bc

Sosok Pejuang Mbah Idris Kacangan Boyolali

book_age16+
2
FOLLOW
1K
READ
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Sosok Pejuang, KH. Muhammad Idris Kacangan

Salah satu tokoh thoriqah dan pejuang dari Andong, Boyololali adalah Mbah Idris. KH. Soeratmo atau yang lebih dikenal dengan Mbah Muhammad Idris Kacangan lahir pada tanggal 1 April 1913 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Amir Hasan Yogyakarta dan Ny. Aisyah binti KH. Idris Boyolali.

Mbah Muhammad Idris Kacangan memulai pendidikannya dengan belajar di Manbaul Ulum Slompretan sampai tamat kelas XI dengan nilai yang sangat memuaskan.

Selain itu beliau juga pernah belajar dibeberapa Pondok Pesantren, diantaranya, Pondok Pesantren Jamsaren, Solo dibawah asuhan KH. Idris, Pondok Pesantren Tremas Pacitan, Pondok Pesantren Bangkalan Madura, Pondok Pesantren Kaliwungu Kendal dan pernah mengikuti Majlis Ta’lim dibawah asuhan Habib Muhsin Bin Abdullah, Solo untuk mempelajari Hadits Bukhori Muslim.

Selain itu beliau juga telah terbiasa dengan riyadloh seperti Puasa sunah, Sholat lail dan tahan tidak tidur dimalam hari. Beliau juga menekuni olah raga seni pencak silat dan bergabung dalam Pendekar solo. Tidak ketinggalan beliau juga mendalami ilmu tasawuf. Maka dengan tempa’an-tempa’an tersebut terbentuklah sosok pribadi Mbah Muhammad Idris Kacangan menjadi ulama’ khas yang berwawasan luas dan menghabiskan hidupnya untuk mencari ridlo Allah Swt. Sejak muda  sangat senang bergaul dengan siapapun tanpa mengenal status sosial maupun agama dan golongan.

Mbah mendalami dan Bai’at Thoriqoh Szadziliyyah sejak muda kepada beberapa mursyid/Guru Thoriqoh, antara lain : KH. Abdul Mu’id Tempur Sari (Klaten), KH. Ahmad Siroj Keprabon ( Solo), KH. Abdul Rozaq(Termas Pacitan), KH. Ahmad (Ngadirejo),KH. M. Idris(Jamasaren – Solo), Syeikh Mufthi Kamal( Makkatul Mukaromah), Syeikh Muhtarom (Makkah) dll.

Semenjak beliau menjadi Mursyid, telah puluhan ribu jumlah anggota yang diasuh, terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat. Habib Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya Pekalongan sempat mengambil ijazah thoriqah Syaziliyah dan Naqsabandiyah dari Mbah Idris, pun demikian dengan Habib Syekh Abdul Qodir Assegaff juga mengambil bai'at thoriqah. Bahkan beberapa bulan sebelum beliau wafat, beliau masih sempat memba’aiat sekitar 200 orang sambil tiduran karena sudah udzur atau sakit, dan dilakukan bersama atau dijama’.

Mbah Idris termasuk pejuang 45, pada saat pertempuran menghadapi pasukan penjajah Belanda di Mranggen, beliau bergabung dalam barisan Hizbullah.

Dalam memerangi faham Komunisme pun , Mbah Idris adalah tokoh sentral ulama terdepan di kawasan MMC (Merapi-Merbabu Compleks- catatan Haul tahun 2009). Dalam berdakwah  dilakukan dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Contoh-contoh pengalaman syariat agama dilaksanakan secara sederhana, tidak selalu harus memaparkan dalil-dalil, namun mengutamakan tata krama dan akhlakul karomah.

Beliau sangat peduli terhadap pelestarian budaya Jawa yang relevan dengan ajaran Islam, misalnya, wayang kulit, tata busana jawa dan lain-lain. Beliau sangat fasih apabila menuturkan Babat tanah Jawa yang penuh dengan nilai filsafahnya.

Mbah Idris termasuk ulama Ahli falak. Namun hal ini sanagat disimpan rapi, alasannya sangat sederhana “Jangan sampai diartikan atau dianggap sebagai ahli nujum”.

Karena sifat kehati-hatian beliau, maka Mbah Idris sangat rapat dalam menyimpan rahasia kekhususan yang dimiliki. Adapun kejadian-kejadian yang merupakan karomah yang diungkap disini adalah sebagian kecil yang sempat direkam semasa beliau masih hidup.

Mbah Idris sangat menghormati tamu (ikramu dhuyud), pernah suatu ketika beliau kedatangan tiga orang tamu dari jauh. Pada saat itu ibu nyai dan pembantu tidak ada dirumah. Tiga tamu tadi dihidangkan minuman yang diambil dalam teko persediaan beliau sendiri. Anehnya dalam satu teko yang biasanya berisi teh, ketika dituangkan digelas para tamu tersebut isinya berbeda-beda sesuai dengan kesukaan tamu tersebut.

Satu gelas pada saat dituangkan berisi kopi, satu berisi teh dan satunya lagi berisi s**u. Hal ini membuat ketiga tamu tadi tertegun sambil berbisik :”Mengapa Kyai sudah tahu minuman kesukaan kami padahal kami belum pernah silaturahmi dan ketemu kyai, dan kami saat ini memang betul-betul haus”.

Mbah Idris melaksanakan ibadah haji baru tiga kali. Namun kenyataan tiap tahun banyak saudara yang pergi haji berjumpa beliau baik di Makkah dan Madinah.Hal ini pernah dialami oleh KH. Ahmad Zarkasy, KH. Abu Shihab, KH. Taubatan Nasuha. Ketika mereka bertiga yang tergolong sudah sepuh melaksanakan ibadah haji, ketiganya disana di pandu oleh KH. Soeratmo/Mbah Idris. Maka setelah ketiganya pulang tersebarlah berita tersebut.

Dan mereka menuturkan Kiai Soeratmo atau mbah Idris setiap paginya sudah di Makkah, tetapi setiap sore slalu pamit untuk pulang. Dengan berita tersebut, para jama’ah majlis ta’lim asuhan beliau merasa heran dan dalam hati membantah berita tersebut, karena selama musim haji beliau setiap malamnya selalu aktif memberikan ceramah tafsir al Qur’an di Gedung Batik PBB Kacangan.

chap-preview
Free preview
Sosok Pejuang,Mbah Idris Kacangan Boyolali
Sosok Pejuang, KH. Muhammad Idris Kacangan Salah satu tokoh thoriqah dan pejuang dari Andong, Boyololali adalah Mbah Idris. KH. Soeratmo atau yang lebih dikenal dengan Mbah Muhammad Idris Kacangan lahir pada tanggal 1 April 1913 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Amir Hasan Yogyakarta dan Ny. Aisyah binti KH. Idris Boyolali. Mbah Muhammad Idris Kacangan memulai pendidikannya dengan belajar di Manbaul Ulum Slompretan sampai tamat kelas XI dengan nilai yang sangat memuaskan. Selain itu beliau juga pernah belajar dibeberapa Pondok Pesantren, diantaranya, Pondok Pesantren Jamsaren, Solo dibawah asuhan KH. Idris, Pondok Pesantren Tremas Pacitan, Pondok Pesantren Bangkalan Madura, Pondok Pesantren Kaliwungu Kendal dan pernah mengikuti Majlis Ta’lim dibawah asuhan Habib Muhsin Bin Abdullah, Solo untuk mempelajari Hadits Bukhori Muslim. Selain itu beliau juga telah terbiasa dengan riyadloh seperti Puasa sunah, Sholat lail dan tahan tidak tidur dimalam hari. Beliau juga menekuni olah raga seni pencak silat dan bergabung dalam Pendekar solo. Tidak ketinggalan beliau juga mendalami ilmu tasawuf. Maka dengan tempa’an-tempa’an tersebut terbentuklah sosok pribadi Mbah Muhammad Idris Kacangan menjadi ulama’ khas yang berwawasan luas dan menghabiskan hidupnya untuk mencari ridlo Allah Swt. Sejak muda sangat senang bergaul dengan siapapun tanpa mengenal status sosial maupun agama dan golongan. Mbah mendalami dan Bai’at Thoriqoh Szadziliyyah sejak muda kepada beberapa mursyid/Guru Thoriqoh, antara lain : KH. Abdul Mu’id Tempur Sari (Klaten), KH. Ahmad Siroj Keprabon ( Solo), KH. Abdul Rozaq(Termas Pacitan), KH. Ahmad (Ngadirejo),KH. M. Idris(Jamasaren – Solo), Syeikh Mufthi Kamal( Makkatul Mukaromah), Syeikh Muhtarom (Makkah) dll. Semenjak beliau menjadi Mursyid, telah puluhan ribu jumlah anggota yang diasuh, terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat. Habib Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya Pekalongan sempat mengambil ijazah thoriqah Syaziliyah dan Naqsabandiyah dari Mbah Idris, pun demikian dengan Habib Syekh Abdul Qodir Assegaff juga mengambil bai'at thoriqah. Bahkan beberapa bulan sebelum beliau wafat, beliau masih sempat memba’aiat sekitar 200 orang sambil tiduran karena sudah udzur atau sakit, dan dilakukan bersama atau dijama’. Mbah Idris termasuk pejuang 45, pada saat pertempuran menghadapi pasukan penjajah Belanda di Mranggen, beliau bergabung dalam barisan Hizbullah. Dalam memerangi faham Komunisme pun , Mbah Idris adalah tokoh sentral ulama terdepan di kawasan MMC (Merapi-Merbabu Compleks- catatan Haul tahun 2009). Sehari sebelum acara haul, kebetulan penulis bermalam di Weleri (Kendal) lepas itu Ke Watucongol dan mampir sebentar ke Tegalrejo...bablas lewat tawangmangu dan arah Boyolali. Terekam jelas sedikit, ada jaringan Magelang, Boyolali-Surakarta makanya disebut MMC. Dalam berdakwah dilakukan dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Contoh-contoh pengalaman syariat agama dilaksanakan secara sederhana, tidak selalu harus memaparkan dalil-dalil, namun mengutamakan tata krama dan akhlakul karomah. Beliau sangat peduli terhadap pelestarian budaya Jawa yang relevan dengan ajaran Islam, misalnya, wayang kulit, tata busana jawa dan lain-lain. Beliau sangat fasih apabila menuturkan Babat tanah Jawa yang penuh dengan nilai filsafahnya. Mbah Idris termasuk ulama Ahli falak. Namun hal ini sanagat disimpan rapi, alasannya sangat sederhana “Jangan sampai diartikan atau dianggap sebagai ahli nujum”. Karena sifat kehati-hatian beliau, maka Mbah Idris sangat rapat dalam menyimpan rahasia kekhususan yang dimiliki. Adapun kejadian-kejadian yang merupakan karomah yang diungkap disini adalah sebagian kecil yang sempat direkam semasa beliau masih hidup. Mbah Idris sangat menghormati tamu (ikramu dhuyud), pernah suatu ketika beliau kedatangan tiga orang tamu dari jauh. Pada saat itu ibu nyai dan pembantu tidak ada dirumah. Tiga tamu tadi dihidangkan minuman yang diambil dalam teko persediaan beliau sendiri. Anehnya dalam satu teko yang biasanya berisi teh, ketika dituangkan digelas para tamu tersebut isinya berbeda-beda sesuai dengan kesukaan tamu tersebut. Satu gelas pada saat dituangkan berisi kopi, satu berisi teh dan satunya lagi berisi s**u. Hal ini membuat ketiga tamu tadi tertegun sambil berbisik :”Mengapa Kyai sudah tahu minuman kesukaan kami padahal kami belum pernah silaturahmi dan ketemu kyai, dan kami saat ini memang betul-betul haus”. Mbah Idris melaksanakan ibadah haji baru tiga kali. Namun kenyataan tiap tahun banyak saudara yang pergi haji berjumpa beliau baik di Makkah dan Madinah.Hal ini pernah dialami oleh KH. Ahmad Zarkasy, KH. Abu Shihab, KH. Taubatan Nasuha. Ketika mereka bertiga yang tergolong sudah sepuh melaksanakan ibadah haji, ketiganya disana di pandu oleh KH. Soeratmo/Mbah Idris. Maka setelah ketiganya pulang tersebarlah berita tersebut. Dan mereka menuturkan Kiai Soeratmo atau mbah Idris setiap paginya sudah di Makkah, tetapi setiap sore slalu pamit untuk pulang. Dengan berita tersebut, para jama’ah majlis ta’lim asuhan beliau merasa heran dan dalam hati membantah berita tersebut, karena selama musim haji beliau setiap malamnya selalu aktif memberikan ceramah tafsir al Qur’an di Gedung Batik PBB Kacangan. Akhirnya kami percaya setelah KH. Ahmad Zarkasy sambil berliangan air mata membenarkan berita tersebut. Peristiwa seperti itu ternyata banyak dikisahkan oleh beberapa orang yang pergi haji, meskipun Mbah Idris sudah wafat. Mbah KH Muhammad Idris atau KH Soeratmo Kacangan, Andong, Boyolali merupakan tokoh terkenal yang patut kita teladani. Sebagaimana Para Ulama lainnya, Mbah Idris memiliki kebiasaan-kebiasaan baik dalam kesehariannya. Mbah Idris Kacangan tidak pernah marah, mengamuk, kasar baik kepada keluarganya, tetangganya maupun orang lainnya. Hal ini dikisahkan oleh Habib Muhammad Bin Yahya Baraqbah dari Solo pada acara Majelis Dzikir dan Sholawat di Gantiwarno. Pada tanggal 23 Juli 2018, ba’da Isya di PP Candi Barokah, Gantiwarno, Klaten. Mbah Idris Kacangan tidak pernah marah, mengamuk dan kasih kepada siapa saja. Termasuk kepada yang memusuhinya. Beliau begitu murah senyum. Pernah pada suatu saat, saat Mbah Idris Kacangan dicoba oleh istrinya. Pada suatu dhahar bersama dengan Bu Nyai, tiba-tiba Bu Nyai mengambil air minum dan melempar kepada Mbah Idris “Ada apa to Dek?” kata Mbah Idris dengan halus “Jujur Mbah, saya itu hanya penasaran marahmu itu seperti apa,” ujar Bu Nyai “Marahlah, Mbah,” tambah Bu Nyai Mbah Idris sangat rajin mempelajari kitab-kitab, kemudian merangkum dan menuliskannya kembali dalam bentuk kitab atau buku dengan ditulis tangan sendiri secara rajin, dengan sistematis dan penafsiran atau terjemahan yang mudah dipahami oleh siapapun yang membaca. Kebiasaan ini telah dilakukan semenjak beliau belajar di Pondok Pesantren Tremas Pacitan, sampai menjelang wafatnya. Berkat dari kebiasannya, ia menulis beberapa kitab. Sumber referensi kitabnya sangat banyak, perpustakaan yang terletak di utara Masjid Kacangan, Andong itu penuh sesak oleh kitab-kitab kuno (ukuran perpusnya 7 x 6 meter), di sisi selatan ada rubath tempat berkumpul para jamaah mengaji. Semua kitabnya tersusun rapi, kitab kuno. Bisa juga tepatnya sebelah timur pasar Kacangan (Andong) masuk ke selatan ada bangunan yamg luas, dengan halaman cukup menampung 2000-5000 jamaah baik berupa aula, rubath, sampai halaman rumah, letak rumah Mbah Idris di pojok timur. Karya-karya beliau diantaranya:Kitab Nika,Kitab Asyhuril Hurum, Do’a-do’a di dalam sholat dan diluar sholat,Kitab Tanbihul Awwam Jilid I dan II, Kitab tentang tata krama masuk Thoriqoh Syadziliyyah dan Kitab Manaqib Syeikh Ali Abil Hasan Assyadzili Ra. Mbah Muhammad Idris Kacangan wafat pada hari Rabu Pon tanggal 26 Jumadil Akhir 1423 H atau bertepatan pada tanggal 4 September 2002 M dan di makamkan di Kacangan, kec Andong, Boyolali, Jawa Tengah.Yang letaknya sekitar 2 kilometer darii kediaman, ke sebelah Timur.Masih di kecamatan Andong. Letalnya di kiri jalan besar arah Kota Boyololi.Karanganyar. Di sebelah barat serupa miniatur kecil Gapura Masjid Baiturrahman Semarang terbuat dari kayu beratap limasan bervernis coklat mengkilap.(***)Penulis: Aji Setiawan, mantan wartawan Majalah alKisah

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweet Sinner 21+

read
900.4K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Gairah Liar Sugar Mommy

read
65.7K
bc

Suami Jantanku

read
5.1K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Tentang Cinta Kita

read
203.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook