Meera terbangun dengan perasaan bahagia. Karena si baju putih berjanji akan membawanya untuk melihat keadaan tubuhnya, dan juga keadaan Maminya. Tapi, saat ini, tubuhnya tak bisa ia gerakan, sepasang lengan kokoh memeluknya dengan erat, seakan takut ia tinggalkan. Meera menatap jam dinding. Jam 03.35. Waktu di mana biasanya Banyu sudah pergi ke pasar. Tapi, kali ini Banyu masih di atas kasur bersamanya. "Bangun!" Meera menepuk pipi Banyu perlahan. Banyu terdengar menggumam, lalu membuka matanya perlahan. "Tidak ke pasar?" Banyu melepaskan pelukannya, ia merubah posisi tubuh yang tadi berbaring miring menjadi telentang. Ia bentangkan tangannya, lalu ia usap wajah dengan tangannya yang bebas, karena satu tangannya yang lain masih menjadi bantal Meera. Usapan turun ke d**a, dan teru