Bab 1 : Dia Istriku
Bab 1 : Dia Istriku
"Aduh, Dek, Abang udah gak kuat lagi," ujar Haikal dengan napas yang tersengal-sengal dan langsung menjatuhkan tubuh ke kasur.
Sang istri hanya tersenyum sambil menarik selimut dan menutupi tubuh mereka.
Begitulah aktifitas keduanya setiap malam, tiada yang terlewatkan tanpa bercinta. Dia, Maura, istri Haikal yang paling cantik juga lincah.
Saat pagi tiba, Maura sudah tak ada lagi di samping Haikal. Ini sudah menjadi kebiasaanya, datang hanya di malam hari saja.
Haikal segera melangkah menuju kamar mandi dan bersiap untuk berangkat kerja.
Beberapa menit kemudian, Haikal sudah berpakaian ala petugas Damkar, dengan seragam berwarna merah dari ujung kepala hingga ujung celana.
Haikal melangkahkan kaki menuju dapur, sarapan sudah terhidang cantik. Istrinya memang terbaik, rumah pun sudah bersih dan rapi.
"Ah, aku makin mencintaimu, Sayang," gumam pria berusia 32 tahun itu sambil duduk di depan meja makan.
Setelah menikmati sarapannya, Haikal langsung menuju teras dan meraih kunci motor.
"Udah mau berangkat kerja, Kal?" tanya Ibunya sambil menghampiri di teras.
"Iya, Bu," jawab Haikal sambil memasukkan ponsel ke saku celana.
"Udah sarapan kamu, Nak?" tanyanya lagi sambil duduk di kursi yang ada di sebelah Haikal.
"Udah, Bu, sarapan Soto Banjar," jawab Haikal sambil tersenyum mengingat wajah cantik sang istri yang sudah memasak untuknya.
"Beli di mana? Tadinya Ibu mau nawari kamu sarapan nasi goreng," ujar sang ibu dengan mengerutkan dahi.
"Istriku yang masak, Bu. Ya sudah, Haikal berangkat dulu." Pria berperawakan tinggi itu mencium punggung tangan sang ibu lalu menutup pintu rumah dan menguncinya.
"Hati-hati, Kal!"
"Iya, Bu, assalammualaikum." Haikal mendekati motor ninjanya lalu naik ke atasnya.
"Waalaikumsalam," jawab sang ibu sambil melangkah ke jalanan, untuk menyebrang ke rumahnya.
Rumah Haikal dan ibunya berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan raya saja.
Haikal mulai melajukan motornya dan menuju tempat kerja yang sudah dua tahun ini ia tekuni.
***
Bu Ida, ibunya dari Haikal, menghela napas panjang mengingat ulah putra bungsunya itu yang selalu mengaku punya istri namun ia tak pernah melihatnya dan menolak setiap kali ingin dijodohkan.
"Haikal hanya halu, atau istrinya itu hantu?" gumam Bu Ida sambil berpikir keras. "Kasihan kamu, Nak, setelah ditinggal Ella nikah, kamu jadi seperti ini," sambung wanita bergamis kuning itu lalu masuk ke dalam rumahnya
Sedangkan Haikal, ia sangat menikmati rumah tangganya bersama Maura, seorang wanita berambut merah yang telah menyelamatkan nyawanya ketika bekerja sebagai ABK tiga tahun silam.
Saat itu, kapal angkutan penumpang tempat Haikal bekerja tenggelam di lautan. Banyak ABK kapal yang meninggal dan para penumpang pun tak terhitung yang nyawanya melayang.
Berkat bantuan Maura, Haikal bisa selamat dari musibah itu. Tiga hari tiga malam terlunta-lunta di lautan, sang istrilah yang membantu untuk bertahan hidup.
***
“Tim satu segera segera bersiap! Si Jago Merah sedang beraksi di Perumahan Pawan Asri,” ujar Pak Guntur, sang pimpinan.
Haikal yang saat itu sedang berbalas pesan dengan sang istri, segera mengakhiri chatnya. Ia memang terkenal pendiam dan suka menyendiri kalau sedang di kantor.
[Dek, Abang mau bertugas dulu. I love you.]
[I love you too. Hati-hati ya, Bang.]
Haikal tersenyum senang, lalu memasukkan ponsel ke saku celana. Kemudian bersiap dengan perlengkapan tempurnya, helm dan jas anti & air dan api.
“Siap semuanya!” seru Pak Guntur lagi kepada tim satu yang anggotanya ada lima orang.
“Siap, Pak!” jawab Haikal dan empat teman lainnya.
“Tim dua dan tim tiga bersiap-siap juga, kalau ada panggilan darurat, kalian langsung meluncur ke lokasi. Tim satu, segera berangkat!” Pak Guntur memberi intruksi.
“Pantang pulang, sebelum padam!” seru Haikal serempak dengan empat orang temannya sambil menyatukan tangan mereka.
Haikal dan keempat temannya langsung berlari menuju mobil merah yang selalu menemani mereka dalam melaksanakan tugas.
Lima belas menit kemudian, tim Haikal telah tiba di lokasi terjadinya kebakaran itu. Sebuah rumah mewah dengan dua lantai sedang dilalap si jago merah. Asap hitam mengepul dari tempat kejadian.
Tim satu langsung mengeluarkan senjatanya dan mulai menyemprotkan selang panjang ke arah rumah itu. Para warga yang berkerumun di situ langsung menepi. Seorang wanita sedang menangis tersedu dengan beberapa ibu-ibu yang berusaha menenangkannya.
“Naya dan pengasuhnya masih di dalam sana, biarkan aku menyelamatkan mereka!” ratap wanita sang pemilik rumah dengan sambil meronta-ronta.
“Tim, ada dua anak yang masih di dalam sana. Haikal dan Santo bersiaplah untuk masuk ke dalam, selamatkan mereka!” perintah Pak Guntur sambil berusaha menghubungi tim dua, sebab apinya begitu besar dan tak cukup kalau Cuma satu tim saja.
Dengan jas anti apinya, Haikal dan Santo masuk ke dalam kobaran api dan berusaha mengevakuasi dua korban yang masih terjebak di dalam sana.
Beberapa saat kemudian, Santo sudah berhasil keluar dari dalam rumah itu sambil memapah seorang wanita paruh baya, sang pengasuh di rumah mewah itu. Kemudian disusul Haikal yang menggendong seorang bocah berumur empat tahun yang menangis dengan beberapa luka bakar di sekitar tubuhnya.
“Naya!” Wanita dengan penampilan acak-acakan itu berlari menghampiri Haikal yang sedang menggendong putrinya itu.
Wanita itu langsung memeluk Haikal. Semua mata langsung tertuju kepada pemandangan itu. Dua temannya saling pandang melihat keberuntungan sang teman yang mendapat pelukan gratis.
Semenit kemudian, wanita itu melepaskan pelukannya lalu meraih sang putri dan tersenyum tak enak ke arah Haikal sang petugas Damkar. Ia tak sengaja melakukan itu.
“Terima kasih ya, Kal,” ujar wanita itu sambil menggendong putrinya lalu menjauh.
Dua orang perawat langsung menghampiri wanita itu dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil ambulans, kemudian melarikannya ke rumah sakit.
Dengan wajah tanpa ekspresi, Haikal mendekat ke arah dua temannya dan mengambil alih untuk memegang selang besar itu.
“Hmmm ... kalau tahu bakal dapat pelukan dari si pemilik rumah yang cantik itu, mending aku aja yang menyelamatin anaknya, hehee .... “ Goda Riko sambil menyikut Haikal yang berdiri di sampingnya.
Haikal hanya tersenyum tipis mendengar ledekan temannya.
“Apa kalian saling kenal, Kal?” timpal Zeki.
Haikal melengos, lalu menjawab, “Dia Ella, mantan yang ninggalin aku kawin.”
Sontak kedua temannya itu langsung terbahak, tapi segera menghentikan tawa saat mendengar deheman dari Pak Guntur.
“Yang serius! Jangan sampai apinya merambat ke rumah lainnya!” seru Pak Guntur sambil mengamati kerja tim satu.
“Siap, Pak!” jawab Haikal dan dua temannya serempak.
***
Dua jam kemudian, api sudah berhasil dipadamkan. Akan tetapi, keadaan rumah Ella sang mantan pacar dari Haikal itu sudah tinggal kerangka saja. Rumah mewah seharga 5 M yang membuat Ella meninggalkannya dulu hanya tinggal kenangan saja.
Dengan tubuh yang letih, Haikal kembali ke rumahnya. Sore sudah berganti malam saat ia memasuki rumah.
“Bang, udah pulang?” sambut Maura sambil berlari menghampiri Haikal yang baru saja menutup kembali pintu.
“Iya, Dek, hari ini Abang capek banget,” jawab Haikal sambil duduk di sofa ruang tamu dan merangkul Maura yang duduk di sampingnya lalu mendaratkan ciuman di pipi mulus itu.
Maura tersenyum senang.
“Adek pijitin ya, Bang!” Maura langsung beranjak dari sofa dan memijit pundak sang suami.
Haikal memejamkan mata dan menikmati sensasi pijitan dari tangan lembut sang istri, ia sangat menyukainya.
Bersambung ....