menelan bulat – bulat harapan dan kekecewaan saat dia tahu jika Alaric masih belum mencintainya. Jenny merasa jika dia memang memiliki Alaric tapi tidak dengan hatinya. “Terimakasih karena kau sudah bersedia bertahan disampingku, tapi aku minta maaf karena untuk sekarang aku tidak bisa menjanjikan kebahagiaan dan kebersamaan selamanya bersamamu, karena aku takut saat aku berjanji hanya akan berakhir dengan mengecewakanmu Jen” Jenny tersenyum mendengar penuturan dari Alaric, setidaknya kekecewaan Jenny sedikit terobati saat dia menyadari jika dia masih mempunyai sedikit celah untuk berjuang mendapatkan cinta kekasihnya, yang perlu dia lakukan sekarang berjuang sedikit lebih keras agar bongkahan cinta Alaric yang sudah membeku pada sosok masa lalu bisa segara mencair dan berbalik mencintainya. “Ayo masuk disini udaranya dingin” “Gendoooong” Jenny langsung melingkarkan kakinya pada pinggang Alaric dan hal itu berhasil membuat sebuah senyuman terbit diwajah kekasihnya, tanpa menolak sedikitpun Alaric langsung membawa tubuh Jenny menuju kamar. Alaric hendak membaringkan Jenny diatas ranjangn tapi tidak tahu apa yang sedang dilakukan perempuan itu dia seakan tidak berniat sedikitpun melepaskan tangannya yang terkalung dileher Alaric dan kakinya yang melingkar dipinggang Alaric. Untuk sesaat Alaric mencoba menahan tubuhnya agar tidak menimpa tubuh Jenny, sampai akhirnya tubuh Alaric benar – benar ambruk saat dia terbuai dengan ciuman yang dilakukan oleh Jenny. Kegiatan mereka terus berlanjut, Jenny seakan tidak sedikitpun memberikan celah kepada Alaric untuk berpikir secara rasional agar berhenti ditengah jalan seperti yang biasa laki – laki itu lakukan. Ciuman Jenny perlahan mulai turun menyusuri leher Alaric begitu juga sebaliknya. Bahkan tangan Alaric sudah menyusup masuk kedalam blouse yang sedang digunakan oleh Jenny, tangannya bergerak dengan nakal dan santai, dengan pelan dan penuh kelembutan tangan Alaric bergerak menyentuh kemaluan Jenny yang masik berbalut celana, kemudian naik membentuk sebuah pola abstrak pada permukaan perut rata milik Jenny sampai akhirnya Alaric bangkit dari tubuh Jenny dan berlalu pergi menuju kamar mandi. Jenny yang sudah benar – benar terbuai dalam sentuhan kekasihnya hanya bisa mendesah kesal bercampur frustasi, inilah Alaric selalu behenti ditengah jalan dan tidak ingin melakukannya sampai tuntas, padahal Jenny sudah benar – benar rela jika harus menyerahkan apa yang selama ini dia jaga kepada kekasihnya. Saat Jenny tanya kenapa ? Alaric hanya mengatakan jika Jenny adalah perempuan yang berbeda dan dia tidak ingin merusak masa depan Jenny, Alaric hanya ingin melakukannya saat mereka sudah benar – benar menjadi suami istri. Kerap kali Jenny tersenyum sendiri saat mengingat perkataan kekasihnya, yang dia katakan dengan begitu tegas, sebagai perempuan tentu dia merasa sangat dihargai, dan Jenny beruntung serta bahagia bisa menjadi kekasih Alaric. Jenny meloncat dari atas ranjang dan langsung menubruk tubuh kekasihnya saat dia melihat Alaric keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang melilit dipinggangnya, Jenny bisa merasakan tangan dingin Alaric membelai rambutnya sesekali laki – laki itu mendaratkan sebuah kecupan dipuncak kepalanya, Jenny mendongak manatap Alaric dengan penuh harap. “Bertunanganlah dengan ku Al aku mohon” Jenny bisa merasakan tubuh Alaric untuk sesaat menegang, dia tampak terdiam untuk beberapa saat Jenny tidak tahu Alaric diam karena dia sedang berpikir untuk menyetujui keinginannya atau sedang merangkai kata untuk membuat untaian kalimat penolakan seperti yang sudah dilakukannya sejak kemarin. Alaric mengecup bibir Jenny singkat kemudian mendaratkan sebuah ciuman didahi Jenny, perempuan itu memejamkan matanya mencoba meresapi sebuah kehangatan yang selalu dia rasakan saat Alaric mengecup dahinya. “Aku rasa perkenalan kita masih terlalu singkat untuk mengambil langkah pertunangan Jen, biarlah semua berjalan seperti semestinya, kita jalani apa adanya seperti sekarang, aku pikir kita masih butuh waktu lebih lama untuk mengenal satu sama lain” Alaric berjalan menuju lemari pakaiannya, meninggalkan Jenny yang semula menatapnya penuh harap perlahan berubah menjadi sendu, Jenny menundukan kepalanya saat dia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya agar Alaric mau bertunangan dengannya. “Orang tuaku mengancam jika mereka akan membatalkan rencana perjodohan kita dan aku akan di jodohkan dengan pria lain” Pergerakan Alaric yang sedang mengambil pakaian terhenti untuk sesaat tapi kemudian laki – laki itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk berganti pakaian, sementara Jenny hanya bisa menangis pilu membayangkan nasibnya sendiri. “Aku akan mengantarkan kamu pulang Jen” Alaric berujar saat dia baru saja keluar dengan pakaian yang sudah melekat pada tubuhnya, laki – laki itu berjalan mendekat kearah Jenny yang masih berdiri ditempat yang sama, dengan kedua  tangan yang menutup wajahnya dan bahu yang bergetar. Alaric membawa tubuh sang kekasih kedalam dekapannya, tangannya membelai rambut Jenny yang terurai, tidak ada kalimat apapun yang dia katakan, Alaric seakan sedang mencoba menenangkan kekasihnya saat hanya dia juga sedang berada dalan kegelisahan yang sama. *** “Kenapa mencintaimu bisa sesakit dan semenyiksa ini Ris, kenapa saat aku memberikanmu cinta dengan ketulusan kamu malah memberikanku kesakitan” Alaric berujar sambil menatap bintang – bintang yang terlihat bersinar diatas langit malam, setelah mengantarkan Jenny kerumahnya Alaric langsung pulang kerumah, rumahnya terasa sedikit sepi karena keponakan kembarnya sedang pergi bersama kedua orangtuanya menghadiri undangan rekan bisnis kakek si kembar, yang tidak lain adalah ayah Alaric yang bernama Aland Friedrick. Dia sengaja membiasakan kedua cucunya pada pergaulan dunia bisnis katanya agar mereka bisa terbiasa saat sudah dewasa nanti. “Ajaibnya hati ini masih saja setia mencintaimu saat berkali – kali kesakitan itu sering menikam hatiku disaat kesunyian sedang merengkuhku Ris” “Tapi setidaknya disini aku merasakan ketenangan ditengah kesakitan saat mengingat jika kau pasti akan bahagia bersama laki – laki yang sangat kau cintai, dan aku pasti akan merasakan kebahagiaan itu walau nyatanya hatiku yang menjadi korbannya” “Kenapa kau terus menyiksa dirimu sendiri Al ?” Alaric menoleh saat dia mendengar suara lain selain suaranya yang sedang berbicara sendirian, dan dibelakangnya berdiri sosok sang kakak yang selalu mengerti keadaannya, dan orang yang selalu berusaha memberikan solusi dalam permasalahan cintanya. “Bagaimana hubunganmu dengan Jenny” Alaric terdiam beberapa saat, dia tidak langsung menjawab saat sang kakak mengangkat topik mengenai perempuan berstatus kekasihnya, tiba – tiba ingatan Alaric kembali melayang pada kejadian hari ini, sudah dua kali hari ini Jenny meminta bertunangan kepadanya, tapi sebagi laki – laki Alaric tidak memberikan kepastian sedikitpun. Alaric yakin jika dia pasti sudah melukai perasaan kekasihnya, tapi Alaric yakin jika dia tidak bisa membiarkan Jenny bertunangan dengan pria manapun sekarang “Orang tuaku mengancam jika mereka akan membatalkan rencana perjodohan kita dan aku akan di jodohkan dengan pria lain” Perkataan Jenny tiba – tiba kembali terngiang – ngiang di kepala Alaric, disatu sisi dia sayang pada Jenny tapi dia akui jika dia belum mencintai Jenny, Alaric tidak ingin Jenny menikah dengan pria manapun tapi disisi lain dia belum siap melangkah lebih jauh bersama Jenny. Pikiran Alaric kembali dilanda dilema besar, sampai akhirnya sebuah tepukan dibahunya berhasil membuat Alaric tersentak dari lamunannya. “Apa yang harus aku lakukan kak saat kekasihku sendiri terancam akan dijodohkan dengan laki – laki lain” “Bergerak lebih cepat sebelum laki – laki lain lebih dulu mendapatkannya Al” Alaric menoleh menatap wajah kakaknya, matanya menatap mata sang kakak yang ternyata sedang menatapnya juga, kemudian setelah itu Alaric kembali memalingkan wajahnya menatap lurus kedepan, terdengar suara helaan nafas berat dari hidungnya.Semua itu seakan menggambarkan jika dia sedang berada dalam keadaan yang tidak dalam baik – baik saja. “Aku menyayanginya tapi aku tidak mencintainya, aku hanya takut jika hanya sebuah luka yang aku berikan untuknya” Naomi tersenyum getir mendengar perkataan adik bungsunya yang sudah terdengar frustasi, dia kesal sekaligus kasihan melihat adiknya yang terlihat menderita karena terjebak dengan cinta masa lalunya, dia kesal karena adiknya yang tidak bertindak tegas masalah hubungannya bersama Jenny, dia kasihan melihat kefrustasian sang adik yang terus berusaha melupakan cinta pertamanya tapi tidak kunjung bisa. “Al jika kamu belum mencintainya tapi kamu mempunyai harapan untuk memilikinya, maka hanya dua yang perlu kamu lakukan. Pertama berkata jujur mengenai keadaan hatimu yang sebenarnya dan janjikan sebuah kesetiaan untuknya, kedua yakinkan dia dengan cara mewujudkan perkataanmu, limpahi dia kesetiaan seutuhnya yang kau punya” “Mungkin itu terdengar sedikit gila, tapi cobalah lakukan, aku yakin jika Jenny benar – benar mencintaimu dia pasti akan mengerti dan bersedia berjuang lagi dan lagi bersamamu” Alaric tersenyum mendengar saran yang diungkapkan kakaknya, dia bahagia memiliki kakak yang selalu ada dan memahami keadaanya, bagi Alaric Naomi bukan hanya sekedar kakak tapi sudah menjadi teman sekaligus sahabatnya, karena kakaknya itu selalu menjadi tempat terbaik untuk menceritakan segala kebahagiaan dan kesedihannya, setelah itu Alaric langsung memeluk kakaknya dengan penuh kasih sayang. “Terimakasih kakak karena sudah menjadi kakak sekaligus sahabat untukku, aku mencintaimu’ “Sudah menjadi tugasku sebagai kakakmu Al” Naomi tersenyum tangannya membelai rambut sang adik yang berada dalam dekapannya, walaupun usia mereka sudah sangat dewasa tapi kedekatan mereka tidak merenggang sedikitpun, persatuan mereka sebagai sepasang saudara semakin terlihat kentara dan hal itu selalu berhasil membuat kedua orang tua mereka merasa bahagia atas kerukunan keduanya. “Uncle Al Kean ingin tidur bersama uncle” “Kian juga uncle, Kian juga” Kehadiran dua anak kecil yang tiba – tiba itu berhasil menganggu pertemuanAlaric dan Naomi, Alaric tersenyum melihat Kean dan Kian yang terlihat bersemangat, kemudian dia berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan dua keponakan kembarnya, Alaric mendaratkan sebuah kecupan didahi keduanya secara singkat. “Malam ini kita akan tidur bertiga, sekarang kalian bersihkan dulu tubuh kalian lalu kembali kesini untuk tidur” Tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya mereka langsung berlarian menuju kamar mereka untuk melaksanakan perintah Alaric, melihat hal itu Alaric dan Naomi tersenyum. Merasa jika percakapannya dengan sang adik tidak akan berjalan mulus setelah hadir dua anak kembar. Naomi memilih keluar sedangkan Alaric memilih masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lagi. 15 menit Alaric gunakan untuk mandi, saat dia keluar kamar mandi dia melihat dua keponakannya sudah ada diatas ranjangnya dengan keadaan tertidur, Alaric pikir mereka pasti menunggunya dan karena mereka kelelahan mereka langsung tertidur. Alaric tersenyum kemudian kakinya melangkah menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya ditengah – tengah mereka, Alaric menatap wajah dua keponakannya yang terlihat tenang dan damai dalam tidurnya, pelan – pelan Alaric membawa mereka kedalam dekapannya lalu mendaratkan sebuah kecupan didahi mereka, karena mereka Alaric bisa sedikit melepas penat dan beban yang selalu membuatnya merasa berat, bersama mereka Alaric bisa tertawa lepas tanpa beban yang menghalanginya, Alaric bersyukur karena tuhan sudah menghadirkan mereka didalam hidupnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD