Bab 1
Dara 1
"Dar ..."
"Daraaa...,"
"Dar ...,"
Dara menoleh kebelekang menatap Mili, memeprlihatkan layar persegi itu kepadanya. Dara memfokuskan penglihatnya pada layar ponsel. Menatap pria berpakaian hitam bersandar dikursi hitam dengan wajah angkuh. Dara beralih ketangan sebelah kiri. Dia memiliki tato disekujur tangan kiri bergambar tato tapal kuda. Ia pernah membaca disebuah majalah Fame bahwa tato tapal kuda sebagai jimat keberuntungan. Tapal kuda berlambang U yang bisa mengusir kejahatan. Bentuk tapal kuda juga melambangkan arti kesuburan yang mengundang rejeki. Itu yang ia ketahui tentang tato, karena para artis hollywood banyak menggunakanya. Dara mengerutkan dahi memandang Mili, tatapan bingung.
"Apaan sih Mil,"
Dara kembali menekuri sketsa gambar desain baju. Ini adalah salah satu bidang yang ia sukai. Ia membangun butik kecil ini dengan susah payah, atas jerih payahnya sendiri. Sekolah hukum yang dulu ia lalui ia terpaksa berhenti di semester 3, karena secara akademi dia tidak terlalu cukup bersaing dengan anak-anak dari daerah sana. Ah, abangnya Alan masih kekueh agar dirinya menjadi pengacara. Tapi apa daya, ia sama sekali tidak berminat.
"Lo tau nggak ini siapa?," Mili duduk di samping Dara.
"Siapa?,"
"Rama,"
"Rama?," Dara meletakan pensil begitu saja, Dara mengerutkan dahi.
"Rama siapa?," Tanya Dara lagi masih bingung.
"Sakha Abirama,"
Dara lama menatap Mili, dengan wajah bingung. Mengingat siapa Sakha Abirama yang dimaksud Mili. Nama Sakha Abirama tidak asing ditelinganya. Ia mengetuk meja menghilangkan rasa penasaran.
"Siapa sih ! Beneran gue lupa !,"
"Ya ampun, itu Rama temen sekelas kita. Yang pernah cium pipi lo. Inget nggak lo !,"
Mili menetup mulutnya agar tidak teriak, ia mengambil alih ponsel Mili. Memandang pria angkuh duduk dikursi sana. Dara kembali melihat kearah layar ponsel, dengan nama akun Sakha Abirama. Ada 200 komentar di layar ponsel, ia melihat komentar disana.
BimoPd. "Nambah lagi bang, ! tatonya di leher,"
Dan dijawab oleh sang pemilik akun.
Sakha Abirama, "Siaap, nambah tato tanduk lagi gue,"
"OMG !!!,"
"Yups, ini Rama,"
"Rama si kerempeng itu,"
"Iya, Rama yang sering berantem sama lo dulu,"
"Serius ini dia?,"
"Iya, Rama siapa lagi,"
Dara lalu berdiri dan bertolak pinggang, dia mengibaskan rambutnya kebelakanng. Tiba-tiba suasana mendadak gerah, ia tidak percaya bahwa pria mirip berandal itu adalah Rama si jenius. Dia hampir saja tidak mengenali siapa pemilik wajah itu. Perubahan Rama yang dulu dan sekarang 180 derajat. Dulu dia mengenal Rama adalah laki-laki yang pendiam dan tidak bersosialisai. Laki-laki itu selalu dimanfaatkan teman-temannya dalam mengerjakan PR. Ia akui bahwa Rama laki-laki cerdas dikelasnya. Bahkan Rama sering mengikuti olimpiade sains di sekolahnya setiap tahun.
Ia pikir Rama akan menjadi salah satu putra terbaik bangsa di negri ini. Rama yang belajar di nergi sebelah yang telah melakukan banyak riset dan di group penelitian. Memanfaatkan gelar profesor, menuntaskan almamater dan mengembangkan ilmunya di Indonesia tercinta ini. Atau minimal berlebel dokter spesialis jantung atau arsitek kebanggan bangsa. Atau menjadi salah satu menteri pendidikan di negri ini. Tapi lihat lah sekarang, Rama berubah menjadi laki-laki berandal, urakan dan seperti anak metal.
"Gue masih nggak percaya itu Rama,"
Dara menatap sekali lagi ke arah layar ponsel. Melihat foto rama yang difoto dengan tertidur. Ada foto Rama terbaring dengan mata terpejam dan seseorang yang sedang merajah tinta abadi di lengan kirinya. Tidak banyak foto disana, hanya 20 foto saja, dengan follower 300 K. Ia tidak percaya bahwa akun i********: Rama bisa sebanyak itu followernya. Bahkan butik Dfashion yang di kelolanya selama 4 tahun aja hanya memiliki 30 K follower saja.
"Itu Rama lah, jelas-jelas itu namanya Sakha Abirama. Lo nggak liat, dia foto berdua sama abangnya,"
Dara mengalihkan pandangannya kearah foto dua orang laki-laki duduk dikursi bar sambil tertawa. Pria bertato itu memperlihat botol bir yang dipegangnya. Dengan caption "Drunk," dengan lokasi Ibiza Bar & Lounge, Tebet,"
"Parah si Rama, jadi brandal gitu ya," Mili duduk di kursi Dara.
"Preman dia mah,"
"Kira-kira, si Rama masih ingat lo nggak Dar ?,"
"Ya ingatlah, dia masih sehat kan. Baru 13 taon nggak ketemu, gue aja masih hafal sama anak anak sekelas semua,"
"Tapi di group SMA nggak ada loh kontak Rama,"
"Ya nggak ada lah, dia kan nggak mau bergaul, nggak ada temen. Ya anak anak nggak mau lah masukin dia," timpal Dara.
"Bukan nggak dimasukin, kan dia menghilang nggak ada kabar-kabaran. Reuni tiap taon nggak pernah ada dia," Mili memandang Dara, meletakan ponselnya di meja.
"Menghilang, lalu nongolnya di IG,"
"Kayaknya sih baru berapa bulan gitu dia buat IG. Tapi Dar, gue pengen ke Ibiza ini deh. Kayaknya keren bgt gitu, ada Alila juga disana,"
"Males ah,"
"Yuk lah, sekali-kali keluar nyari gebetan,"
"Meles Mil,"
"Udahlah galaunya, lo harus move on Dar. Udah ditinggal nikah juga sama Dion. Dion mikir 5 kali nikahin tukang jahit kayak lo. Dia milih Cindy lah, yang lulusan S2, manager pula,"
"Udah deh, jangan bahas Dion. b******k tuh cowok,"
"Lah elo tamat SMA doang,"
"Lo lagi manas-manasin gue, gue punya butik tau,"
"Butik kurang laku juga,"
"Banyak tau orderan, penuh full, sold out semua,"
Mili menarik nafas, ia melirik Dara menjauh darinya, "Sekali-kali refreshing lah, cari udara segar. Jangan mikirin orderan mulu,"
"Terus,"
"Gue pingin ketemu Rama, siapa tau dia ada di Ibiza," Mili tersenyum culas, ia ingin melihat reaksi Rama ketika bertemu dengan sahabatnya yang cantik ini.
"Yee ogah,"
"Yuk lah Dar, sekali aja. Emang lo nggak penasaran ketemu Rama,"
"Enggak !,"
"Ya ampun Dar, gini aja, lo temenin gue aja deh. Sekali ini aja lo temenin gue, sumpah gue penasaran sama Rama,"
"Hemmm,"
"Masa lo nggak penasaran sama Rama. Dia berubah 180 derajat,"
"Penasaran nggak si lo ! Rama jenuis, pinter, selalu ikut olimpiade sains. Tiba-tiba jadi pereman I mean like berandal," ucap Mili.
Dara melirik Mili yang memandangnya dengan penuh harap. Ia menggigit bibir bawah. Ada rasa penasaran yang cukup kuat ingin berjumpa. Ingin tahu apa yang membuat Rama berubah, tapi dia tidak yakin Rama ada di Ibiza. Lagian jarak studio butiknya dan Ibiza tidak terlalu jauh.
"Yakin lo, dia ada disana,"
"Yakin lah, tuh orang seneng nongkrong disana, Ig nya dia foto kebanyakan disana,"
"Kalau nggak ketemu?," Dara masih nggak yakin.
"Ya gak apa-apa, cari gebetan baru,"
"Terus kalau ketemu,"
"Ya tanyain kabar, lo kemana aja selama 13 tahun nggak keliatan?,"
"Bertapa di goa,"
"Hahahaha,"
***