Melihat wajah bahagia Savitri entah kenapa itu melukai hati Kenzo seperti saat ini, ucapan yang ia lontarkan tadi hanyalah respek karena rasa takutnya. Tapi nampaknya ucapannya tidak akan bisa ia tarik kembali.
Wajah Savitri yang nampak berbinar membuat air mata Kenzo hampir saja tumpah, pria itu berusaha untuk tetap tegar meskipun hatinya tidak setegar itu.
Kenzo memejamkan kedua matanya hingga anggukkan patuh itu pada akhirnya Kenzo lakukan.
Melihat anggukkan lemah Kenzo membuat Savitri menahan senyum, Wanita tua itu berusaha untuk menjaga sikapnya di depan cucu satu-satunya itu. Andai saja Kenzo tidak berada disini mungkin Savitri akan meloncat bahagia,
Melihat senyuman palsu Savitri membuat rasa muak di hati Anie semakin membesar, Anie benar-benar tidak menyangka bahwa keputusannya ternyata menyakiti banyak orang.
"Ken, kau tidak sedang membohongi Nenek kan?" Tanya Savitri dengan wajah lemah yang dibuat-buat saja.
"Tentu saja tidak Nek, jika Nenek sembuh maka Kenzo akan menikahi pilihan Nenek," Jawaban serius Kenzo membungkam Anie, perasaan gadis itu nampaknya sangat hancur sama seperti Kakak tetuanya saat ini.
"Maafkan Anie, Kak. Tolong ampuni aku Tuhan," Batin Anie saat bayangan dirinya dengan Savitri kembali terlintas dipikirannya.
*****
Flashback On
Beberapa hari yang lalu Savitri meminta Anie untuk membantu dirinya untuk melancarkan kebohongannya.
Awalnya Anie menolak keras permintaan sang Nenek, tapi sayangnya penolakan Anie berujung dengan ancaman Savitri terhadap hubungannya dengan Arjun, kekasih yang sangat Anie cintai.
Sebenarnya hubungannya dengan Arjun pun tidak mendapatkan restu, tapi sayangnya. Anie terlalu mencintai Arjun sehingga penolakan Savitri tetap saja tidak gadis itu gubris.
Hingga Savitri memberikan dirinya satu penawaran yang memang sangat mengiurkan.
Savitri mengatakan bahwa ia akan merestui hubungannya dengan Arjun asalnya Anie mau menuruti permintaan Savitri.
Awalnya Anie tentu saja menerimanya, tapi saat tahu apa rencana busuk Savitri, Anie sangat ingin menolak tapi Ancaman Savitri yang tidaklah main-main pada akhirnya membungkam gadis itu.
Anie dengan sangat terpaksa menuruti permintaan Savitri untuk melancarkan sandiwaranya.
Hingga kini sandiwara itu membawakan hasil yang memuaskan tapi juga membawa Anie dalam sebuah penyesalan, penyesalan yang tidak mungkin bisa Anie abaikan lagi.
Ialah menyebabkan kehancuran rumah tangga kakaknya sendiri, hanya karena ego sesaatnya Anie kini merasakan rasa bersalah yang amat begitu dalam.
Flashback Off
****
Anie menatap kecewa pada sikap jahat Savitri terhadap cucu kesayangannya sendiri.
Hingga setengah jam kemudian Dokter keluarga Julian telah datang, dirinya segera menuju kamar Savitri untuk memeriksa keadaan Savitri.
"Dokter Frans, tolong Nenek saya Dok. Karena tiba - tiba jantung Nenek kami kembali kambuh lagi," Kata Anie dengan nada cemas sama seperti yang dirasakan oleh Kenzo.
"Baik Nona Anie. Saya akan memeriksa keadaan Nyonya Savitri terlebih dulu," Kata Dokter Frans dengan nada sopan.
"Bagaimana keadaan Nenek saya Dok?" Pertanyaan bernada cemas datang dari mulut Kenzo.
"Keadaan Nyonya Savitri sangat mengkhawatirkan, mengingat usia Nyonya Savitri tidak lagi muda hal itu jelas sangat membahayakan untuk Nenek anda, jadi saya sarankan untuk tidak membuat beliau semakin banyak pikiran." Ujar Dokter Frans yang terlihat sangat menyakinkan.
Anie tanpa sadar tersenyum miris ternyata rencana yang dibuat oleh Savitri sangatlah mulus..
Dari Dokter keluarga pun Savitri mintai pertolongan yang berujung kebohongan.
"Nenek benar-benar gak punya hati," Batin Anie menahan rasa sesak dihatinya.
Lain hal dengan Kenzo yang sangat terkejut saat mengetahui kondisi yang saat ini Savitri rasakan.
"Baiklah saya mengerti," Jawab Kenzo yang kembali duduk di sisi tempat tidur Savitri." Dek, bisa tolong antarkan Dokter Frans sampai ke pintu keluar," Permintaan Kenzo di angguki oleh Anie.
Anie mengantarkan Dokter Frans hingga sampai ke pintu keluar.
"Kenapa Om melakukan kebohongan ini?" Pertanyaan Anie yang tiba-tiba justru dibalas senyuman dari Dokter Frans.
"Maafkan Om, Anie. Om melakukan ini karena permintaan Nenekmu. Awalnya Om menolak tapi melihat kesedihan Nenekmu membuat Om terpaksa berbohong," Jujur Dokter Frans.
Anie menundukkan kepalanya menahan tangis.
"Anie gak pernah berpikir bahwa Nenek akan tega melakukan hal sekotor ini bahkan Anie pun harus dipaksa melakukan hal yang sebenarnya tidaklah benar. Anie hanya bisa berdoa semoga kebohongan Nenek tidak berujung menjadi kenyataan," Kata Anie membuat Dokter Frans ikut bersedih.
"Om juga awalnya keberatan tapi kamu tahu sendiri bagaimana sikap keras kepala Nenekmu itu,"
Anie jelas tahu bagaimana sikap buruk Savitri selama ini.
"Om pulang dulu ya!" Pamit Dokter Frans yang langsung di angguki oleh Anie.
Anie melangkah kembali ke kamar Savitri berada, disana bisa Anie lihat betapa cemasnya sang Kakaknya terhadap Savitri.
"Nek. Nenek harus berjanji sama Kenzo untuk berusaha sembuh, karena Kenzo gak mau kehilangan Nenek, cukup papa dan Mama saja yang pergi tapi jangan Nenek." Kata Kenzo yang mengenggam lembut tangan tua Savitri.
"Nenek pasti akan sembuh kalau kau sudah menikah dengan Rena. Kamu jelas tahu impian terbesar Nenek bukan?" Ucapan Savitri kembali mengingatkan Kenzo pada ucapannya tadi.
Kenzo menatap miris pada dirinya sendiri, keadaan ini yang membuat Kenzo berada di lingkaran yang amat menyulitkan untuk dirinya.
Begitupun Anie yang paham akan kesedihan sang Kakak.
"Ken. Kamu gak berniat membohongi Nenek kan?" Selidik Savitri takut saja Kenzo berubah pikiran.
"Tentu saja tidak Nek," Jawab Kenzo, hingga suara deringan ponsel menghentikan obrolan mereka.
"Alie!" Kenzo menatap sang pemanggilan yang tidak lain adalah sang isteri tercinta.
Mendengar nama Alie disebut tentu saja membuat Savitri menahan rasa kesalnya.
"Untuk apa wanita kampung itu menelepon mu?" Sinis Savitri saat mengucapkan hal itu. Membuat Kenzo sebisa mungkin untuk tetap menahan kemarahannya.
Karena jelas Kenzo tidak ingin melihat Savitri kembali drop hanya karena perlawanannya itu.
"Hallo. Alie, ada apa? Kenapa meneleponku?" Pertanyaan Kenzo dibalas helaan nafas dari ujung sana.
"Seharusnya aku yang bertanya kenapa, kenapa kau tidak menghubungiku saat sampai di sana Ken? Kau tahu aku khawatir padamu," Kata Alie dengan nada cemasnya.
Sekilas hal itu membuat Kenzo kembali diliputi oleh rasa bersalahnya pada Alie.
"Maafkan aku sayang, aku lupa mengabarkan dirimu karena tadi aku terlalu sibuk menjaga Nenek yang tengah sakit," Ucap Kenzo yang berusaha agar nadanya tidak bergetar.
"Oh. Baiklah Ken, aku mengerti. Titip salam untuk Nenek dan juga Anie ya. Oh iya Ken, kapan kau pulang? Aku sangat merindukan dirimu padahal kita baru beberapa jam tidak berjumpa," perkataan manja Alie sekilas sedikit menghilangkan beban di pundaknya.
"Aku juga. Jaga dirimu disana aku akan pulang malam ini," Kata Kenzo dibalas anggukan patuh dari Alie, meskipun Kenzo tidak melihatnya.
"Oke suamiku. I Love You."
"I Love you too." Balasan Kenzo membuat Savitri memutar kedua bola matanya dengan jengah.
Setelah panggilan teleponnya telah terputus Savitri kembali berkomentar.
"Ngapain wanita kampung itu menelpon mu? Pasti dia takut jika masangnya sampai terlepas dari genggamannya." Sinis Savitri.
"Nek. Alie bukan wanita seperti itu, Alie adalah wanita baik-baik yang pernah ke...!!!
"Sudah. Berhenti memuji wanita miskin itu, ingat Ken. Ingat akan janjimu pada Nenek, TINGGALKAN wanita itu jika kau masih ingin melihat Nenek tetap hidup. Lagian, kau harus secepatnya menceraikan wanita itu karena Minggu depan kau akan segera menikah dengan Rena," Ucapan Savitri jelas mengagetkan Kenzo.
"Apa? Nenek gak bercanda kan?" Tanya Kenzo yang masih ragu akan keputusan tiba-tiba Savitri.
"Tentu saja tidak Ken. Nenek sudah membicarakan pernikahan kalian dari jauh-jauh hari, jadi Nenek mau kamu segera menceraikan wanita tidak tahu diri itu. Karena Minggu depan kau akan segera menikah, jadi Nenek tidak ingin mendengarkan drama murahan dari wanita itu." Kata Savitri final.
Keputusan Savitri benar-benar sangat menyakiti hati Kenzo, pria itu benar-benar berada di dalam situasi sama-sama menyulitkan untuk dirinya.
Savitri kembali memasang wajah kesakitan membuat Kenzo dibuat ketakutan.
"Baiklah Nek. Kenzo akan segera menceraikan Alie, tapi tolong berikan Ken waktu untuk melakukannya."
"Waktu? Ken, untuk apa kau membutuhkan waktu cukup ceraikan wanita kampung itu dan semuanya akan kembali seperti sediakala," Tegas Savitri yang tidak ingin sampai cucunya berubah pikiran.
Bisa mati dia jika Kenzo sampai berubah pikiran. Tidak, Savitri tidak akan pernah membiarkan itu terjadi." Atau kau lebih suka jika melihat aku mati," Ucapan Savitri dibalas gelengan kepala dari Kenzo.
Kenzo mengepalkan kedua tangannya dengan hati miris hal itu jelas semakin menyakiti Anie yang notabenenya juga menjadi penyebab kehancuran rumah tangga sang Kakak.
"Maafkan Anie Kak, ampuni aku Tuhan," Isak kecil dari dalam hati Anie yang ikut sakit melihat nasib percintaan sang Kakak yang harus berakhir karena keegoisan Nenek mereka.
"Nek, berhenti berbicara hal yang tidak-tidak. Kenzo gak suka." Kenzo mencoba untuk berbicara lembut agar suasana hati sang Nenek tidak semakin drop.
Lagian Kenzo tidak mau sampai Savitri kenapa-kenapa hanya karena sikap kerasnya itu.
"Nenek sebenarnya tidak mau berbicara seperti itu. Tapi kamu yang membuat Nenek jadi seperti saat ini," Ujar Savitri dengan wajah yang dibuat-buat se-menyedihkan mungkin.
Hal itu membuat Anie mengepalkan kedua tangannya menahan untuk tidak membentak Savitri, mengingat Savitri adalah orang yang sudah merawat mereka.
Meskipun jujur saja Anie sangat kecewa pada sikap egois Savitri yang tidak memiliki hati lagi.
Bisa-bisanya Savitri tega memisahkan Kenzo dan Alie, padahal Savitri tahu sendiri bahwa Kenzo begitu mencintai Alie lebih dari apapun.
"Kak, sebaiknya kita keluar mungkin Nenek butuh istirahat," Perkataan Anie dibalas anggukan dari Kenzo, Kenzo dan Anie keluar dari kamar Savitri meninggalkan Savitri dengan senyuman kemenangannya.
"Akhirnya aku berhasil menyingkirkan wanita kampung itu. CK, hampir saja harta kekayaan Julian direbut oleh wanita kampung itu," Pikir Savitri sambil kembali berbaring dengan senyuman bahagianya.
****
Setelah keluar dari kamar Savitri kini Anie menghadang langkah kaki sang Kakak.
"Kak, apa Kakak yakin ini berpisah dengan Kak Alie? Apa Kakak sanggup menyakiti hati Kak Alie hanya demi keegoisan Nenek?" Pertanyaan Anie dibalas gelengan tidak semangat Kenzo.
"Sejujurnya Kakak tidak mau melakukannya Tapi keadaan yang membuat Kakak tidak mampu untuk menolak permintaan Nenek, Lagian kau pun tahu jika sejak kecil kita sudah dijaga dan dirawat oleh Nenek. Jika bukan karena beliau kita tidak mungkin bisa seperti saat ini." Kata Kenzo.
"Tapi Kakak harus memikirkan nasib Kak Alie, Kak Alie pasti akan kecewa jika kakak sampai mengkhianati cintanya!'
"Lalu aku harus apa Anie. Kakak benar-benar berada di pilihan yang sama-sama sulit disini. Lagian. Nenek saat ini tidaklah baik-baik saja, jika sampai Kakak berubah pikiran maka sudah dipastikan bahwa kondisi Nenek akan kembali memburuk." Ungkap Kenzo dengan hati miris.
"Kak sebenarnya Nenek gak sa...?!! Anie menghentikan ucapannya hal itu tentu saja memancing rasa ingin tahu Kenzo.
"Apanya gak sa....?" Tanya Kenzo dibalas gelengan kepala dari Anie.
"Gak apa-apa kok Kak, tadi Anie hanya salah berbicara saja. Oh iya sebaiknya Kakak segera kembali bersama Kak Alie. Lagian. Hari sudah sore dan mungkin Kakak akan sampai di malam hari. Kalau begitu Anie ke kamar Anie dulu ya Kak," Pamit Anie yang ingin segera menjauh dari sang Kakak. Mengingat Anie tidak mau sampai ia membocorkan kebohongan sang Nenek dan Savitri akan murka pada dirinya.
Melihat kepergian Anie, Kenzo kembali mendesak pasrah kini ia berada di situasi dan pilihan yang amat sulit.
"Bagaimana caranya aku mengatakan hal ini pada Alie? Bagaimana caranya aku meninggalkan wanita yang aku cintai, sedangkan pernikahan kami berdua disadari oleh cinta." Kenzo dengan langkah beratnya meninggalkan kediaman Julian, pria itu sengaja mengambil penerbangan di hari itu juga. Niat Kenzo adalah menemui dan memeluk Alie, mungkin saja pertemuan mereka akan segera berakhir.
Kenzo bahkan sudah menyuruh seorang pengacara untuk menyiapkan surat perceraiannya dengan Alie.
Meskipun berat tapi Kenzo harus tetap menceraikan Alie sesuai keinginan Savitri.
Pria itu segera melangkah menuju bandara untuk segera kembali pada sang istri yang mungkin sudah menunggu dirinya.
******
Lain hal dengan Anie yang kembali menangis di dalam kamar, gadis itu nampaknya sangat terluka akan nasib rumah tangga sang Kakak yang harus berakhir karena keegoisan mereka. Tentunya ia juga berada di balik keegoisan Savitri.
Anie mencengkram erat dress selututnya. Hanya demi mendapatkan restu dari Savitri, Anie rela mengorbankan kebahagian sang Kakak.
Awalnya Anie tidak berbeda jauh dengan Kenzo, Savitri menentang hubungannya dengan Arjun hanya karena lelaki itu tidak berasal dari keluarga terpandang. Tapi Anie tetap kekeh untuk mempertahankan Arjun meskipun ia harus mengorbankan hati sang Kakak. Tapi siapa yang tahu jika perbuatannya justru menyakiti hatinya juga.
Secara tidak langsung ia juga ikut menjadi penyebab kehancuran rumah tangga Kenzo yang baru saja ingin Alie dan Kenzo mulai.
Anie menatap seduh pada bingkai foto Kenzo, hatinya miris saat harus memilih. Memilih kebahagiaan sang Kakak atau kebahagiaannya sendiri, sayangnya Anie memilih egois demi bisa bersama dengan Arjun.
"Maafkan Anie. Ampuni Anie Kak, maaf karena Anie Kakak jadi menderita," Gadis itu kembali menangis meraung-raung akan setiap perbuatannya.
Perbuatan yang baru saja ia sadari setelah semuanya sudah terjadi. Anie benar-benar menyesali semua yang telah ia perbuat.
TBC,