Luna menggigiti kuku ibu jarinya. Ia benar-benar bingung dengan apa yang saat ini tengah terjadi. Dominik menyatakan cintanya. Jangan pikir jika Luna tidak merasa tersentuh dengan perasaan yang diungkapkan oleh Dominik itu. Namun, Luna sama sekali tidak berpikri jika dirinya harus memberikan jawaban atas lamaran yang sudah diajukan oleh Dominik. Apa lagi, saat ini Dominik sudah menekan Luna untuk segera memberikan jawaban atas lamarannya.
Luna menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih, apalagi saat ini dirinya tengah harus menyelesaikan setumpuk pekerjaan yang menunggunya. Luna merasakan kepalanya begitu pening. Apa yang harus ia katakan pada Dominik? Tentu saja akal sehat Luna berpikir jika dirinya tidak boleh menerima lamaran Dominik. Hanya saja, hati kecil Luna berteriak jika dirinya ingin menerima lamaran tersebut. Sisi liar Luna berharap jika dirinya bisa hidup dengan pria sepanas Dominik.
Gila memang. Namun, Luna tidak bisa serta merta mengikuti sisi liar dan hasrat gilanya itu. Ini perkara hidupnya. Luna sendiri berhap jika dirinya hanya ingin menikah hanya sekali. Ya, Luna hanya ingin memiliki seorang pasangan yang akan menemani hidupnya hingga akhir hayat nanti. Luna ingin memiliki pasangan yang setia, dan dirinya yang setia pada pasangannya itu. Luna ingin cintanya dan sang suami bisa hidup serta bertahan hingga akhir hayat nanti.
“Nona Luna, Anda ditunggu oleh Tuan Dominik di dalam ruangannya,” ucap Harry mengejutkan Luna dari lamunannya. Ingin sekali Luna memukul Harry, tetapi Luna sadar jika Harry sama sekali tidak memiliki kesalahan apa pun padanya. Luna yang salah karena sudah tenggelam dalam dunianya sendiri.
Luna yang mendengar hal tersebut mau tidak mau menghela napas panjang dan segera bangkit dari duduknya. Luna pun beranjak menuju pintu besar yang akan membawanya menuju sosok superior yang selalu bisa membuatnya berpikiran aneh dan bergetar oleh sensasi yang membuatnya menggila. Luna kembali menghela napas panjang sebelum mengetuk pintu, dan masuk begitu dipersilakan masuk oleh sang pemilik ruangan.
“Apa Tuan mencari saya?” tanya Luna pada Dominik yang rupanya dudk di sofa dengan secangkit kopi hitam panas yang menguarkan aroma harum yang begitu lezat. Sudah dipastikan jika kopi tersebut berasal dari biji kopi terbaik yang diseduh dengan cara yang sangat apik pula hingga menjaga kualitas rasa agar tidak berubah. Luna tahu, Dominik adalah orang kaya yang sama sekali tidak merasa keberatan untuk menghabiskan uang hanya untuk membeli biji kopi, atau menyediakan barista pribadi di dalam kantornya ini.
Dominik meletakkan cangkir kopinya dan berkata, “Silakan duduk.”
Luna pun menurut dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Dominik. “Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan?” tanya Luna lagi. Luna tampak begitu enggan untuk menghabiskan waktu terlalu lama dengan Dominik.
“Aku ingin menanyakan jawabanmu atas lamaranku beberapa hari yang lalu,” jawab Dominik sama sekali tidak berbohong.
Luna pun menghela napas dan berkata, “Sayangnya, sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi saya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa? Karena ini jam kerja, bukanlah waktu yang tepat bagi aku untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah pribadi.”
“Aku bosnya, dan aku berhak untuk meminta apa pun. Dan saat ini aku meminta jawaban atas lamaran yang sudah aku ajukan padamu. Jadi, jawablah,” ucap Dominik.
“Sayang sekali, aku sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan itu saat ini,” putus Luna dengan tegas, sama sekali tidak mau menuruti perintah Dominik.
Dominik yang mendengar hal tersebut tidak bisa menahan kekehannya. “Benar-benar keras kepala. Tapi inilah yang aku sukai darimu. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu kau ingat, Luna. Tidak setiap waktu kekeras kepalaanmu ini bisa membawa hal yang baik padamu, Luna. Untuk saat ini, kekeras kepalaanmu ini tengah membawa sebuah masalah untukmu,” ucap Dominik membuat Luna mengernyitkan keningnya dalam-dalam.
Luna jelas sadar jika saat ini ada sesuatu yang tengah disembunyikan oleh Dominik. Atau mungkin, saat ini Dominik tengah berpikir untuk mengungkapkan rahasia yang ia miliki ini guna menekan dirinya dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. “Sebenarnya apa yang tengah berusaha kau katakan?” tanya Luna pada Dominik.
“Aku tengah membicarakan perihal lamaranku. Karena kau yang terus mengundur waktu untuk menjawab lamaranku, saat ini sepertinya kau sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memilih jawaban mana yang akan kuberi padaku,” jawab Dominik membuat Luna semakin bertanya-tanya dan mengernyitkan keningnya dalam-dalam.
Luna menghela napas panjang. Benar-benar panjang. Luna merasa kepalanya semakin pening dengan tingkah Dominik ini. “Sebaiknya kau berbicara dengan jelas. Jika tidak, aku sama sekali tidak akan mau mendengarkan apa yang kau katakan lagi,” ucap Luna meninggalkan semua bahasa formal yang selalu ia gunakan saat berbicara dengan Dominik ketika berada di kantor dan bertugas sebagai sekretasi sang bos besar.
“Baiklah, aku akan memperjelas apa yang aku katakan. Saat ini, kau sudah tidak memiliki hak untuk memilih akan menerima atau menolak lamaranku, yang artinya kau masih memiliki kemungkinan untuk menolak menikah denganku.”
Luna yang mendengar hal tersebut tentu saja membulatkan matanya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Dominik. “Kau gila?! Memangnya siapa dirimu hingga berani memutuskan hal seperti itu? Kau memang bosku, tetapi kau sama sekali tidak memiliki hak untuk turut campur dalam kehidupanku sampai sejauh itu,” tegas Luna benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sudah dikatakan oleh Dominik.
“Sayangnya, kenyataannya memang menyatakan seperti itu.” Dominik pun meletakkan tab di atas meja dan meminta Luna untuk melihatnya. Ternyata itu adalah pergerakan saham milik Dominik, dan semua kepemilikan saham perusahaan miliknya.
“Jadi, apa hubungannya dengan ini?” tanya Luna sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Dominik.
“Sebenarnya sudah jelas. Saat ini, sahamku tengah berada di titik tertinggi. Hal itu membawa keuntungan besar bagi perusahaan, dan mengundang banyak investor. Semua ini berkaitan dengan kabar pernikahanku denganmu. Tapi coba bayangkan, jika kita tidak jadi menikah. Kabar kebatalan pernikahanku juga jelas akan membawa sebuah pergolakan dalam perusahaan. Jika aku berhasil mendapatkan keuntungan hanya karena kabar pernikahanku, lalu akan seberapa banyak kerugian yang akan kudapatkan dari kabar kebatalan pernikahanku? Jadi, kau bisa menyimpulkan relasinya?”
Luna tampak tidak percaya dengan apa yang ia pikirkan. “Jadi, jika perusahaan menanggung kerugian, itu adalah salahku karena sudah menolak lamaranmu?” tanya Luna memastikan dengan nada tidak percaya.
“Ah, pintarnya sekretarisku ini. Ups, maaf. Maksudku, pintar sekali calon istriku ini,” puji Dominik dengan suasana hati yang sangat baik.
Luna benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dan berteriak, “Dasar b******n!”
***
Luna melihat pantulan penampilannya yang tampak begitu sempurna dan berbeda daripada penampilannya yang biasanya. Rambutnya ditata dengan sederhana dengan sebuah tiara yang menghiasinya. Lalu wajahnya dirias dengan riasan tipis, serta perhiasan kecil yang sebenarnya berharga milyaran dolar. Namun, jangan lupakan gaun putih yang menjuntai anggun membalut tubunya yang ramping. Siapa pun yang melihat Luna saat ini, pasti bisa menyimpulkan jika Luna saat ini sudah menjadi calon mempelai wanita yang sebentar lagi akan menjadi wanita paling bahagia di dunia.
Ya, pada akhirnya Luna tidak bisa melarikan diri dari Dominik. Ia tidak bisa menolak lamaran pria itu. Hal itu terjadi karena Dominik benar-benar membuktikan jika perusahaan bisa menelan kerugian yang sangat besar, jika kabar kebatalan pernikahannya tersebar. Dominik mengatakan, jika sampai perusahaan benar-benar menelan kerugian, maka Luna yang harus bertanggung jawab pada kerugian tersebut. Tentu saja hal tersebut membuat Luna merasa pening bukan kepalang.
Baru saja Luna lolos dari ancaman p********n denda sebesar seratus juta, dan kini dirinya sudah mendapatkan ancaman yang lebih besar. Tentu saja, Luna merasa stress. Ia tidak bisa membayangkan seberapa besar hutang yang akan ia miliki jika menolak lamaran Dominik. Jadi, pada akhirnya Luna pun menerima lamaran tersebut. Menikah dengan seorang CEO tampan yang hot tentu saja lebih baik, daripada menanggung hutang yang rasanya tidak akan pernah lunas walaupun Luna berkeja bak b***k hingga akhir hayatnya.
“Sudah waktunya Anda turun,” ucap salah seorang pendamping penganting yang nantinya akan mendampingi Luna melangkah menuju pelaminan.
Luna pun mengangguk dan melangkah menuju taman kediaman Yakov, di mana pengucapan janji suci akan dilaksanakan. Dominik memang sengaja membuat acara pernikahannya terasa kental kesan kekeluargaannya, hingga sangat membatasi tamu undangan. Tentu saja, untuk pesta resespi nanti, Dominik akan membuat pesta besar yang akan membuat siapa pun yang melihatnya berdecak kagum.
Luna merasa begitu gugup saat dirinya melangkah menyusuri karpet merah menuju altar pernikahan. Rasa gugup Luna semakin menjadi saat tangannya diraih oleh Dominik yang tampak begitu luar biasa dengan setelan jas yang ia kenakan. “Kau sangat cantik,” bisik Dominik sembari mencium punggung tangan Luna yang dibalut oleh sarung tangan sutra yang lembut.
Rasanya, Luna juga ingin memuji Dominik. Ia ingin memuji Dominik, jika Dominik juga terlihat begitu memukau saat ini. Lain daripada biasanya, Dominik terlihat membawa karisma yang lebih kuat. Dominik memang berpenampilan selayaknya mempelai pria yang lainnya, tetapi Luna melihat jika Dominik lebih memukau daripada mempelai pria yang pernah Luna lihat sebelumnya. Terasa sangat konyol bagi Luna memuji Dominik pada situasi semacam ini, hanya saja, itu memang kenyataannya.
“Kalau begitu, mari kita mulai acara pernikahannya,” ucap pendeta membuat Luna menelan ludahnya kelu. Ini gila, benar-benar gila. Bermain dengan hutang memang sangat berbahaya. Apalagi hutang yang sebenarnya tidak jelas asal-usulnya. Hutang yang membawa Luna untuk berpindah ke negeri ini, dan saat ini hutang pula yang membuat Luna berganti status sebagai istri orang. Ini mengerikan dan membuat Luna tertarik untuk menebak apa yang akan terjadi di masa depan.