10

1575 Words
Sementara Ona di bawa ke UKS, keadaan kelas Ona masih biasa saja karena memang tidak ada yang mengatakannya kepada Oreo atau teman kelas Ona yang lainnya. Mereka semua diam karena Ona meminta mereka diam, apalagi tadi Ona sudah bersama dengan Orion. Jika saja bukan Orion yang menolong Ona, pasti mereka sudah sibuk mencari Oreo. Namun menurut mereka, Ona sudah aman dan Orion juga meminta mereka diam. "Woy ada apa sih ini? Kok pada rame-rame?" tanya Bayu yang baru saja datang. Ia heran ada keramaian tapi tidak ada apa-apa jadinya ia bertanya. "Itu, temen Lo si Ona tadi jatuh dari tanggal." ujar Ben menjawabnya. "What? Terus sekarang gimana? Lo pada udah bilang sama Oreo kan?" tanya Bayu tapi mereka semua menggelengkan kepala mereka serempak. "Kenapa ga ngasih tahu? Bisa gawat, gua mau ke kelas ngasih tahu Oreo kalo gitu." ujar Bayu tapi ditahan oleh Ben dan teman-temannya sekarang. "Jangan, tadi Ona sendiri yang bilang kalo ga boleh bilang ke Oreo. Lagi pula ga itu juga, kita lebih takut sama Orion, tadi Orion juga minta buat ga bilang Oreo." ujar Ben kepada Bayu, Bayu tentu heran kenapa membawa nama Orion juga padahal Ona sama sekali tidak ada hubungannya dengan Orion. "Tunggu deh, gua masih bingung. Maksud Lo apaan ya? Kenapa Lo bawa-bawa nama Orion?" tanya Bayu. Akhirnya Ben menceritakan bahwa tadi tiba-tiba Orion muncul bersama dengan Andra dan Gala, lalu setelahnya Orion membawa Ona pergi ke UKS. Makanya tidak ada yang berani mengatakan. "Aduh susah juga ya kalo kayak gini. Ah tapi gua jadi ga berani ke kelas. Gua nelat aja deh kalo gitu. Lo pada kan tahu kalo berurusan sama Oreo dan Orion itu mau maju atau mundur juga sama-sama salah." ujar Bayu tersebut. Kini Ona sudah ada di dalam UKS, tampak Oreo, Gala dan Andra langsung melihat ke Ona yang masih tertutup matanya. Mereka bertiga pun langsung di minta minggir oleh dokter yang ada di UKS dan sekarang dokter itu melakukan penanganan pada Ona. Luka-luka yang ada di kepala, kaki dan tangan Ona pun akhirnya sudah diobati. Kini hanya tinggal Ona, Orion, Andra dan Gala. Tapi Ona masih tidur, lebih tepatnya sepertinya Ona pingsan karena kata dokter tadi memang sepertinya benturan di kepala membuat Ona pusing dan pingsan. Dokter juga tadi menyarankan pada mereka untuk membawa Ona pergi karena Ona sepertinya harus melakukan Rontgen pada kepalanya. "Biar gua aja yang bawa, buatin surat ijin gua sama Ona." ujar Orion. "Lo yakin Yon? Ga kita bilang ke Oreo aja? Maksud gua bukan gimana-gimana tapi kayaknya kalo Oreo tahu tentang ini, gua yakin sih kalo dia bakalan ngamuk." ujar Gala kepada Orion. Orion berkata bahwa ia tak peduli. "Udah Lo pada lakuin aja apa yang gua suruh." ujar Orion ke mereka. Kini Orion sudah membawa Ona ke parkiran, untung saja UKS mereka ini dekat dengan parkiran dan ada jalan khusus pergi ke parkiran supaya tidak dilihat banyak orang. Karena kebanyakan siswa-siswi pasti akan penasaran. Orion menggendong Ona dan dibelakangnya ada Gala serta Andra. Nanti ia akan keluar tanpa surat, lebih tepatnya suratnya menyusul. Kini Orion pergi ke gerbang dan di gerbang ia dihentikan oleh satpam karena ini sudah mau masuk sekolah tapi Orion malah ingin keluar dari sekolah. Makanya ia ditanya. "Pak, saya ga mau bolos. Ini teman saya masih pingsan. Dia tadi jatuh dari tangga dan kata dokter di UKS harus segera di Rontgen kepalanya. Takutnya ada apa-apa. Saya ga pernah seserius ini pak, karena ini menyangkut nyawa seseorang." ujar Orion membuat satpam pun mengangguk. Ia percaya pada Orion karena Orion tidak pernah seperti ini. Sekarang Orion sudah keluar dari lingkungan sekolah, ia akan pergi ke rumah sakit terdekat karena takutnya ada apa-apa nanti jika ia cari yang jauh. Saat sedang seperti ini, rasanya Orion benar-benar khawatir dengan Ona. Namun ia tidak tahu apa yang membuat dirinya sangat khawatir kepada Ona padahal mereka berdua juga belum kenal, ia hanya tahu nama Ona saja sebelum ini. Entah lah ia tidak tahu kenapa dirinya perduli kepada Ona. "Gua juga heran kenapa gua peduli sama Lo Ona." ujar Orion. Sementara itu, Acha sekarang sudah khawatir karena Ona belum kunjung pulang ke kelas. Sama seperti Acha, Mila dan Sita juga khawatir. Pasalnya ini sudah sejak tadi Ona pergi dan Ona tidak ada di luar kelas. "Oreo, Ona ga ada di depan kelas. Gua khawatir sama Ona." ujar Acha. "Lo tenang Cha, Ona ga papa. Paling dia ke kantin. Tenang aja, nanti juga waktunya bel masuk Ona bakalan masuk ke kelas juga kok." ujar Oreo itu. Namun perkataan dari Oreo tak terbukti karena perempuan yang setiap paginya tak pernah absen membawakan minuman dan biskuit kesukaannya itu tak kunjung hadir. Oreo mulai khawatir kepada Ona, pasalnya jika ada apa-apa dengan Ona adalah ia yang akan terkena masalah dengan Nathan. "Oreo, mana. Ona belum ada. Gua khawatir banget, gua mau cari Ona. Gua ga bisa diem kayak gini." ujar Acha kepada Oreo, Oreo juga akan mencari Ona begitu juga dengan teman-teman yang lainnya. Akan tetapi saat mereka akan keluar mereka pun terlambat karena guru mereka sudah datang. "Kalian mau kemana? Silakan duduk kembali." ujar guru tersebut. Hal itu membuat mereka urung untuk melakukan hal itu. Kini mereka sedang di absen, saat diabsen itu lah Bayu baru berani masuk ke dalam kelasnya. "Silakan duduk Bayu, besok-besok jangan terlambat lagi." ujar guru itu. "Baik pak." jawab Bayu. Bayu pun sekarang sudah pergi ke tempat duduknya. Ia masih tak berani menatap ke arah Oreo dan teman-temannya. Sepertinya seluruh kelas ini belum ada yang tahu tentang kabar Ona. Karena memang kebanyakan dari mereka tadi berangkat pagi untuk mengerjakan PR. Aduh gua bingung nanti kalo nama Ona dipanggil gimana, gua jawab yang jujur apa ga ya. Batin Bayu tampak ketakutan sekarang ini juga. "Ada yang tahu dimana Ona? Saya lihat itu tasnya ada." ujar Guru itu. "Ona berangkat pak, tapi tadi pamit mau cari angin terus belum kembali lagi. Saya juga tidak tahu kemana perginya Ona." ujar Acha kepada guru itu. "Yang lainnya ada yang tahu kemana Ona?" Tanya guru itu membuat mereka semua menggeleng kepala, tapi tidak semua karena Bayu tidak ikut. Kini Bayu mengangkat tangan, membuat semuanya menatap ke arahnya. "Saya tahu pak, Ona tadi saya dengar jatuh dari tangga dan sekarang di UKS." ujar Bayu membuat mereka semua pun langsung terkejut bersamaan. "Apa? Ona jatuh? Lo kenapa ga bilang ke gua dari tadi? Terus siapa yang bawa Ona ke UKS? Pak saya ijin ke UKS." ujar Oreo terlihat sangat khawatir. Gua iri sama Lo Ona, karena Lo bisa dikhawatirkan sama Oreo sampai segitunya. Andai itu gua, pasti gua sangat bahagia. Batin Acha tersebut. Namun belum guru menjawab, ketukan pintu sudah terdengar di kelas mereka. Ternyata itu adalah Gala dan Andra, mereka datang dan masuk membawa surat untuk Ona. Awalnya semuanya tidak ada yang tahu apa alasan kedatangan mereka kesini. Mereka juga tidak tahu surat apa itu. "Jadi, Ona dibawa ke rumah sakit? Apakah ada yang parah?" tanya guru itu yang lagi-lagi membuat seisi kelas kaget dan khawatir. Terlebih pada Oreo, Acha dan teman-teman dekat Ona yang lainnya. Bayu juga tak kalah kaget karena ternyata Ona sampai harus di bawa ke rumah sakit juga sekarang. "Iya pak, tadi lukanya sudah diobati oleh dokter di UKS. Hanya saja kepalanya pusing dan saat jatuh tadi kepalanya juga beberapa kali terbentur, maka dari itu perlu dilakukan Rontgen dengan segera untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan." ujar Gala menjawab pertanyaan guru tersebut. "Ona di bawa sama siapa? Ke rumah sakit mana?" tanya Oreo itu. "Ona di bawa sama Orion, ke Rumah Sakit Medika." jawab Gala, mendengar hal itu pun Oreo langsung pergi dari sana. Putra tahu jika Oreo tidak ditemani pasti nanti dia akan ngamuk ketika ia berada di dekat Ona. Pasalnya Ona di bawa oleh Orion, ia sangat tidak suka dengan Orion. "Pak, saya dan Oreo ijin ya. Nanti surat ijinnya disusul sama Putra." ujar Zaki dan akhirnya sekarang Zaki sudah pergi menyusul Oreo, sementara Putra pasrah untuk mencari surat. Oreo sudah berada di dalam mobil bersama dengan Zaki. Beberapa kali Oreo terlihat mengumpat karena ia benar-benar kesal kepada Orion. Lagi pula kenapa Orion sok sekali menolong Ona. Dan lagi, ada yang tidak beres karena tidak ada yang memberi tahu kelasnya sama sekali. Makanya ia dan yang lainnya pun tidak tahu bahwa Ona jatuh dari tangga. Argh, memikirkan bagaimana Ona tadi jatuh membuatnya ngilu. "Anjing, kenapa gua ga bisa jagain dia sih." ujar Oreo tampak menyalahkan dirinya sendiri. Mungkin jika tadi Ona bisa dikelas terus menerus semuanya akan berbeda. Mungkin Ona tidak akan merasakan jatuh dari tangga. Lagi pula bagaimana bisa Oreo jatuh dari tangga seperti tadi. "Sabar Re, makanya Lo kalo sama Ona jangan kasar-kasar. Giliran dia sakit aja Lo nyalahin diri Lo sendiri." ujar Zaki kepada Oreo yang masih kesal. "Masalahnya, apa yang terjadi sama Ona itu tangung jawabnya gua. Lo kan tahu Bang Nathan nitipin dia ke gua. Kalo dia jatuh kayak gini, mau di taruh dimana muka gua di depan Bang Nathan. Jelas lah gua malu banget. "Okay, jadi Lo beneran khawatir atau Lo cuma takut kalo Lo ga ada muka lagi di depan Bang Nathan. Tenang aja, kalo Lo ga bisa jagain Ona lagi kayaknya Orion siap gantiin tempat Lo." ujar Zaki yang kesal pada perkataan Oreo tadi. Mendengar perkataan Zaki, Oreo kesal tapi ia hanya diam saja. Sekarang yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana cara agar dirinya bisa cepat sampai ke rumah sakit karena ia benar-benar khawatir. Sebenarnya Oreo memang khawatir, tapi ia tidak tahu bahwa perasaan itu adalah khawatir yang tulus bukan karena ia takut tidak ada muka lagi di depan Nathan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD