Besok hari keberangkatan Zahra ke Inggris sedangkan aku hanya tertidur lemas di kamarku. Aku kehilangan harapan hidup. Aku kayak diangkat ke atas dibuat bahagia kemudian dijatuhin ke tanah. Tapi pesan Zahra agar aku bisa menjadi sukses masih kupegang. “Halo. Kenapa bro” temenku Azriel menelponku saat malam hari. Dia emang temen sekelasku, dan kami lumayan deket karena sering sekelompok dengan Zahra. Badannya agak tambun tapi dia juga otaknya standar sih kayak aku, kemauannya aja yang tinggi. “Eh lu udah daftar kampus belom sih?” “Gak belom, kenapa?” “Eh batesnya sampe besok aja.” “Ya udah dafterin gue deh. Ke kampus negeri apa aja” “Di Jakarta?” “Gak…jangan, pilih di luar Jakarta aja” hal ini belum aku omongin dengan Ayah sih. Tapi kayaknya aku milih buat nyari suasana baru di kota