BAB 1
Dalam keheningan senja, cahaya masjid menari-nari di antara dedaunan pohon jati yang tumbuh subur di halaman. Atap kubah mesjid yang megah menarik perhatian, dengan ornamen-ornamen berwarna hijau dan biru yang terpahat dengan rapi di setiap sudutnya.
Tepat di depan pintu masuk, dua tiang dengan ukiran arabesque yang rumit memegang satu pelengkung besar yang membentang hampir sepanjang lebar pintu. Di dalam masjid, udara begitu sejuk dan segar, dengan aroma khas wewangian yang mengundang hati untuk sejenak merenung.
Di dalam masjid, kursi-kursi panjang dengan hiasan karpet bermotif mewah mengisi bagian kanan dan kiri. Tepat di tengah, terdapat sajadah besar berwarna hijau terang yang menunjukkan arah kiblat. Di sekelilingnya, terdapat ornamen-ornamen berwarna emas yang mempercantik tampilan sajadah.
Hari ini, suasana mesjid berubah menjadi khidmat. Suasana sunyi tergantikan dengan suara gemerisik suara langkah kaki dari para undangan yang mengenakan pakaian pesta, menyusuri karpet merah yang terbentang dari pintu masjid hingga ke pelaminan. Cahaya lembut dari lampu gantung bergantian memancarkan warna keemasan, memberikan kesan kehangatan yang khusyuk.
Pada bagian depan mesjid, terdapat sebuah pelaminan megah yang menghiasi dinding dengan bunga-bunga segar. Pada bagian atap, terdapat lentera-lentera indah yang mengeluarkan sinar lembut dan memberikan kesan pesta yang meriah.
Semua aspek keindahan yang dimiliki masjid itu terlihat semakin jelas. Sebuah tempat yang penuh keheningan dan keramat menjadi saksi dari momen sakral pernikahan ini. Dengan nuansa khidmat dan kesakralan yang terpancar dari setiap sudut, masjid itu menjadi tempat yang ideal untuk mengawali kehidupan berumah tangga yang penuh berkah dan keberkahan.
Momen ini memberikan kebahagian pada semua orang, namun tidak pada seorang yang duduk di tengah ruang masjid. Dia adalah pengantin pria, berbalut baju putih dalam balutan jas warna senada yang dipadukan dengan dasi sutra berwarna putih bersinar, ia terlihat begitu gagah dan berkelas. Jasnya terlihat pas di badannya yang tegap, menonjolkan bahagian bahu yang lebar dan memberi kesan elegan pada posturnya yang tinggi besar. Pengantin pria ini memancarkan aura maskulin yang begitu kuat sehingga semua mata terpaku padanya. Benar-benar seorang pria yang gagah perkasa dan mempesona. Namun tampilan berbeda dengan air muka yang ditunjukkan, tanpa rona kebahagiaan. Disinya duduk sosok pengantin wanita yang memancarkan pesona yang menawan dan anggun sekaligus. Gaun pengantin yang dikenakannya terlihat begitu indah, dengan rancangan yang elegan dan detail yang begitu sempurna. Gaun tersebut dibuat dari kain satin berwarna putih yang mempesona, dengan aplikasi sulaman bunga-bunga putih yang lembut pada setiap bahagian gaunnya. Gaun tersebut menampilkan bentuk tubuhnya yang indah dan ramping dengan lekuk pinggang yang menawan, serta bahu yang halus dan elegan.
Suasana pada upacara pernikahan masih membekas dalam benak Barra El Raka, seorang pemilik sekaligus kepala rumah sakit besar dan ternama di kota itu. Tidak ada jalan untuk kembali. Rena Elyana telah resmi menjadi istrinya dengan satu sumpah. Sungguh di luar jangkauan pikiran El bahwa sesuatu akan terjadi seperti ini. Dia sendiri tidak tahu mengapa dia meminta bantuan Rena dan Rena menyetujuinya.
Ketika akad telah selesai, El langsung tidak melihat wajah Rena. Kening Rena juga tidak diciumnya. Mereka hanya bersalaman seperti biasa. Semuanya terjadi begitu cepat. Perasaan El campur aduk. Ia masih berharap Anggun datang dan menjadi istrinya. Tapi, semua itu tak mungkin terjadi, karena akad nikah telah menjadikan Rena sebagai istrinya. Kalaupun Aggun datang, semuanya sudah terlambat.
Romi, seorang teman baik dan rekan bisnisnya, mencoba menenangkan El, yang terlihat sangat gugup setelah upacara. Jarang sekali ia melihat pengantin yang tidak bahagia di hari pernikahan mereka.
"Saya tidak memiliki perasaan padanya, Rom. Bagaimana saya bisa hidup bersamanya?" Wajah El berubah menjadi lesu dan tegang.
Sungguh, bahkan aku pun tak mengerti apa yang telah kulakukan dalam hidupku. Gila!!! Kenapa aku meminta Rena untuk menikah denganku? Kenapa bukan orang lain? Kenapa dia? Tapi, kalau bukan Rena, siapa lagi yang bisa menggantikan Anggun? Ini semua karena ibu mendesakku untuk menyelesaikan semuanya.
Romi tersenyum hambar mendengar kata-kata El.
"Aku mengerti. Tapi kamu tidak punya pilihan, El. Di mana Anggun? Sudah berapa kali dia membuatmu seperti ini? Janji-janji yang diingkari. Apa kamu masih mau berharap dan menunggunya lagi?" Romi bersimpati. Namun, ia harus menyelamatkan sahabatnya. Ia sendiri tidak tega melihat sahabatnya dibodohi oleh Anggun, kekasih Barra El Raka.
Apa yang kamu lihat dari Anggun sehingga ia mengingkari janjinya berkali-kali sehingga kamu masih percaya padanya, El?
"Aku yakin Anggun punya alasan sendiri. Dia pasti punya masalah. Dia tidak akan tiba-tiba diam seperti ini. Apa kamu ingat waktu itu? Karena dia punya masalah keluarga, dia menjauhkan diri dariku. Karena dia tidak ingin aku menderita. Aku yakin dia tidak sengaja melakukan ini," El masih percaya pada Anggun.
Ya, aku yakin Anggun punya masalah yang tidak ingin aku ketahui. Aku akan mencarimu Anggun. Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi masalah ini sendirian tanpa aku.
Romi menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu, El." Sungguh sulit untuk membuat temannya menyadari hal itu.
Anggun bukan yang terbaik untukmu, El. Aku harap kamu bisa membuka mata dan melihat kebaikan Rena. Dia wanita yang baik di mata Ibu. Tapi Rena adalah jodohmu El, bukan jodohku.
Upacara pernikahan yang direncanakan dengan Anggun telah menjadi upacara pernikahan Barra El Raka dengan asisten pribadinya, Rena Elyana.
"Saya tidak akan mencintai Rena. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang janda. Seorang mantan. Jika Anda meminta saya untuk menerima Rena, saya rasa saya tidak akan dan tidak bisa menerimanya. Aku hanya mencintai Anggun," El masih berbicara dengan wajah lesu dan pikiran yang kosong. Ia seperti bermonolog dengan dirinya sendiri. Tapi, cukup untuk didengar Romi dan tanpa mereka sadari kehadiran Rena di sana.
Rena mendengar setiap kata yang diucapkan El dan Romi tentang dirinya. Rena termenung sejenak. Ia sendiri tidak tahu dan tidak mengerti apa yang diinginkan oleh El. Dia sendiri yang meminta Rena untuk menjadi istrinya setelah Anggun tidak dapat terdeteksi. Kini, Dia seakan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Sungguh Rena terjebak dan tidak mengerti.
Sebagai asisten pribadi El, Rena bertanggung jawab untuk mengatur acara pernikahan antara El dan kekasihnya, Anggun. Itulah yang seharusnya terjadi. Tapi,sejak seminggu yang lalu, Anggun menghilang dari radar. El yang merasa tidak puas menghubungi Anggun. Rena pun berusaha mencari perempuan itu. Namun, Anggun gagal terdeteksi. Namun, El tetap yakin bahwa Anggun akan hadir di acara pernikahan mereka. Akhirnya, dugaannya salah. Anggun tidak muncul dan Meila Miska, ibunda El, mendesak agar masalah ini segera diselesaikan agar keluarga tidak dipermalukan untuk ketiga kalinya.