bc

Sang Pembela

book_age16+
3.8K
FOLLOW
23.2K
READ
revenge
playboy
powerful
brave
sweet
humorous
campus
abuse
first love
lawyer
like
intro-logo
Blurb

Judul Lama: A DEFENDER

2nd STORY of SANG PEMENANG HATI The Series.

~ Disarankan baca TAKDIR KEDUA sebelum membaca cerita ini ~

Menjadi seorang yatim piatu yang dibuang tak pernah mudah bagi Meta. Tetapi sepertinya derita itu belum cukup baginya, baru merasakan jatuh cinta justru kekasih hati dengan jahatnya memperkosa dirinya. Kepedihan bertubi-tubi tak mampu ia hindari. Lengkap sudah jurnal deritanya ketika ia pun harus kehilangan janin dalam kandungannya.

Tak mampu menghadapi dunia, Meta pergi menghilang bak ditelan bumi. Ian yang sedari awal jatuh cinta pada Meta berusaha mencari keberadaannya. Tak perduli jika ia hanya akan dijadikan sandaran dan pelampiasan oleh perempuan itu.

Beberapa tahun kemudian mereka bersua kembali. Meta terlihat baik-baik saja, tapi Ian tahu bahwa Meta menyembunyikan duka kelamnya.

Perjalan berliku bagi seorang Ian mendapatkan cintanya. Terjatuh, terjerembab, bangkit, terhuyung hingga berdiri tegap. Juga perjalan hidup bagi Meta sebagai korban kekerasan seksual untuk bisa sembuh dari trauma panjangnya. Because love would never easy, isn't it? "You ask me why? Seriously? Trust me Ta, you are that worth!"

chap-preview
Free preview
PROLOG: MALAM TERAKHIR
Jakarta, enam belas tahun yang lalu. "Ian...." lirih Meta pelan, membangunkan Ian yang duduk tertidur di sampingnya. Bahkan pemuda itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Hari ini hari terakhir bagi siswa siswi angkatannya berseragam putih abu-abu, hari di mana pengambilan semua berkas pendidikan semisal ijasah, rapor, sertifikat nilai UAN - Ujian Akhir Nasional, dan surat-surat lainnya setelah mereka dinyatakan lulus Sekolah Menengah Atas sekitar satu bulan sebelumnya. "Hei Ta... Sudah bangun?" Ian menggenggam tangan Meta seraya mengusap lembut surainya. "Aku di mana?" Ian diam tak menjawab. Meta menyentuh pipi Ian yang terlihat lebam. Mengusapnya lembut. Ia tak mampu menahan derai air mata yang tiba-tiba mengalir begitu saja. "Ssshhhh, aku di sini. Aku nemenin kamu, Ta... Kamu bakalan sembuh. Tenang ya..." Meta masih saja menangis, ia tahu apa yang menyebabkan lebam di pipi Ian. "Kamu... Kamu tau?" lirih Meta di tengah isak tangisnya. Ian mengangguk lemah. "Ta, maaf aku ga bisa jagain kamu. Salahku sampai kamu mengalami ini. Harusnya aku berkeras diri melarang kamu pergi malam itu, Ta. Maafin aku. Dan bayi kamu... Bayi kamu udah ga ada, Ta." Meta semakin terisak. Menangis pilu. Ian membiarkannya, tak memberi kata penghibur, tak pula turut menangis. Ian diam, tak bersuara, hanya tangannya yang terus menghapus air mata di pipi Meta seraya mengusap lembut surai gadis itu. 'Ya Allah, Ta... baru dua bulan yang lalu kita ngerayain ulang tahun kamu yang ke-19, baru saat itu aku menyatakan perasaanku, dan sekarang keadaannya sudah seperti ini. Kenapa kamu ga bilang ke aku, Ta?' "Ian... aku mau pergi." Lamunan Ian terpecah kala mendengar lirih suara Meta. "Pergi? Kemana?" "Antar aku ya besok ke stasiun." "Kamu mau kemana, Ta?" "Ian masih sayang sama Meta?" Ian menatap Meta lekat. Bulir bening menerobos kedua sudut netranya. "Kalau aku ga sayang kamu, ngapain aku di sini?" "Tapi Meta kotor Yan." "Ta... Aku tau ceritanya. Kamu dikasih obat, Ta. Kamu ga salah." "Tapi itu ga merubah semuanya, Yan. Aku ga pantas buat cowo baik manapun. Termasuk kamu." "Ta..." "Kalau kamu ga bisa antar aku, biar aku pergi sendiri besok." "Bukan gitu, Ta." Meta diam, memalingkan wajahnya, enggan menatap Ian. "Ya udah, besok aku antar. Tapi bilang dulu kamu mau kemana?" "Jogja. Ada adiknya Ibu di sana. Aku mau bantu usahanya." "Adiknya Ibu panti?" Meta mengangguk. "Ta, di sini aja. Aku janji tiap hari bakalan dateng nyamper kamu. Kita belajar bareng untuk persiapan kuliah, kita kemana-mana sama-sama, aku dampingi kamu kemana pun, setiap hari. Nanti aku pulang kalau kamu sudah mau tidur. Aku bakalan jagain kamu, Ta. Aku janji." Meta menggeleng pelan. "Jangan paksa Meta, Yan..." Ian diam. Hatinya pedih melihat keadaan cinta pertamanya. Sebenarnya sudah berkali-kali Ian dengan lantang mengatakan agar Meta berhati-hati dengan pria yang berstatus pacarnya itu. Ian tau pasti bagaimana tabiat tak beres dari teman satu sekolah mereka itu. Sebelum bersama Meta, berkali-kali Ian bertemu dengan Arman yang sedang menyapukan tangannya menggerayangi tubuh perempuan yang berstatus kekasihnya, bahkan di muka umum. Ian sudah berkali-kali memperingatkan Meta, agar Meta tak bersama Arman, agar Meta memilih pria yang paham arti hubungan yang sopan dan sehat. Hanya saja, entah dikarenakan perasaan yang terlalu bahagia atau hal lainnya, Meta terus saja menampik nasihat Ian. Bahkan berkali-kali Meta meneriaki Ian karena membela pria b***t kekasihnya itu. Ian mendengus, menahan emosi sekuat tenaga, tak ingin membuat keadaan Meta menjadi semakin kacau. "Saat liburan, atau kapanpun saat aku kangen kamu, aku boleh main ke Jogja?" tanya Ian lembut. Meta mengangguk. "Ta, dengar aku... Apa yang terjadi pada kamu, ga lantas merubahmu jadi perempuan kotor. Kamu perempuan baik, Ta... Ini semua bukan kesalahan kamu. Jadi kumohon, berhentilah menyalahkan diri kamu sendiri. Oke?" Meta kembali terisak. "Satu lagi... Dengar Ian, Ta... Ian sayang sama Meta. Sayang banget Ta..."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
145.9K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

TERNODA

read
190.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook