Kesalahpahaman

1311 Words
"Kai, malam ini ada jadwal makan malam dengan klien di luar kota, berkas sudah kusiapkan. Mau kujemput, atau ketemu di bandara saja?" Sebuah notifikasi pesan teks masuk ke bilah ponsel Kaizar saat dia sedang santai bersama Nara di apartemennya. Nara yang melihat perubahan suasana hati suaminya itu langsung bertanya, "Kenapa? Apa ada yang mengganggumu?" Kaizar pun memunjukan itu ke arah Nara. "Ini dari sekertaris baru ya?" Nara malah gagal fokus pada nama kontak Kirana yang masih dinamai 'Mantan' oleh Kaizar. "Iya," jawab Kaizar santai. Lalu dia hendak membalas pesan itu, dan meminta Kirana untuk menunggu di bandara saja. Dia tidak menyadari jika Nara sedang gelisah memikirkan keberangkatan suaminya dengan mantan kekasihnya itu. "Apa Anda senang dengan meeting ini, Tuan?" tanya Nara. "Tentu saja aku senang," jawab Kaizar antusias, lalu dia memikirkan bagaimana saat dirinya berhasil kerja sama dengan klien saat ini, perusahaannya akan lebih maju lagi. Membayangkan itu dalam benaknya, Kaizar tak henti untuk tersenyum. "Siapin beberapa baju!" titah Kaizar, aku akan mandi dulu. "Kamu akan menginap?" tanya Nara dengan raut wajah penuh kegelisahan. "Ya!" jawab Kaizar, lalu mencelos dan pergi tanpa mengindahkan perasaan Nara saat ini. "Ih, kadang dia gak peka banget, kadang baik banget, dia membuatku bingung," gumam Nara sembari menyiapkan apa yang Kaizar butuhkan. Sementara di bandara, Kirana sudah menunggu, dia berpenampilan sebagaimana yang Kaizar suka. Bahkan, dia mengenakan parfum dengan wangi yang dulu Kaizar sukai. Baginya ini kesempatan emas untuk memperbaiki kecanggungan antara dia dan Kaizar. Ya, sedikit tidak profesional memang. "Hai, Kai!" Kirana antusias saat melihat Kaizar melenggang ke arahnya. Kaizar hanya melirik sekilas, lalu mendengkus tanpa membalas sapaan yang dilakukan Kirana. Kirana terus menempel pada Kaizar, walaupun sama sekali tak dihiraukan. Singkat cerita, setelah dua jam perjalanan, keduanya sudah sampai di hotel tempat mereka akan melakukan pertemuan. Kirana tersenyum lebar, lalu tiba-tiba dia mengggelayut di lengan kekar pria tampan itu. "Kamu inget, enggak, Kai, hotel ini yang jadi saksi cinta kita, kan? Kita sering melewati malam indah di sini, waktu dulu," oceh Kirana. "Ya, dulu!" jawab Kaizar, tegas, lalu mengempaskan tangan Kirana yang terus menempel, Kaizar pun kembali berjalan menuju kamar miliknya untuk menyimpan barang dan beristirahat sebentar. Kirana senang, karena Kaizar masih mengingat masa lalu mereka, saat Kaizar sedang memesan kamar untuk mereka istirahat, senyum wanita itu tiba-tiba terkembang begitu saja. "Dua kamar, beda lantai!" ucap Kaizar, pada resepsionis di lobby hotel. "Kai!" protes Kirana, seketika harapannya musnah. Kaizar menoleh, "Apa yang kamu harapkan?" Kirana cemberut karena kesal, dia tidak mengira jika Kaizar bersikap dingin padanya seperti itu. "Kai, ini aku Kiran, apa kamu lupa?" tanya Kirana kesal. "Ya, kamu Kirana, sekretarisku! Ini kunci kamarmu, silakan kamu pergi lebih dulu, dan siapkan apa yang kubutuhkan," tukas Kaizar. "Aku benar-benar tak mempercayai ini," keluh Kirana. "Satu hal lagi, berhenti bersikap santai padaku!" tekan Kaizar. * Meeting pun telah selesai, Kaizar berhasil untuk kerja sama itu. Dia sangat senang. Keduanya pun hendak melakukan konferensi penandatanganan dokumen keesokan harinya. Dan itu disiarkan langsung di salah satu saluran tv nasional. Kaizar memberikan sambutan setelah penandatanganan kesepakatan tersebut, dia menyatakan, jika kerja sama itu tidak akan berhasil tanpa dukungan dari wanita hebat disampingnya. Nara yang menonton itu, seketika merasa tidak baik. Pikiran buruknya tiba-tiba menguasai, dia membandingkan dirinya dengan Kirana yang kini berdiri di samping suaminya itu. Nara benar-benar merasa payah. "Ah, ini benar-benar menyebalkan," ucap Nara. Air matanya tiba-tiba saja meluruh menganak sungai, dia benar-benar tak nyaman dengan situasi saat ini. Akan tetapi, tidak ada yang bisa dilakukan mengingat tak ada hal untuknya memprotes apa pun. * "Ah, Kai, tolong lebih cepat, Kai …." "Kamu menikmatinya, Sayang?" Kaizar terus berperang dalam balutan hasrat, memimpin pergulatan ranjang yang cukup panas. Wanita cantik dibawah kungkungannya terus menggeliat dan melenguh, sesekali menggigit bibir bawahnya merasakan sensasi romantis sentuhan-sentuhan lembut yang dilakukan sang lelaki. Entah itu, di bagian sensitif bagian sensitif dengan ukuran yang cukup memukau itu, atau area lain yang memang menjadi puncak rasa sensual yang membuatnya mendesah secara alami. Wanita itu pun tak membiarkan lelakinya terus memimpin, dia menggulingkan tubuh kekar berotot itu, dan mulai menguasai permainan. Kaizar menikmatinya, mengarahkan liuk tubuh si wanita agar hasratnya terpuaskan. Lenguhan demi lenguhan terlontar dari Kaizar, perlakuan wanita itu membuatnya menggila. "Tidaaak!" Nara terbangun seketika, keningnya penuh dengan keringat. Ternyata itu hanya mimpinya, mimpi yang paling buruk yang pernah dialami. Lekas, Nara mengambil ponsel dan mencoba menghubungi sang suami. Akan tetapi, dia tak mendapatkan jawaban dari suaminya itu. Nara semakin gelisah saja. Wanita itu kembali menangis tersedu. Kehadiran Kirana, benar-benar mengusiknya. * Semantara itu, Kaizar pulang dari Bali lebih dulu, karena dia tak tenang berada di sana. Dia benar-benar terus memikirkan Nara, terlebih lagi entah mengapa istrinya tak menelepon sekalipun. "Kamana si cerewet itu? Kenapa dia tak mengirim pesan ataupun tak menelepon. Lagian, ini hape kenapa sepi sekali?" gumam Kaizar, di dalam taksi sembari merogoh sakunya. Lalu, dia mengecek ponselnya tersebut. Seketika, dia tercengang, pantas saja hapenya sepi. Itu bukan ponselnya, dan itu milik Kirana. Kaizar pun mencoba memikirkan apa yang terjadi setelah meeting. Pada akhirnya dia mengingat jika ponselnya dan ponsel Kirana disimpan berdekatan. Lalu, Kaizar sempat meminta Kirana menjawab panggilan dari Dimas, saat Kaizar sedang sibuk membahas sesuatu dengan klien. "Mungkin saat itu hape kami tertukar," ucap Kaizar. Terpaksa, dia kembali ke hotel untuk menukar kembali ponselnya. * Bersamaan dengan itu, tidur Kirana terusik karena getar ponsel yang sedari tadi tak mau berhenti. "Hallo!" Dengan suara parau khas orang bangun tidur pun, dia menjawab ponsel tersebut tanpa melihat pasti siapa peneleponnya. "Kirana?" terka si penelpon. "Ya!" jawab Kirana singkat. Di seberang sana, Nara yang mendengar semua itu benar-benar kaget. Dia tak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya semakin buruk, berkecamuk tanpa bentuk. "Kiran!" Samar, Nara mendengar suara Kaizar di balik panggilan telepon itu. Membuat hatinya semakin tak menentu. Dia menutup panggilan telepon tersebut karena tak kuasa jika harus mendengar pembicaraan selanjutnya. "Kai, kenapa kamu masuk kamarku dengan tergesa?" sahut Kirana, dengan senyum tak karuan. Sepertinya dia memikirkan sesuatu yang lain di dalam benaknya. "Ponsel kita tertukar, aku mencoba membangunkanmu sejak tadi, tetapi tidurmu terlalu nyenyak! Terpaksa aku meminta bantuan staf hotel untuk membuka pintu kamarmu dengan kunci cadangan," jelas Kaizar, lalu menyodorkan ponsel milik Kirana, dan meminta ponselnya kembali. Namun, Kirana memikirkan hal lain, dia tidak mempercayai alasan Kaizar. Dengan tidak sopan, Kirana menarik tangan Kaizar, yang membuat tubuh itu menindihnya. Kirana memeluk tubuh kekar itu, lalu memberikan cumbuan pagi yang begitu brutal. "s**t! Apa yang kamu lakukan, Kiran!" sentak Kaizar. "Bukankah aku wanita hebat itu, aku tahu ponsel hanya alasan, bukan? Kamu merindukanku, bukan?" oceh Kirana. "Apa maksudmu?" Sontak, Kaizar tercengang dengan ocehan Kirana yang begitu percaya diri tersebut. Pria maskulin itu segera bangkit, dan menjauhkan diri dari tubuh Kirana yang hanya berbalut gaun tidur seksi itu. Akan tetapi, dia kembali mengalami serangan panik dan ruam di tubuhnya menyiksa karena ulah yang dilakukan Kirana. Kaizar mengalami sesak yang tak terkira. Kirana tercengang melihat Kaizar seperti itu. Lalu, dia menghampiri Kaizar yang kini duduk di lantai. "Kai …." "Jangan men-de-kat!" * Beberapa jam sebelumnya …. "Pak, Kaizar, apa Anda tahu, saya senang sekali dengan tindakan Anda yang sedang menjadi perbincangan hangat di media," ujar klien yang saat ini sedang melakukan makan malam dinas bersamanya. Pria beralis tebal itu seketika tersentak, dia menatap heran ke arah relasinya. "Apa maksud Anda, Pak Rayandra?" tanya Kaizar. Lalu, Rayandra menunjukkan potonya yang saat ini sedang hangat-hangatnya. Ya, potonya saat menggendong Nara di kantor menjadi viral setelah sahabatnya mengirimkan itu beranda salah satu jejaring sosial. "Ah, itu …." Kaizar tampak malu sampai-sampai menahan napas, dan tersenyum kikuk. "Sumpah, Anda keren banget. Saya sampai kagum, dan ingin belajar lebih lagi, jujur ini poin plus buat saya. Karena saya sangat senang pada pria yang memperlakukan istrinya dengan istimewa," ujar Rayandra dengan senyum kagum. Kaizar pun merespon sebisanya, awalnya dia merasa tindakan itu akan mempermalukannya. Namun, ternyata justru membuatnya bisa mendapatkan proyek besar dengan salah satu investor ternama dan selama ini dikenal dengan perusahaan yang pilih-pilih relasi. "Terima kasih wanitaku, Nara."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD