Rangga pov

1437 Words
Mengenakan gaun yang indah, dekorasi yang luas dan cantik, paket serahan yang lengkap serta para tamu undangan yang ramai merupakan impian pesta pernikahan bagi setiap perempuan. Termasuk aku sendiri. Apalagi jika menikah dengan orang yang kita cintai, sudah tidak dapat diragukan lagi jika itu adalah poin utamanya. Namun semua mimpiku telah sirna, semuanya hancur berantakan. Tidak ada gaun indah apalagi dekorasi, bahkan hanya segelintir orang yang hadir hanya untuk menjadi saksi. Di hari ini, detik ini. Aku menikah dengan Vian pranata. Ya, pria yang merupakan ayah dari anak yang sudah tumbuh dirahimku juga seorang pria b******k yang telah menghianati kekasihnya setelah ia nodai. Vian beranjak setelah akad, ayah memanggil dan mencoba menghentikannya. “Vian! Begitukah caramu memperlakukan Putriku!” Bentak ayah membuat Vian langsung menghentikan langkahnya. Pria itu berbalik dan menarik tanganku kasar. “Nak! Kamu mau kemana? Tinggalah bersama Papa.” Tutur Bram. Ya, Ayah Vian sudah mengetahui hal ini karena ayahku langsung menghubunginya dan meminta pertanggung jawaban. Ayah Vian menerima dengan syarat pernikahan ini di sembunyikan dan tidak ada siapapun yang tahu selain yang hadir hari ini. Penghulu, orangtuaku, Ayah Vian dan Pak Rangga. Dosenku itu terus mengikut, aku menatap wajahnya yang dingin. Aku tahu, dia pasti sangat kecewa padaku. Dulu, dia pernah berkata jika aku akan menjadi apa saja yang aku inginkan karena aku rajin dan pintar. Namun aku telah mematahkan kepercayaannya, bukan membuatnya bangga, aku malah membuatnya kecewa dan malu karena mempunyai mahasiswi sepertiku. “Aku akan tinggal di Apartemenku.” Jawab Vian kemudian melenggang pergi meninggalkan semua orang yang menatap kepergiku dan Vian dengan tatapan iba. Rangga pov on. Mataku menatap gadis cantik jelita yang sedang berdiri di depan kelas. Dia menjawab seluruh pertanyaaku dengan mudah, tanpa ragu bahkan tanpa catatan sedikitpun di tangannya. Tak hanya cantic dan pintar, gadis itu juga ternyata memiliki attitude yang sempurna. “Permisi.” Ujarnya ramah ketika melewati teman sebangkunya. Aku terus memandanginya, sangat damai dan menenangkan jiwa. Ah sial! Andai saja aku tahu ada mahasiswi semenarik dia sejak awal, aku tidak akan menolak perintah dad untuk mengurus kampus ini. Ya, aku mengajar di kampus ini atas perintah daddy satu minggu yang lalu. Karena pihak dalam kampus yang dicurigai berbuat korupsi dan pelecehan terhadap mahasiswi di kampus ini, dad memintaku untuk mencari tau langsung dalang dari bobroknya mahasiswa disini. Awalnya aku menolak, karena ini hanyalah masalah kecil yang tentu saja bisa diselesaikan dengan mudah oleh Ray, Sekertarisku. Lagipula, perusahaanku lebih penting dari pada kampus kecil ini. Namun dad mengotot dan mengancam akan menikahkanku dengan wanita yang paling tidak aku sukai, dan dengan terpaksa aku menerima permintaannya dan berpura-pura menjadi pengajar biasa disana. Selama seminggu ini aku terus mengikuti setiap kegiatan gadis cantik itu, ah gila memang! Aku yang sudah berusia 35 tahun menyukai gadis kecil cantik jelita yang masih berusia 20 tahunan. Ah masa bodo dengan hal itu! Aku terus mengamati gadis itu. Biasanya, aku hanya tinggal menyuruh Ray untuk melakukan ha ini. Namun dad lagi-lagi menyuruhku untuk bekerja sendiri tanpa bantuan Ray. Ah sial! Aku jadi bisa merasakan susahnya Rey menjalani semua perintahku. “Ah Ray, ku akui kau memang pintar sekarang.” Gumamku masih mencari gadis yang kutahu namanya Nadia Arfahina itu menghilang. Awalnya aku tak sengaja melihat dia dijalan tadi, namun karena telpon dad membuatku kehilangan jejaknya. Di hari selanjutnya, karena rasa penasaran aku kembali ke lingkungan itu. Tempat dimana gadis cantic itu keluar dan … “Yes!” Benar saja dia keluar dari sebuah rumah berlantai dua, tapi tidak sendiri. Kali ini dia keluar dengan seorang wanita. Aku menduga jika itu sahabatnya karena mereka terlihat sangat akrab. Aku terus membuntutinya, mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan, hingga pada akhirnya kakinya mendarat pada sebuah bangunan yang sering aktif di malam hari. Bau khas tempat itu langsung menyerang penciumanku. “Club?” Keningku berkerut. Gadis cantik yang ku kagumi selama seminggu ini ternyata suka ke club? Tapi tunggu, Hana memberitahu jika Nadia bukanlah gadis yang liar. Nadia adalah gadis yang hanya senang membaca buku dan mendesign. Hana adalah anak pembantu di apartemenku, Hana juga merupakan mahasiswi dikampus yang juga merupakan teman Nadia, hanya Hana yang tahu jika Rangga hanya menyamar dan sedang menjalankan misi. Karena penasaran, aku terus membuntutinya. Aku sudah tidak asing dengan tempat ini, Aku bahkan tahu siapa pemilik Club ini. Ujung bibirku tertarik, aku sangat senang ketika tahu bahwa Nadiaku hanya mengantar temannya ketempat ini, aku terus memandangnya yang sepertinya tidak nyaman. Ingin sekali aku menghampirinya, memeluknya dan membawa pergi keluar dari tempat sialan ini. Sejenak aku menyerahkan pengamatanku pada beberapa bodyguardku. Kakiku melangkah memasuki ruangan Presidential Suite. Terus melangkah masuk tanpa mengetuk pintu. “Brak!” “Wis bro, kau ini datang-datang mengejutkanku saja.” Ujar Dave, temanku. Aku menatap jijik kedua wanita yang mempersembahkan tubuhnya untuk Dave, mereka benar-benar sangat memalukan! Sangat jauh berbeda dengan Nadiaku yang cantic, pintar dan sopan. Lewat tatapan matanya, aku tahu jika Dave mengerti ketidak sukaanku, kemudian mengusir kedua wanita itu dengan tatapan matanya. “Aku ingin kau memperketat pengamananmu.” Ujarku sambil mendudukan bokongku yang terasa pegal karena sedari tadi berdiri mengawasi Nadiaku. “Maksudmu.” Kedua alis Dave sedikit menyatu. “Ais! Kau bilang anak sekolah di larang masuk kesini.” Jawabku kesal. “Iya, lalu?” “Aku melihat anak sekolah masuk kesini tadi.” Sentakku. Aku marah, karena kelalaian Dave membuat Nadiaku dan temannya itu bisa lolos dan masuk ketempat seperti ini. “Benarkah? Dimana?” Bukannya takut, Dave yang seperti mendapat daun segar langsung terkesiap. “Dave!” Suara bariton andalanku mampu membuatnya langsung terdiam. “Haha, baiklah. Sekarang aku tahu kenapa kau memberitahukan hal tak penting itu padaku sekarang.” Ujarnya membuatku jengah. Aku memang tak pernah tertarik pada perempuan manapun, Dave pernah memperkanlkanku pada wanita dengan berbagai kriteria. Namun aku tetap tidak mau, hati dan tubuhku menolak. Hanya pada Nadia saja, tubuh dan hatiku langsung merespon cepat. Apalagi ketika melihat semua kelebihannya, hal itu membuatku lebih yakin akan perasaanku. “Katakan! Gadis sekolah mana yang berhasil memikat hati seorang Rangga Prasetya?” Tantang Dave diiringi sedikit tawa. “Kau sentuh sedikit saja, kubunuh kau!” Hardikku padanya membuat dia semakin tertawa. Aku sangat tahu karakternya yang hiperseks, Dave rela melakukan segala cara demi bisa merasakan hal segar dan baru. Pria gila itu bahkan pernah memberikan setengah hartanya pada gadis virgin yang telah ia terkam ketika sedang bekerja di Clubnya, entah bagaimana nasib gadis malang itu sekarang. Tapi meski begitu, Dave memiliki sifat baik meski sedikit. Pria itu tak pernah absen memberikan donator ke panti jompo dan dhuafa yang membutuhkan sumbangsinya. “Buahahahaha.” Tawa Dave menggema mengisi seluruh ruangan. Sepertinya, hardikku terdengar seperti ocehan comedy baginya. Sial! Dave menertawakanku. Aku tahu, dia pasti sangat senang mengejekku karena akhirnya aku kalah. Aku termakan ucapanku sendiri tentang jika aku tidak akan menyukai gadis manapun. Jengah dan kesal ditertawakan, aku beranjak, melenggang pergi dengan langkah lebar, diiringi tawa Dave yang tak kunjung berhenti. Sial! Kenapa aku menjadi bodoh seperti ini! Aku kembali dan tidak mendapati Nadia ditempatnya. Aku menatap bodyguardku tajam. “Nona Nadia berjalan ke belakang ruangan tuan.” Jawabnya yang tersambung di eraphone telingaku. “Bodoh!” Aku sangat marah, bisa-bisanya mereka membiarkan Nadiaku berjalan sendiri kebelakang. Bagaimana jika ada yang menggoda dan mengganggunya. Ah! Emosiku selalu saja tak stabil setiap kali berkaitan dengan Nadia, gadis itu! dia benar-benar berhasil membuat hatiku ketar-ketir. Bagaimana jika aku melakukan malam pertama dengannya, aku mungkin bisa jungkir balik saking senangnya. Arghh! Rangga bodoh! Apa yang kau fikirkan! Aku bernafas lega ketika mengetahui gadisku aman, dia sedang menyusuri lorong. Aku yakin Nadiaku hanya ingin istirahat di tempat damai dan tenang. Aku menatap wajahnya cantiknya berkerut. Ada apa? Baru saja aku ingin lebih melangkah, aku mendengar suara aneh. Tapi aku tidak peduli, mata dan telingaku hanya fokus pada wajah cantiknya kemudian turun pada bibir kecilnya yang merah. Baru saja fikiranku hendak travelling, tiba-tiba … Prang! Aku terkejut bercampur panik ketika Nadiaku menjatuhkan gelas yang ia genggam, aku lebih melangkah dan mendapati siswa yang kutahu namanya Vian sedang berbuat m***m dengan teman Nadia yang tadi datang bersamanya. Mereka Nampak terkejut dan kelimpungan ketika Nadiaku memergokinya. Arghh! Kurangajar. Kelakuan jijik kalian mengotori mata Nadiaku. Tanganku mengepal apalagi melihat wajah Nadiaku yang sudah menangis. Tapi tunggu, aku mendengar ucapan mereka. Bahkan sangat jelas. “Katakan padaku jika kamu percaya padaku, percayalah Nad aku hanya milikmu.” Tutur Vian sambil menggoyang-goyangkan lengan Nadiaku. Jadi pria itu, pria b******k itu kekasih Nadiaku? Tanganku semakin mengepal kuat, disaat aku tertarik dan suka pada gadis tapi dia telah mempunyai kekasih dan sialnya kekasih tak tahu di untung itu malah berselingkuh dengan sahabat Nadiaku sendiri. Aku bisa merasakan bagaimana hancurnya hati Nadiaku. Langkah lebarku bergerak menghampiri mereka. Plak! Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD