Ke Galeri

1775 Words
Setelah menjadi model dadakan hari itu, Aryan memerintahkan Hendrawan untuk pergi ke sebuah galery yang ada di kota tersebut. "Duh, aku kan lelah sekali, Tuan, aku mau pulang," rengek Nadia. "Kalau kau mau pulang silakan kau pesan taxi!" Seru Aryan. "Lalu, bagaimana jika supir taxi itu menculikku, aku kan tak tau jalan?" tanyanya dengan wajah polos. Namun, Aryan tak mau menatap ke arah gadis itu. Riasan make up saat menjadi model tadi masih terlihat jelas di wajah polos Nadia. Sejujurnya di dalam hati pria itu, gadis di sampingnya itu terlihat cantik. Suara perut yang lapar terdengar mengejutkan Aryan dan Hendrawan kala itu. "Ups! Maafkan aku, aku sangat lapar, boleh mampir ke rumah makan dulu?" pinta Nadia. "Tuan, kalau boleh saya memberi saran, Anda juga belum makan siang, jadi sebaiknya kita ikuti kemauan Nadia," ucap Hendrawan dari kursi kemudi. "Ah, sudahlah. Aku ingin pergi ke galeri ya galeri!" serunya. Tiba-tiba, suara perut Aryan juga berbunyi. Nadia tak bisa lagi menahan tawa. Gadis itu tertawa terbahak-bahak seraya menunjuk perut pria itu. Hendrawan juga ingin tertawa, tetapi ia hanya bisa menahannya. "Kau—" tatapan tajam pria itu menusuk ke arah Nadia dan langsung membuat gadis itu menutup mulutnya. "Okay… maaf…" lirih Nadia. Mobil yang dikendarai Hendrawan sudah berhenti di sebuah restoran yang memiliki menu masakan ala Jepang. "Serius nih kita makan di sini? Duh, enggak ada nasi padang apa?" keluh Nadia. Tak ada jawaban dari Hendrawan dan Aryan. Mereka tetap meneruskan ke luar mobil dan melangkah masuk ke dalam restoran tersebut. Aryan memesan menu makanan Jepang paling kental budayanya dan mencerminkan orang Jepang yaitu Sashimi. Sashimi ini adalah makanan Jepang yang mungkin paling segar dan mentah, isinya adalah potongan-potongan daging ikan dan telur ikan yang masih mentah dan biasanya disantap oleh Orang Jepang dengan kuah Soyu. "Ini kan ikan mentah, adakah makanan yang matang?" tanya Nadia. "Kau mau makan ramen?" tanya Hendrawan. Nadia menelisik menu makanan ramen tersebut. Ramen tentunya selain menjadi makanan paling favorit orang Jepang saat musim dingin, makanan itu kerap juga menjadi makanan favorit. Menu tersebut adalah makanan Jepang dengan hidangan khusus sup kuahnya yang berbeda di tiap restoran. Biasanya menu ramen Jepang ini dihidangkan dengan pelengkap daging atau ikan, lalu diberi rasa dengan Soy Sauce atau Miso, lalu toppingnya yang bervariasi mulai dari irisan daging, rumput laut kering, Menma dan bawang goreng. "Hmmm… okay baiklah aku makan yang itu," pinta Nadia. Sementara itu, Hendrawan memesan Okonomiyaki. Menu tersebut merupakan salah satu makanan Jepang dengan rasa yang sangat gurih dan juga kaya akan berbagai bahan makanan. Okonomiyaki ini juga bila ingin ditelusuri memiliki arti yang menarik dibanding makanan Jepang yang lainnya, Okonomi yang berarti “Sebagaimana yang kamu suka” atau “Apa yang kamu suka” dan Yaki yang berarti panggang atau dipanggang di negara Jepang. "Hmmm… penjelasan yang bagus di dalam buku menu ini, baiklah aku akan memesan yang ini," gumam Hendrawan. Setelah makanan yang mereka pesan sampai, ketiganya langsung menyantap makanan tersebut. Namun, Nadia terlihat jijik dengan menu makanan yang Aryan makan. Hal itu membuatnya izin untuk berpindah meja. "Dasar gadis aneh!" gumam pria itu seraya menyantap menu pilihannya. Setelah semuanya merasa kenyang, Aryan langsung memerintahkan Hendrawan agar membawa mobil itu menuju galeri bernama "Glory House". * Siang hari yang cerah disertai panas terik itu membuat Hendrawan mengeluarkan payung dan mengembangkannya. Ia tak mau Tuannya itu marah karena terkena panas matahari secara langsung. Namun, cuaca terik itu tak menyurutkan tekad Nadia untuk melangkah menuju sebuah galeri lukisan yang baru saja dibuka minggu lalu. Terlihat di dalam sana memiliki banyak pengunjung. Di dalam galeri yang penuh dengan lukisan bertemakan tentang anak muda itu, Hendrawan dan Nadia mengikuti langkah Aryan. Pria itu terlihat masih berdecak kagum memandangi lukisan itu. Nadia menggaruk-garuk kepalanya meski tak gatal. Ia sendiri tak paham makna dari gambar yang aneh dengan goresan cat air yang warnanya berpadu tak menentu di hadapannya itu. Sementara itu, Aryan melangkah menuju ruang kerja seorang pemilik galeri bersama Hendrawan. "Kau tunggu di sini," ucap Hendrawan. Nadia mengiyakan dengan anggukan kepala. "Rin, lihat deh bagus ya lukisannya," ucap seorang gadis bersama kawannya sembari menunjuk lukisan di depannya. "Biasa aja, sih, mana aku ngerti sih urusan kayak gini, lagipula aku yakin nih, manusia kayak kamu mana ngerti urusan seni begini," sahut gadis yang mengenakan kaus putih dan rok pendek itu sambil mengarahkan telunjuknya. "Hahaha… kirain yang masuk sini enggak paham aku doang, taunya kalian juga," sahut Nadia. "Lho, siapa kamu? Main nyamber aja kayak geledek padahal enggak hujan, udah yuk Rin, ayo kita pulang!" ajak gadis tadi sambil menarik tangan kawannya untuk segera meninggalkan galeri tersebut. "Aduh !!" teriak rekan yang dipanggil Rin tadi kala dirinya tiba-tiba tertabrak oleh seorang pemuda gagah yang berdiri di hadapannya. "Sorry, aku enggak sengaja, kamu enggak apa - apa, kan?" tanya seorang pria tinggi berbadan tegap dengan rambut berwarna hitam dan hidung mancung. Pria itu memakai kacamata merk terkenal yang harganya cukup mahal. "Duh sakit sih, tapi aku enggak apa - apa, kok," jawab gadis itu sambil mengelus lengan kirinya yang tertabrak. Aduh, ini nih cowok badannya bagus banget, udah tinggi terus kulit putih, hidung mancung, bibir sexy macam idol K-Pop gitu. Dengan postur badan gede gitu pantesan kesenggol dikit aja lengan tuh cewek sakit sampai melongo aja lagi ngeliatin nih cowok. Hahaha jangan - jangan bisa nih aku masukin laler ke mulutnya, nanti juga ketelen. Nadia membatin seraya memandangi pemuda itu. "Nadia, Tuan Aryan memanggil Anda," tegur Hendrawan. Nadia masih terlena dalam lamunannya seraya memandangi pria tampan di hadapannya itu. "Nadia, Nadia!" Tepukan tangan berkali - kali milik Hendrawan di hadapan wajah gadis itu langsung menyentak Nadia. Gadis itu tersadar dari lamunannya lalu menatap sosok pria di hadapannya itu. "Kenapa sih, Pak? Ganggu aja!" tanya Nadia. "Tuan Aryan memanggil Anda," ucap pria itu dengan nada masih penuh santun. "Baik, baik…." Nadia menyahut seraya melangkah mengikuti Hendrawan. Mereka masuk ke ruang kerja pemilik galeri itu. "Halo, bagaimana gimana nih, apa kamu sudah melihat pameran lukisan milikku?" tanya seorang pria dengan kemeja warna putih dan polos. Ia seperti sengaja memperlihatkan perut kotak - kotak sempurna miliknya. Nadia masih terlena melihat pemandangan gratis itu dengan takjub. Toyoran pelan mendarat di kepala gadis itu. "Dasar m***m! Sampai begitu terpesonanya kau melihat tubuh Mario," tegur Aryan. "Waw, suka banget ini sih sempurna lho buat tubuh cowok yang atletis ckckckckck keren parah," sahut Nadia dengan kedua mata berbinar saat mengucapkannya. Wajahnya bersinar seperti sedang terpasang lampu tumblr yang kerlap kerlip berkilauan di bola mata gadis itu. Bisa - bisanya gadis ini bersikap memalukan seperti itu, cih… hanya pria sial yang akan menjadi jodohnya kelak, dan pria itu pasti sangat tersiksa dan pastinya sangat bodoh. Batin Aryan seraya menatap ke arah Nadia dengan tatapan sinis. "Perkenalkan nama saya Mario," ucapnya memperkenalkan diri pada Nadia. "Halo, namaku Nadia, ternyata cakep aslinya ya daripada foto yang ada di depan galeri tadi, terus kayak pernah lihat di majalah, ya?" gumam Nadia yang mencoba mengingat. "Oh iya, majalah apa kira-kira, bukan majalah yang aneh, kan?" tanya Mario dengan tatapan menggoda Nadia. "Hehehe majalah apa ya, pokoknya pernah lihat deh," ucap Nadia tersenyum manis pada Mario. "Sudah pembicaraan antara kalian berdua?" tanya Aryan sambil membuka kaca mata yang sedang ia pakai saat itu dan membetulkan kembali. Entah kenapa wajah pria itu langsung memancarkan aura yang glowing bersinar seperti matahari pagi di hadapan Nadia. Aduh... nih cowok kok tiba - tiba jadi cakep gini aku lihat, mana lagi wangi banget lagi, apalagi pas adegan dia buka kacamata pengen teriak aja rasanya macam liat model. Nadia yang sedang memperhatikan Aryan kala itu malah membuat pria itu tampak kikuk, ia kembali menatap gadis itu tanpa sadar. "Ada apa dengan kalian, sepertinya tampak mesra saling bertatapan seperti itu?" tanya Mario menggoda keduanya yang langsung tampak kikuk. "Kau, pilihkan yang mana lukisan yang kira - kira akan nenek sukai!" titah pria itu. "Jadi aku dipanggil ke sini hanya karena kau mau membeli lukisan untuk nenek? Sebenarnya, mana aku tau yang mana akan nenek sukai," jawab Nadia. "Nadia, kau mau membantah —" "Tidak, tidak! Jangan kau teruskan lagi, aku sudah paham." Nadia langsung bersungut - sungut seraya membuka pintu ruangan milik Mario itu. Hendrawan sampai tertawa melihat kelakuan gadis itu. Setengah jam setelah mereka berkeliling galeri dengan Aryan, Hendrawan dan Mario, Nadia memilih salah satu lukisan menarik untuk Nyonya Sharee. "Nadia tau soal seni?" tanya Mario. "Menurut aku ya, seni tuh bukan hanya tau tentang makna, tapi juga soal keindahan. Buat aku tuh ketika kita menyukai suatu keindahan dari gambarnya, kita pasti sedikit demi sedikit akan mengerti kemana arah makna lukisan itu. Lagipula, seni tuh diciptakan tidak selalu untuk dicari maknanya, namun cukup untuk dinikmati. Dan menikmati lukisan adalah cara mudah untuk menghargai sebuah karya." Nadia berucap dengan penuh kebanggaan sampai membuat Aryan dan Hendrawan bahkan Mario juga terkesima. Padahal ia baru saja mendapat penjelasan mengenai seni dari contekan layar ponsel yang ia intip sedikit demi sedikit dari sakunya. "Terus yang mana yang kira - kira nenek suka?" tanya Aryan. "Yang ini," ucap Nadia seraya menunjuk salah satu lukisan penari. "Oke, berapa harganya?" tanya Aryan. "Buat kamu nih karena kita teman, ya udah harganya seratus juta aja," sahut Mario. "Hah, seratus juta? Gila banget gambar gini doang harganya mahal banget!" seru Nadia. "Hendrawan, lakukan p********n segera dengan Mario!" perintah Aryan tanpa peduli mendengarkan suara Nadia barusan. "Baik, Tuan. Mari Tuan Mario silakan ikut saya!" ucap Hendrawan mengajak Mario menuju ruang kerjanya kembali. Tiba-tiba, seorang wanita berparas ayu dengan tinggi semampai bak model menghampiri Aryan. Dress warna merah muda itu tampak mahal ia kenakan. "Aryan… aku tuh kangen banget sama kamu," ucap seorang perempuan cantik itu yang langsung hadir sambil memeluk Aryan. Nadia mundur perlahan membiarkan mereka yang tampak serasi itu berpelukan. Nyali gadis itu tampak ciut seketika kala melihat sosok perempuan yang memeluk Aryan tersebut. Gila cantik banget, apa jangan - jangan dia pacarnya Aryan. Tetapi setahu aku dia nggak punya pacar? Batin gadis itu seraya menelisik sosok kedua orang di hadapannya. Nadia melihat perempuan tersebut dengan saksama karena sepertinya ia pernah melihat wanita itu, akan tetapi ia lupa dimana pernah melihat wajah perempuan cantik itu. "Lepaskan aku, apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Aryan pada wanita cantik itu. "Kau ini ya, memangnya kau tak rindu ke padaku?" tanya wanita yang mengenakan kaca mata hitam dengan merek mahal itu. Ia lantas membuka kaca mata itu dan menyimpan benda itu ke dalam tas kecilnya yang juga berharga mahal. "Bagaimana aku bisa merindukanmu, lagipula kau yang memilih pergi," ucap Aryan dengan nada sinis. "Aryan my baby huey ku, aku tak suka mendengar ucapan sinismu itu," tutur wanita itu. Nadia menahan tawanya kala mendengar panggilan sayang wanita itu barusan. Aryan langsung menatap gadis itu dengan tatapan menusuk bak pisau tajam yang baru diasah. * To be continue…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD