one
kring..
kring...
"halo ibu..apa kabar?" tanya seorang wanita dengan lembut kepada seseorang di seberang sana.
"kabar ibu baik sayang , kamu bagaimana? baik-baik saja kan? bagaimana dengan suami mu?"
"semua yang ada disini baik Bu? mama ria dan papa evan juga baik. ibu gak usah khawatir yah."
"syukurlah..ibu menelpon hanya ingin bertanya itu saja . Minggu kemarin ibu dengar dari bik ina kamu pergi ke rumah sakit ? ada apa? ibu menunggu kamu untuk menelpon ibu dan memberi tahu ada apa ttetapi kamu tidak menghubungi ibu , jadi ibu menghubungi mu sekarang karena ibu khawatir."
wanita yang mendengar pertanyaan dengan nada yang kesal bercampur khawatir itu hanya bisa tersenyum dengan simpul.
"ibu tenang aja yah , aku disini baik-baik saja , kemarin hanya sedang kelelahan saja habis membantu mama membuat acara arisan."
terdengar helaan nafas lega dari seberang sana . yang mengartikan wanita paruh baya yang ada di seberang sana tidak terlalu khawatir lagi pada putri nya yang tinggal jauh dari nya mengikuti suami nya.
setelah mereka berbincang sedikit yang mana membuat si wanita merasa lebih tenang setelah berbicara dengan ibunya , panggilan itu pun berakhir.
si wanita masih menatapi layar ponsel nya yang sudah mati . perasaan yang sudah lama dia pendam dan rasakan sendiri kembali merasuk dalam hati dan pikiran nya .
entah sudah berapa lama dia memendam ini semua yang membuat d**a nya merasa sesak . terkadang dia merasa sudah tak tahan dan ingin pergi tetapi dia ingat dengan ibu nya dan keluarga suami nya .
mereka sangat menyayangi nya bahkan menganggap dirinya lebih dari seorang menantu.
di kota ini dia tidak memiliki teman ataupun kenalan , dia tidak pernah keluar rumah jika tidak ada kepentingan.
bahkan dia keluar hanya jika di ajak jalan oleh ibu mertua atau adik dan kakak iparnya. sehari-hari dia hanya di rumah di temani asisten rumahtangga yang sudah dia anggap seperti ibu nya sendiri itu.
wanita yang duduk di sebuah sofa di ruang tamu menghela nafas dan bangkit dari tempat duduknya sekarang.
dia berjalan menaiki tangga dan memasuki kamar yang selama 3 tahun ini ia tempati.
dia masuk dan menatap seluruh isi kamar dia tidak tahu entah besok masih bisa menikmati pemandangan ini lagi atau tidak .
dia menuju nakas di samping tempat tidur yang ia tempati , membuka laci dan mengambil sebuah amplop .
dia menatap amplop itu lama , kemudian melangkah keluar kamar mencari sang asisten atau bik Ina.
di dapur dia melihat bik Ina sedang menyiapkan makan malam , semenjak kejadian. seminggu lalu dia dilarang memasuki dapur karena tidak ingin membuat nya kembali kelelahan dan berakhir di rumah sakit.
"bibi sayang.."
panggil wanita itu dengan lembut sembari melangkah menuju sang bibi yang sudah mengalihkan tatapanya kepada si wanita.
wanita yang melihat itu pun tersenyum dan dengan suara lembutnya kembali berbicara.
" ini amplop bulan ini , aku titip yah bik" katanya dengan manja sambil memeluk sang bibi dari samping.
"wah...ini sudah surat ketiga semenjak 3 bulan yang lalu yah nona."
"hmmm.." dia hanya menjawab dengan gumaman dan masih memeluk sang asisten nya itu .
"buk...nanti kalo suatu saat aku udah gak tahan lagi , dan aku pergi ibuk jaga kesehatan yah jangan capek-capek kerja nya ."
wanita itu berbicara sambil memeluk sang asisten dengan nyaman dia menaruh kepalanya di pundak sambil memejamkan mata.
sang asisten yang mendengar terdiam dia juga menghentikan kegiatan nya .
"iya nona , saya akan istirahat atau mungkin saya pulang kampung saja yah non." ucapnya yang mencoba untuk bercanda.
"iya buk , resign saja terus pulang kampung kumpul sama keluarga jangan kerja lagi istirahat saja." ucap nya yang membenarkan perkataan sang asisten.
sang asisten yang mendengar nya terkekeh sembari menepuk lembut tangan sang majikan.
"iya , nanti saya akan pensiun jika nona jadi pergi dari rumah ini , nanti jika saya pergi sekarang nona gak ada teman nya lagi dong." kata sang asisten dengan nada gurau nya.
"iya buk....aku sayang banget sama ibuk . jangan lupain saya yah kalo saya pergi nanti."
sang asisten yang mendengar nada sedih dari suara sang majikan hanya bisa menghela nafas.
"non jangan selalu ngomong gitu , kesan nya non seperti ingin meninggalkan dunia ini selamanya."
"gak gitu kok buk , kadang saya sedih aja suatu saat nanti saya pasti akan pergi kalo Udah gak kuat lagi sama hubungan ini."
"ibuk kan tau sendiri , suami saya sepertinya tidak ingin menjalin hubungan ini lebih lama lagi."ucapnya Sedih.
"iya bibi , tau gimana hubungan tuan dan nona . saya yang melihat nya saja sedih apalagi nona."
"hmm...jadi ibuk jangan lupain saya , saya pasti kangen sama ibuk nanti."
"iya kalo ibu masih kerja disini non kan bisa main kesini , misalkan bubuk sudah di kampung kan tinggal main ke kampung aja . bibi pasti menyambut non dengan tangan terbuka."
"iya , nanti kalo saya masih ada waktu kapan-kapan main kesana."
setelah perbincangan itu wanita itu melepaskan pelukannya pada bik Ina agar sang wanita paruh baya itu kembali melanjutkan pekerjaannya.
sang wanita duduk di meja makan sambil melihat hujan yang turun di sore hari itu melalui jendela yang ada di dekat ruangan itu.
dia menopang dagu sambil menghela nafas , seakan bebannya sudah menumpuk dan dia tidak dapat menahan nya lagi.
dalam lamunannya dia menangis , tak ingin ada yang melihat air matanya dia buru-buru menghapus nya.
'tunggu sebentar lagi mas , kamu akan terbebas.'