Di recokin, di gangguin udah berbulan-bulan. Tiba-tiba dia ga gitu lagi sama lo. Dan lo merasa kayak ada yang hilang. Artinya lo sebenernya nyaman sama dia. Simple.
- Galea
Sepi. Kata itulah yang pertama kali muncul tatkala Rara dan Zaki kembali ke kelas karena jam pelajar telah di mulai. Bukan sepi karena tak ada Rara, bukan. Tapi kali ini sepi karena Alea tak lagi bertanya apa-apa juga tak merecoki apa yang gue lakuin. Karena sekarang, dari ekor mata gue yang ngelirik ke arahnya, dia lebih sibuk mainin hapenya.
Haha! Lo harusnya seneng Gen! Iya. Gue seneng dong ga ada lagi yang ngerecokin gue pagi-pagi buta kayak gini. Gue lantas mengangguk-angguk dengan senyuman kemenangan, hingga guru sejarah, Pak Benny masuk kelas, tiba-tiba Alea langsung rusuh membuka-buka tasnya.
"Eh, paper Alea mana ya?" gumamnya panik, mengaduk-aduk isi tasnya, membuat gue refleks noleh.
"Lupa?" tanya gue, yang hanya di balas dengan gelengan, lebih tepatnya seolah tak mengacuhkan gue.
Gue cuma menghela napas pelan, lalu memilih mengeluarkan tugas paper gue. "Cerob—"
"Pak, Alea ga bawa tugas papernya." Alea langsung mengangkat tangan, membuat gue belum sempat menyelesaikan kata 'ceroboh' yang tadi akan gue ucap.
Bahaya, Pak Benny merupakan guru yang tidak ada toleransi akan keteledoran tugas.
"Saya juga Pak!" Gue langsung ikut mengangkat tangan, membuat Alea spontan membolakan matanya dan mengernyit heran.
Jangan tanya kenapa gue ngelakuin ini, gue juga gatau kenapa. Dan ini pertama kalinya dalam hidup persekolahan gue, gue di hukum di luar kelas.
Sekali lagi, jangan tanya gue kenapa ngelakuin itu! Gue juga gatau!
"Genta kan bawa papernya. Tadi Alea liat kok. Kenapa Genta bilang ga bawa?"
Gue refleks ngedikkin bahu. "Cuma pengen nemenin cewek cerob—"
"Gen?" Alea langsung memotong kalimat gue, membuat gue lagi-lagi tak sempat menyelesaikan kata 'ceroboh'.
Bentar, mungkinkah Alea marah karena gue terus-terus ngatain dia cewek ceroboh gitu? Tapi dia emang ceroboh kan? Terus salah gue di mana?
"Bisa berhenti nggak ngatain Alea ceroboh?"
Dahi gue refleks mengernyit. Tebakan gue bener! Lantas, gue langsung menghela napas kasar. "Tumben sms gue udah jarang di bales sekarang. Padahal lo online," ucap gue, mengalihkan topik. Karena baiklah, mungkin dari sekarang gue ga perlu ngatain Alea ceroboh, toh Alea juga manusia biasa yang bakal sakit hati kalo di katain terus-terusan.
Tiba-tiba, Alea natap gue seksama, yang entah kenapa bikin gue kikuk tiba-tiba.
"Genta nungguin balesan chat dari Alea ya?" tanyanya, kembali ke aura seorang Alea yang menyebalkan seperti biasa.
Sial! Salah ngomong gue.
Gue diam, Alea juga ikut-ikutan diam. Udahlah ya, gue langsung ngambil handphone gue di saku, dan Alea juga ikut-ikutan ngambil handphonenya.
Fiks, mulai hari ini dan hari-hari selanjutnya ga bakal ada lagi yang namanya ocehan Alea, tembak-menembak Alea ke gue, kerecokan Alea ke gue, ga-bakal-ada-lagi.
Alhamdulillah.
"Chat, nggak. Chat, nggak," gumam gue yang insya Allah kaga kedengeran sama Alea.
Iya, sekarang gue lagi galau, mau ngechat Rara atau nggak, soalnya gabut banget sumpah. Ini lagi, Aleanya ga ngajak gue ngobrol atau apa kek, biar ga krik krik banget.
Lagi-lagi gue ngelirik Alea, dan ga sengaja keliat ruang chatnya. Zaki.
Hell! Gue refleks ngedengus, pas ngeliat Alea senyum-senyum karena balasan dari Zaki yang nanyain dia kenapa bisa berdiri di depan kelas pas jam pelajaran.
Seneng lo? Seneng? Sana, cepet-cepet official biar gue bisa minta peje. Ck!
Sekali lagi, gue nyuri lirik ke ruang chat mereka berdua, dan ngeliat balasan Zaki yang ngajak Alea jalan akhir pekan nanti, dan si cewek gendut di samping gue dengan senyum sumringahnya yang ngeselin itu ga pakek mikir dua kali langsung ngetik 'iya mau'.
Ck! Gue juga bisa dong ngajak Rara. Liat aja!
Lantas, gue langsung beralih lagi ke handphone gue yang sepinya macam kuburan aja. Ga ding, banyak cewek yang ngechat gue duluan, tapi gue skip aja, secara gue males ngurusin hal-hal ga guna kayak gitu.
"Chat, nggak. Chat, nggak." Gue lagi menimang-nimang dalam gumaman untuk mengechat Rara atau tidak.
"Chat aja!" putus gue akhirnya.
To: Masa Depan Cerah
[Masih di kelas?]
[y]
[Gue ganggu yak? Hehe]
[BGT]
[Ganggu bentar deh ya. Mau nanya, lo lowong ga nanti sabtu?]
[G tw. Knp?]
[Mau jalan, Ra?]
[Eh bntr. Kyknya w krkm dh]
[Pas lo pulang kerkom deh ya?]
[G ush. W cpk]
[Ra, gue harap lo kasih kesempatan buat noleh ke arah gue sekali aja. Apapun yang lo pinta, insya Allah gue bakal usahain kok :) ]
[read]
Ya Allah, tarik napas buang aja gue. Positif thinking aja, mungkin kelasnya udah ada guru, makanya dia cuma sempet ngeread doang.
"Semangat Genta! Semangat!" gumam gue lagi, yang nyatanya ga menarik perhatian Alea sama sekali yang masih sibuk tersenyum ke arah handphonenya.
Gue juga ikut-ikutan senyum ke arah handphone gue. Senyum miris.
...
Sehabis istirahat, entah kenapa Rara dateng ke kelas gue dan ngajak gue ngobrol tentang nyuruh Alea buat pindah tempat duduk dari samping gue. Dan saat itu pula Alea datang ke kelas dengan sekantong plastik penuh jajanan seperti biasanya, juga es kiko yang menggantung di belah bibirnya. Persis kayak anak TK abis jajan.
"Lo kenapa sih Ra?" tanya gue dengan kernyitan penuh pada kening, masih tak mengerti dengan permintaan sepihak Rara. Yang di tanya malah berdiri dan melenggang keluar.
"Ra!" panggil gue yang tak mendapatkan gubrisan sama sekali, dan saat itu gue menatap Alea dari ekor mata, yang seolah menunggu benar Rara beranjak dari tempat duduknya yang barusan di duduki Rara.
'Lo, kalo beneran suka sama gue, pindah tempat duduk dari samping Alea, atau lo yang nyuruh Alea pindah tempat duduk dari samping lo.'
Gue refleks lagi-lagi mengacak puncak kepala gue kasar, akan permintaan Rara. Entah kenapa gue merasa ga setuju aja, soalnya pasti Alea bakal sakit hati kan sama perlakuan gue? Cukup dengan kelakuan gue yang selalu ketus dan nyuekin dia, tidak dengan sampai menyuruh dia pindah tempat duduk.
"Al?"
"Hm?"
Astaghfirullah, Genta ganteng tidak tega teman-teman.
Little side stroy from this chapter
...(1)
~ New Message ~
Cowok Pengganggu
Lagi ngapain, Ra?
Lg bkn tgs.
Lo singkat-singkat amat gitu jawabnya. Hehehe..
Y
Boleh nelpon ga?
Dah d blg gw lg BELAJAR
Oh oke. Maaf kalo ganggu. Semangat Raa!
[Read]
Gentang menghela nafasnya kasar melihat centang dua berwarna biru itu.
"Seenggaknya gue cowok pertama yang dapet nomornya Rara. Semangat Genta!!" ujarnya mengemangati dirinya sendiri.
Iseng, Genta membuka wa story Alea yang sedikit menarik perhatiannya.
* Alea memakai dress putih dan crown bunga
Kata Zaki cantik, kaya bebek
Taken by --> Zaki lah!!
"Tumben ga ngechat gue," gumam Genta tanpa sadar menatap terlalu lama kearah foto Alea.
...(2)
"Minta foto-foto yang kemaren ya, Zak!" Alea memekik dari pintu kelasnya sambil melambaikan tangannya kearah Zaki. Mereka pergi bareng betewe.
"Iyaa bebek!" balas Zaki. Membuat Alea mengerucutkan bibirnya lalu tertawa, kemudian melangkah masuk kedalam kelas.
Di kursinya ternyata ditempati oleh Rara yang sedang mengobrol dengan Genta.
Alea memilih duduk di kursi sebelahnya yang kosong, lalu membuka-buka buku.
Saat Rara pergilah baru Alea duduk di kursi samping Genta.
"Ekhmm.." Genta berdeham, membuat Alea menoleh sebentar, setelahnya beralih lagi kebuku yang dibacanya.
Aih, Genta sekarang mainkan jari-jarinya. Seperti menunggu sesuatu.
Yang ditunggu sepertinya tak acuh.
Kasian kamu, Genta.
"Cantik. Eh!" Genta langsung mengusap kepalanya dan menunduk, merutuki keceplosannya karena malah teringat dengan foto wa story Alea semalam.
"Rara? Iya dia cantik banget," ujar Alea lalu kembali sibuk pada bukunya.
Genta menghembuskan nafasnya kasar.
"Ck!"
"Hm?" Alea menyatukan kedua bibirnya membentuk garis tipis, dan menaikkan kedua alisnya, bertanya.
"Anu, it--"
Kriingg... Bel berbunyi.
"Gajadi," ujar Genta akhirnya, yang hanya disambut anggukan Alea.
...
Anu :v ya, Genta?
...(3)
"Argghh..." Genta mengusap-usap tengkuknya. "Chat enggak, chat enggak?!" Sedari tadi ia menggumamkan dua kata itu.
"Dia pasti belajar," akhirnya Genta berucap lesu.
Genta juga sedang tak fokus belajar. Ia lalu membuka-buka album foto di hapenya.
"Alea," gumamnya. Entah sadar atau tidak, Genta ternyata men-screenshoot foto wa story Alea kemarin.
~ New message ~
Sebuah bunyi notifikasi chatting tiba-tiba mengejutkan Genta. Dengan cepat ia keluar dari aplikasi album foto, harap-harap cemas kalau yang mengechat dia adalah, Alea.
Kok malah Alea sih. - batinnya.
"Terserah deh!"
~ New message ~
Roni
Gen, utang lu kemaren jangan lupa besok ya bayarnya. Gue lagi butuh banget. Peluk cium, Roni Nguahahaha...
"Anying! Cuma lima ribu doang t*i!" maki Genta.
...
Ciyee, yang kehilangan
...(4)
Mereka berdua hanya diam sedari tadi, sibuk memainkan ponselnya.
Sampai guru sejarah, Pak Benny masuk kelas barulah Alea teringat lupa membawa tugas paper-nya.
"Eh, paper gue mana ya?" Alea mulai terlihat panik mengaduk-aduk isi tasnya. Lantas Genta menoleh.
"Lupa?"
Alea hanya menggeleng, lebih tepatnya tak mengacuhkan.
"Cerob--" belum sempat Genta menyelesaikan kalimatnya, Alea langsung berseru, "Pak, saya ga bawa paper-nya."
"Saya juga Pak," tiba-tiba Genta ikut mengangkat tangannya membuat Alea menatap heran.
Akhirnya, mereka berdua dihukum berdiri di luar kelas.
"Lo kan bawa paper-nya?"
Genta mengedikkan bahunya, "Cuma pengen nemenin cewek cerob--"
"Gen?" potong Alea.
"Hm?" Genta menatap kearah Alea disebelahnya.
"Bisa berenti ngatain gue ceroboh nggak?"
Genta menggaruk tengkuknya, "Tumben ga sms gue semalem?" tanya Genta dengan senyum lebarnya - mengalihkan pembicaraan.
Kali ini Alea benar-benar menatap Genta seksama, "Lo nungguin chat dari gue, ya?
"Eh!" Genta membelalakkan matanya.
Aih, salah ngomong gue.
...(5)
~ New Message ~
Cowok Pengganggu
Ra. Lu lowong ga nanti sabtu?
G tw. Knp?
Mau jalan, Ra?
Eh bntr. Kykny gw kerkom deh.
Pas lu pulang kerkom deh, ya?
G ush. Gw cpek.
Ra, gue harap lo kasih kesempatan buat noleh kearah gue sekali aja. Apapun yang lo pinta, Insya Allah gue bakal usahain. ☺
[Read]
Genta menghela nafasnya melihat centang biru dua itu. "Kena karma ya gue? Haha.." Genta terkekeh hambar. "Mangatze Genta!" Genta mengepalkan tangannya - menyemangati dirinya sendiri.
...
Ada yang menatap sepenuh hati, ditinggalkan. Ada yang menetap bermain hati, ditinggikan.
- Fiersa Besari