Bab 10

1004 Words
Happy Reading *** Kini Viola merasakan bibir Jeff sudah memangut bibirnya. Kecupan itu sangat lembut, dan ia membalas kecupan Jeff. Bibir mereka saling menghisap satu sama lain, tidak hanya itu, mereka saling memainkan lidah bergantian. Viola mengalungkan tangannya ke leher Jeff, dan Jeff mengelus tengkuknya secara perlahandan tangannya yang lain memegang pinggangnya. Bibir itu masih menghisap, dan kini bibir mereka terasa hangat. Entah berapa lama posisi mereka saling mengecup seperti ini. Rasanya tidak ingin berhenti, memainkan lidah, menghisap, seolah tidak ada hari esok. Lama kelamaan bibir mereka ritemenya semakin cepat, nafas mereka saling beradu. Mereka sama-sama tidak ingin melepaskan kecupan. Jeff menarik tubuh Viola menuju tempat tidur tanpa melepaskan pangutannya. Oh Tuhan, ia tidak tahu seberapa lama ia tidak merasakan seperti ini. Jeff mengecup bibir Viola dengan cepat dan dalam. Jeff dan Viola hilang control, tangan Jeff aktif menelusuri tubuh Viola, ia sibuk mencari di mana letak resleting dress tanpa melepaskan pangutannya dan ia menemukannya. Jeff menarik resleting itu ke bawah. Jeff melepaskan pangutannya, lalu bibirnya beralih ke leher dan tengkuk. Hingga membuat Viola merinding. Viola memejamkan matanya menikmati sentuhan Jeff, ia mendesah ketika kecupan kecupan itu mulai menghisap dan memainkan lidah. Ia sudah meleleh, ia merasakan lagi bibir Jeff menghisap bibirnya lagi dengan lidahnya. Ia membuka mata dress nya kini sudah lolos di tangan Jeff. Hanya bra dan g-string yang tersisa. Jeff kembali menurunkan bibirnya ke tulang selangka, membuat kepala Viola pening karena terbakar gairah. Kedua tangan Jeff sudah menyentuh tubuhnya, dan mengelus perut ratanya. Ia kembali mendesah dan mengerang, ketika bibir Jeff menghisap kuat lehernya, membuat tanda kepemilikannya di sana. Kedua tangan Jeff memegang payudaranya, memijat dan meremas. Ia mengerang nikmat, Jeff kembali melumat bibir nya lalu melepaskan pengat bra milik Viola. Itu membuat Viola menggila. Bibir Jeff mulai menghisapnya perlahan dan bergantian di d**a. Jeff mendengar desahan-desahan dari bibir Viola, yang membuatnya semangat melakukannya. Bibir Jeff turun ke bawah, ia menarik g-string itu dan membuka tungkai kakinya. Jeff menatap tubuh polos Viola beberapa detika, menikmati keindahan di sana. Ia membuka kemeja yang ia kenakan, begitu juga dengan calanya secara sembarang. Kini mereka merasa comfetable dengan nakedness. Jeff memijat miss V itu secara perlahan. Jemarinya mengeksplor perineum, vulva, dan labia sambil memperhatikan reaksi Viola. Ia menyentuhnya dengan lembut dan pelan. Desahan nikmat lolos dari bibir Viola. Mungkin kebanyakan pria lebih suka dengan hentakan keras ketika melakukan seks seperti ini. Namun ia sebaliknya, memulai dari perlahan dan memijat. Lama kelamaan reaksi pasangannya terlihat, ia mulai semakin cepat memainkan fingernya. Sarah mengelinjang luar biasa, dan tubuhnya terhempas-hempas, ia tahu bahwa Sarah sudah mendaptkan o*****e pertamanya. “Better?” Tanya jeff. Viola mengangguk, “Yes.” Kemudian lidah Jeff menelusuri dinding miss V, membuat Viola mengerang tanpa henti. ia mengikuti alur zig-zag, ia mengisap beberapa spot dan titik. Rintihan keluar dari mulut Viola, kaki itu menegang dan mengeras, ia tahu bahwa pasangannya butuh pelampiasan. “Jeff, please,” ucap Viola memohon, karena ia butuh pelampiasan di dalam. Jeff menyungging senyum, ia lalu memasukan miliknya yang sudah berdiri tegak. Kini Jeff memompa dan mereka saling mendesah silih berganti. Viola benar-benar menikmati permainan Jeff. Jeff semakin cepat mengepush, dan Viola berteriak, ia kembali mendapatkan o*****e pertamanya. Rasanya sangat nikmat luar biasa. Jeff membalian tubuh Viola menjadi telungkup, memasukan miliknya lagi dari belakang, dan mulai bergerak kembali. Viola tidak bisa menjelaskan bagaimana nikmatnya permainan mereka malam ini. Ini sangat luar biasa. Jeff memompa semakin cepat namun ia belum nenuntaskannya. Jeff mengangkat kaki kanan Viola ke atas dan memasukan lagi miliknya lagi, Jeff mendorong dan memompa semakin cepat dan hentakan semakin keras. Hingga akhirnya eforia ketubuh menjadi satu. Viola berteriak dan tubuh Jeff menegang, kenikmatan sudah mereka rasakan. *** Jeff berbaring di samping Viola, mereka sudah melewati malam luar biasa yang begitu nikmat. Jeff meraih remote TV dan menekan tombol power. Ia menatap Sarah yang berada dalam pelukannya. Ia tahu bahwa bagaimana melihat Sarah o*****e berkali-kali. Jeff mengecup puncak kepala Viola, “Capek?” bisik Jeff. Viola menyungging senyum, “Sedikt.” “Apa tadi saya menyakiti kamu?” “No, enggak sama sekali. Justru saya sangat menikmatinya, kamu sangat luar biasa,” ucap Viola. Jeff mendengar itu sangat lega dan bahagia, “Kamu berapa saudara?” Tanya Viola. “Saya ada dua, namanya Steven.” “Apa dia pengusaha juga seperti kamu?” Tanya Viola. “Iya, dia punya usaha retail, kamu pasti mengenalnya. Karena dia beberapa berpacaran dengan artis ternama di negri ini.” “Owh, ya?” “Iya.” “Saya jarang nonton TV, jadi nggak terlalu tahu kabar terkini,” ucap Viola. Jeff tertawa, sehingga Viola merasakan getaran pada tubuhnya, “Sama, saya juga.” “Sarah.” “Iya, apa?” Jeff menatap iris mata itu, “Saya tidak ingin hubungan kita sampai di sini,” bisik Jeff. Viola tertawa, “Saya juga begitu.” “Tetaplah stay dengan saya.” Viola mengangkat kepalanya ia kini menatap Jeff, ia menyentuh rahang tegas itu, “Iya, saya maunya juga seperti itu, Jeff.” “Kamu tahu? Semakin dewasa seperti ini dan umur saya bisa dibilang tidak muda lagi, saya susah jatuh cinta. Saya lebih senang ketertarikan seperti ini, ngobrol nyambung, comfortable, menjadi diri sendiri, itu sudah cukup bagi saya.” “I feel to, Jeff.” Viola menarik nafas, “Mungkin sekarang, sulit rasanya saya masuk ke fase deep love, bukan susah, lebih ke arah lelah untuk memulai segalanya dari awal. If you want me to go, then I'll go.” “Semakin dewasa, kita semakin selektif memilih pasangan, standarnya bukan lagi cantik, tampan dan popular seperti remaja. Tapi ke arah memberikan kenyamanan. Saya lebih suka seperti ini, mengalir secara natural,” ucap Jeff menyentuh wajah Viola. “Saya tidak tahu, kamu punya pasangan atau tidak di luar sana. Saya tidak peduli akan hal itu. Yang pasti saya bahagia kamu sudah bersama saya.” Viola tertawa, “Kalau saya memiliki pasangan, saya tidak mungkin geser ke kanan, lalu match dengan kamu.” “Excalty.” “Kita nginap di sini ya, besok subuh kita pulang,” ucap Jeff. Viola mengangguk, “Iya.” ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD