Ditolak?! Fujisaki Kenkichi ditolak?! Yang benar saja, Nona! Dia ini the most wanted bachelor di distrik ini. Bujangan paling diinginkan—untuk digauli para wanita.
Dan kini dia ditolak?!
Adrenalin Ken menggelegak tak terima. Itulah mengapa dia malah berjalan di belakang Rika, membuntuti si manis yang ternyata jenis yang susah diberi pesona.
Padahal Ken sudah berpose sekeren mungkin. Wajah dibuat tampan maksimal agar Rika minimal bisa blushing ketika dipandang secara intens.
Tapi—
Sialan. Pinky satu ini mencoba bermain 'hard to get' kah? Oke. Oke, Ken akan jabani permainan dari Rika. Lihat saja nanti bila Pinky sudah pasrah dalam genggamannya.
Ken memang belum pernah ditolak. Dalam hal apapun. Ia akan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai, secara halus atau kasar bila perlu.
Dan Rika adalah perempuan pertama yang menolak pesonanya. Sialan!
Kalian tahu seberapa besar perjuangan Rika untuk bersabar kala Ken membuntutinya? SANGATLAH BESAR! Asal tahu saja, nona manis ini bukan tipe penyabar, apalagi bila berhadapan dengan pria m3sum macam Ken.
Mereka hanya saling diam, saling berpacu langkah dengan Rika terus saja fokus ke depan. Tinggal beberapa meter lagi, ada belokan dan disanalah letak tempat tinggal Rika bersama sang Ibu.
'Ada apa dengan bajing*n m3sum satu itu?' Tak habis pikir, Rika menggeleng pelan kemudian berhenti sebentar. Ia tahu jika Ken ikut berhenti seolah-olah sang gadis tak tahu—padahal ia hanya pura-pura tak tahu atau... tak mau perduli?
SREK!
''Berhenti—''
DUAK!
''—mengikutiku, bajing*n tengik!!'' Kesabaran Rika sudah habis. Ia raih tempat s4mpah yang ada di dekatnya, dan tendang benda itu sekuat mungkin ke arah Ken yang sejak tadi main buntut-buntutan secara terbuka.
Tapi nampaknya pria muda itu lebih gesit menghindar. Tak apa, itu kesempatan Rika bisa lari... masuk ke dalam rumahnya.
Ken mendengus geli akan tingkah laku Rika. Benar-benar gadis yang menggemaskan.
Pria begundal ini tetap menunggu sebentar sampai Rika tiba di kamarnya yang ternyata sesuai dugaan Ken—menghadap ke jalan, dan di lantai atas. Terbukti dari menyalanya lampu ruangan tersebut.
KLOTAKK!
TAKK!!
Itu bunyi Ken yang melempari kaca jendela kamar Rika menggunakan kerikil beberapa kali hingga Rika terpaksa mengeluarkan kepalanya di jendela.
"Aku cuma ingin mengucapkan oyasumi (selamat malam/selamat tidur), sayaaank... mmuaachh!" seru Ken tanpa malu-malu disertai sebuah cium jauh ala blowing kiss ke Rika yang sepertinya melotot, atau mungkin menahan muntah.
Setelah itu, Ken terkekeh riang dan lari menjauh dari rumah itu sebelum Rika melempar meja ke arahnya. Yah, siapa tau, kan?
Sesampainya di rumah, Ken terengah-engah, merasa senang tanpa sebab jelas. Ya, pokoknya senang saja karena bertemu makluk secantik dan semenggairahkan Rika.
Ia lekas naik ke lantai atas, ke kamarnya. Lalu loncat ke atas ranjang tanpa menyalakan lampu. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Senyum belum lenyap dari wajahnya.
"Rika. Tadashi Rika. Pfftt... kau pasti jadi milikku!"
Dan beberapa menit kemudian ia pun terlelap.
◆◇◆◇◆◇◆◇◆
Pagi-pagi Ken sudah bangun. Sungguh tak biasanya. Ini masih jam 7 dan ia sudah terjaga dari tidurnya.
Ia pun turun ke bawah, ingin minum.
"Ohayou gozaimasu (selamat pagi), Ken-sama (sufiks untuk orang terhormat/tuan besar)," sapa seorang berseragam butler yang membungkuk hormat ke Ken.
Yang disapa hanya menggumam acuh tak acuh.
"Humm," dan Ken melanjutkan perjalanan menuju dapur.
"Ohayou gozaimasu, Ken-sama..." Kali ini beberapa suara genit menyapa saat ia hampir mencapai dapur. Mereka berpakaian maid.
"Ahh, kalian. Sini cium aku dulu. Morning kiss..." Ken menyodorkan wajahnya sambil menunggu.
Kedua maid cekikikan dan akhirnya bergantian mengecup bibir Ken.
"Auhh!" pekik kecil salah satunya. "Ken-sama genit!"
"Ahahaha!" Ken pun meremas bok*ng keduanya sehingga menambah jerit manja para maid tersebut.
"Sehabis ini, kalian ke kamarku dan mandikan aku, mengerti?" titah Ken. Kedua maid langsung mengiyakan. Ken pun melanjutkan perjalanan menuju dapur untuk minum, sesuai niat awal.
Begitulah kehidupan Ken. Ia memang anak konglomerat. Anak seorang bilioner di Jepang. Maka tak heran jika dia disebut the most wanted bachelor, ya kan? Karena ia kaya dan tampan, meski kelakuannya brengs*k.
Bahkan ia sebenarnya tak membutuhkan sekolah karena sudah ada guru private yang datang seminggu dua kali. Dan di tiap akhir sesi les, selalu ada kegiatan 'extra' antara ia dan sang Bu Guru. Kalian tentu paham, bukan?
◆◇◆◇◆◇◆◇◆
''Aku pergi dulu, Bu!'' Rika pamit kepada sang Ibu seraya berlari kecil ke arah pintu depan. Ibunya hanya tersenyum lembut, kemudian melanjutkan aktifitas merajut syal untuk Rika.
Sebentar lagi musim dingin. Beliau terbatuk kecil, lalu berhenti sebentar guna meminum obatnya.
Yah, Ibu Rika memang sakit-sakitan, oleh karena itu tak bisa bekerja berat lagi. Paling hanya mengurus rumah, itupun juga Rika akan membantu jika waktunya senggang.
Tadashi Rika memang cantik, tapi sayangnya punya kekurangan dibagian sikap. Itulah sebabnya ia sering dipecat hanya dalam waktu seminggu. Rika sudah sering gonta-ganti manajer demi bekerja di berbagai tempat. Kafe, minimarket, toko kue, dan lain-lain.
'Uang tabungan menipis, dapur juga butuh bahan-bahan baru.' Menghela nafas berat, Rika menolehkan kepala kanan dan kiri, siapa tahu ada lowongan pekerjaan untuknya.
''Rika-chan (sufiks untuk sesama teman/sudah akrab)~!''
Satu suara menginterupsi fokusnya. Ia menoleh dan menemukan salah satu mantan teman kampusnya tengah melambai ke arahnya riang.
''Yu-Yumi-chan?''
''TARRA!''
''Ah, ini?'' Rika memperhatikan seksama benda yang diperlihatkan oleh Yumi. Kartu undangan pernikahan?
''Kau akan menikah??!!'' Ia berseru super kaget. Astaga, Rika bagai dilangkahi teman sendiri.
''Um! Dia pekerja kantoran. Sudah tampan, mapan pula.''
''Ah, begitu. Selamat, ya.''
PLUK!
''Rika-chan, kau kapan menikahnya~?'' tanya Yumi seraya peluk bahu Rika akrab. Yang ditanya sendiri hanya menghela nafas berat.
''Kau tahu bukan bagaimana kisah cintaku selalu berakhir tragis?'' ujar Rika dengan gaya melodrama, ditambah efek-efek sok tragis.
''Um! Um!” Yumi mengangguk mantap. “Rika-chan tak pernah bisa pacaran lebih dari tiga hari.''
''Nah!''
''Terus selalu diputuskan lebih dulu oleh beberapa lelaki. Paling singkat cuma satu jam pacaran.''
ZLEEBB!
Panah imajiner langsung menancap di kokoro (hati/perasaan) Rika saat itu juga. Cerita lama sialan itu ....
Yumi menepuk-nepuk punggung Rika berusaha menghibur. ''Suatu saat nanti, pasti akan ada pria yang menerima Rika-chan apa adanya,'' ucapnya, tersenyum tulus.
''Ahh...''
''Saa (nah)! Sedang cari kerja, ya?''
Rika mengangguk singkat. ''Kau tahu juga kan--''
''Iya, Rika-chan selalu dipecat karena sering berbuat onar di tempat kerja. Memukul pelanggan...''
ZLEBB!
''... lalu memaki-maki pelanggan...''
ZLEBB! ZLEBB!
''S-Stop, ku-mo-hon,'' pinta si nona pink dengan nada bergetar menahan amarah, juga malu. Itu memang salahnya yang main otot jika marah. Kebiasaan. Soalnya itu jujur hanya untuk pertahanan diri, sih.
''Haha! Gomen (maaf), gomen. Rika-chan... Ganbatte (selamat berjuang)! Aku pergi dulu, jaa (dadah)~''
''Jaa, Yumi-chan!'' Rika balas melambai, kemudian memperhatikan kartu undangan pernikahan tadi. Menikah, huh? Memangnya siapa pria yang mau dengan gadis macam dirinya?
''Menerima... apa adanya?'' gumam Rika pelan. Namun kemudian, Rika mengepalkan tangannya erat karena kesal kala mengingat raut br3ngs3k seorang lelaki di malam itu. 'Asal pria itu bukan tipe bajing*n saja!' bathinnya menggelora.
Ngomong-ngomong, Rika merasa diperhatikan sejak tadi. Siapa ya? Ia menoleh kiri dan kanan tapi tak temukan orang mencurigakan.
===BERSAMBUNG===