KITA (Bahasa Indonesia) (TAMAT)

Prolog

Aku telah kehilangan sosoknya, seorang gadis dengan keceriaan yang selalu ia bagikan kepada setiap orang yang berada di dekatnya.

Aku telah kehilangan dia, yang dengan balutan hijabnya kutemukan cerminan seorang bidadari surga.

Aku kehilangannya, saat baru saja terucapkan segala rasa yang kusimpan untuknya.

Dia tentu masih disini, di atas bumi yang kupijak, dia masih disini, di bawah langit yang kulihat malam ini. Tapi aku tak tau tepatnya di belahan bumi mana ia tengah bersembunyi.

Ia pergi begitu saja, tapi tidak dengan namanya yang terukir dalam setiap sudut dinding hatiku.

Kemanakah aku harus mencarinya? Bahkan dalam mimpi saja tak kutemui lagi dia. Haruskah aku melupakannya? Bahkan disaat aku tak pernah lagi mengingat cara untuk melupakan. Sudahkah saatnya kutemukan penggantinya? Memang inilah hal terakhir yang harus kulakukan. Tapi tenang saja dia tak akan pernah benar-benar tergantikan.

********

Aku tau bukan aku yang ada dihatinya, bukan aku yang didambakan cintanya oleh dia. Tapi bukanlah sebuah masalah besar bagiku, karena kami sama saja. Aku juga sama sekali tak tertarik padanya, hatiku bukan miliknya.

Aku telah jatuh, jatuh teramat dalam pada seorang laki-laki yang kusebut hujan. Mengapa kusebut dia seperti itu? Karena selalu disaat hujan turunlah, aku pertama dan terakhir kalinya melihat mata elang miliknya itu. Aku merindukan hujanku.

Cincin pemberianmu masih kusimpan rapi, serapi rintikan hujan, meski bukan cincin darimu yang bertengger di jari manisku ini, tapi hanya kamulah yang bertengger di hatiku.

Tak perduli dengan siapapun yang saat ini mendampingiku, karena aku telah berjanji pada hati dan cintaku ini, saat kamu kembali aku akan memilihmu.

Aku mencintaimu dan selalu akan mencintaimu.

******

Tampak dari luar mereka memang seperti pasangan yang sempurna, tapi siapa yang menyangka mereka menyimpan sebuah rahasia besar yang dikunci rapat oleh keduanya. Sungguh pasangan yang serasi, masih menyimpan cinta pada lain hati.