14

1293 Words

Aku tersenyum sampai ingin tertawa saat melihat Rifani meminumnya dengan ekspresi jijik lalu, hu-eeek. Dia membekap bibirnya dengan cepat, menelan ludah dengan susah payah seperti mau muntah dan kembali membekap bibirnya lagi. Bang Rivan menatapnya dengan ekspresi bergidik, membuatku tersenyum sendiri. Seolah tak tahu tentang teh yang yang diludahi Rifani, kutarik gelas dari tangannya lalu mengulurkannya ke arah Bang Rivan. "Minum, Bang," kataku sambil mengernyit, pura-pura heran karena bukannya segera menerima gelas yang kuulurkan, Bang Rivan hanya diam saja. Bapak menatap Bang Rivan dengan kening berkerut, ibu juga terlihat heran. Bang Rivan menghela napas panjang, akhirnya meraih gelas dari tanganku. Tapi ia hanya memandanginya saja. Rifani memandang Bang Rivan terlihat merasa bersal

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD