Asisten rumah mewah Tuan Arion datang membawakan air mineral untuk Nyonya besarnya yang tampak sangat lelah. Kemudian, Tuan Arion memberikan gelasnya kepada Mama agar segera dinikmati.
"Sebentar lagi, kita jalan ya!"
"Iya, Ma."
"Minggu yang penuh keinginan. Setelah sekian lama, baru kali ini Mama merasakan semangat yang luar biasa. Seperti masih muda, mungkin karena Mama inginkan cucu."
"Mama ini, ada-ada saja. Lagian, Arion ini masih muda, Ma."
"Kamu memang masih muda, Nak. Tapi tidak dengan Mama. Mungkin saja besok atau lusa, Mama akan tiada. Tapi sebelum semua itu terjadi, Mama sangat ingin memegang jari-jari mungil cucu Mama. Mengertilah, Arion!"
"Mama jangan bawa-bawa kematian dong, Ma! Arion nggak suka." Tuan Arion duduk di samping mama sambil memegang tangan kiri beliau. "Arion yakin, Mama akan hidup lama dan bahagia."
"Amin. Terimakasih, Arion."
"Sebaiknya, kita jalan sekarang yuk, Ma! Atau Mama mau makan siang dulu?"
"Di sana aja, Mama takut gendut."
"Mama, ada-ada saja."
"Mama sangat bahagia sejak kemarin karena kamu bersedia banyak bicara dengan Mama, Arion. Tidak seperti biasanya."
"Ma, mulai sekarang Arion janji untuk memberikan Mama waktu dan banyak hal lainnya agar Mama selalu ceria dan bahagia."
"Iya, Sayang. Sebaiknya, kita pergi sekarang!"
"Ayo, Ma."
"Kamu terlihat sempurna, Arion."
"Siapa dulu? Anak Mama Milea." Tuan Arion terus memuji mamanya yang beberapa tahun belakangan ini tidak pernah mendapatkannya.
Perjalanan dari rumah ke lokasi arisan cukup jauh. Tapi semua itu tidak lagi terasa karena percakapan diantara keduanya terus bergulir dalam canda tawa yang manis serta hangat.
Mata Mama terus berbinar-ninar dan Tuan Arion pun menyadari kesalahannya selama ini. Ia terlalu sibuk dengan diri dan hatinya sendiri, sehingga lalai pada wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan dirinya dengan cinta, kasih dan sayang.
"Di simpang lampu merah depan, kita belok kanan. Rumahnya yang pagar putih besar itu, Arion." Mama mulai menunjuk ke arah rumah mewah di pinggir jalan dengan pagar besar berwarna coklat keemasan.
"Iya, Ma."
Setibanya di dalam pagar rumah yang sudah terbuka lebar, Tuan Arion dan mamanya turun dari mobil mewah berwarna merah dan langsung disambut hangat dengan pemilik rumah yang tampak sangat antusias.
"Jeng, apa kabar? Sudah lama ya kita nggak ketemu?"
"Iya, benar. Terakhir, bulan kemarin waktu acara arisan juga." Mama menjawab dengan senyum yang lebar sambil menggandeng Tuan Arion.
"Duuuh, siapa ini? Ganteng banget."
"Pasti Jeng Mitha lupa kan? Ini Arion kecil yang dulu sering saya bawa kemana aja."
"Ohhh, ya ampun. Kamu sudah besar dan tampak luar biasa." Nyonya Mitha tampak benar-benar mengagumi sosok Arion yang memang sangat rupawan. "Casandra, Casandra, kemari, Sayang!"
"Casandra itu putrinya Tante Mitha, Sayang. Dia sangat cantik dan merupakan seorang dokter ahli kandungan. Usianya sekitar 26 tahun," jelas Mama yang mulai melancarkan aksinya.
"Bener banget, Arion. Casandra itu sudah putus dari pacarnya dua bulan yang lalu. Coba deh kamu ngobrol-ngobrol sama Casandra. Mana tahu cocok?!"
"Baik, Tante." Tuan Arion berusaha menjaga sikapnya agar tetap sopan dan tidak mempermalukan mamanya.
"Makasih ya, Arion," ucap Mama setengah berbisik karena sepertinya Mama tahu bagaimana perasaan Arion yang sesungguhnya. Yang paling membuat Mama bahagia adalah Tuan Arion berusaha untuk bersikap sopan, walaupun tidak suka.
"Semua buat Mama." Arion tersenyum sambil mengikuti arah langkah Tante Mitha yang terlihat sumringah atas kedatangan teman kaya raya plus putranya yang tampak sempurna.
"Ada apa, Ma? Saya sedang menyiapkan makannya."
"Soal itu, biar menjadi urusan Bibi. Kamu temani saja Arion untuk berkeliling melihat pemandangan dan mengobrol lah!"
Casandra melihat Arion dengan pandangan mata yang teduh sambil tersenyum. Wanita yang satu ini, tampak berbeda dengan wanita lain yang biasa Tuan Arion temui. Hal itu membuatnya sedikit merasa nyaman dan bersedia untuk melakukan keinginan para mama mereka.
"Kita ke taman bunga?"
"Baiklah."
Perjalanan kecil dimulai. Casandra ternyata adalah wanita yang pemalu, sementara Tuan Arion merupakan laki-laki yang sedikit bicara dan kaku. Cukup lama berjalan bersama, keduanya masih memilih diam dan hanya berkeliling saja.
Setelah 25 menit melihat-lihat pemandangan, Tuan Arion memutuskan untuk angkat bicara. Sebagai seorang laki-laki dewasa dan berpengalaman, ia harus bisa mengambil sikap atas segala situasi.
"Sudah berapa lama bertugas menjadi seorang dokter?"
"Dua tahun, Mas."
"Bagaimana rasanya?"
"Tergantung."
"Hemh," sahut Tuan Arion karena ia mulai bingung untuk melanjutkan pertanyaannya. Menurutnya, mungkin Casandra sedang tidak ingin mengobrol.
"Kalau bayi dan ibunya sehat, sejak hamil hingga melahirkan, rasanya bahagia sekali. Tapi kalau tidak, saya pun dapat merasakan kesedihan nya. Terkadang ada yang sangat sulit punya anak, tapi saat diberikan rezeki itu, malah harus kehilangan lagi."
"Meninggal dunia?"
"Iya, meninggal saat melahirkan. Atau bayinya yang meninggal sesaat setelah dilahirkan."
"Hemh, pekerjaan yang berat dan sulit."
"Iya, Mas. Saya sering sekali melihat perjuangan seorang wanita ketika sedang melahirkan dan semua itu membuat saya sulit untuk membantah, apalagi melawan perkataan Mama. Walaupun harus menderita karena cinta dan kerinduan." Casandra mulai terbuka tentang hatinya. Sepertinya Tuan Arion pun memahami perasaan Casandra dengan baik.
"Kamu bisa mengatakan dan menceritakan apapun kepada saya, Cas!"
"Tapi kita baru saja berjumpa."
"Apa salahnya?"
Casandra menundukkan kepala dan menarik napasnya dalam. Tak lama, ia mulai menceritakan tentang perjalanan cinta dan hidupnya kepada Arion. Entah mengapa, wanita pemalu yang satu ini, merasa aman dan nyaman ketika mengatakan semuanya kepada Arion. Ia seperti bertemu sosok kakak laki-laki yang sangat ia inginkan sejak dulu.
"Lama juga ya kalian pacaran? Lalu apa masalahnya?"
"Mama tidak suka karena secara finansial, menurut mama dia tidak mampu untuk memberikan saya kemewahan seperti yang sudah papa dan mama berikan kepada saya selama ini. Padahal, hidup bukan hanya soal harta maupun tahta. Uang bisa dicari, tapi cinta yang setulus hati belum tentu, Mas. Tidak semua orang memilikinya."
Tiba-tiba Tuan Arion kembali mengingat wajah Alexa dan cintanya dulu. Bagaimana Alexa mengasihi dan menyayanginya. Tapi apa yang terjadi? Tuan Arion membalasnya dengan dusta.
"Saya bisa memahaminya, Cas."
"Benarkah?"
"Ya. Dulu, saya juga pernah memiliki seseorang yang begitu tulus mencintai saya. Walaupun sebenarnya usia gadis tersebut masih sangat muda. Tapi dari caranya menatap dan menyentuh, saya dapat merasakan perbedaannya dengan ketika saya bersama dengan perempuan lain saat ini. Padahal waktu itu saya masih bukan siapa-siapa dan tidak pernah memberikannya sesuatu yang berharga."
"Hemh, pengalaman yang berharga," sahut Casandra yang tampaknya memiliki hati yang lembut.
"Sekarang ini, rata-rata wanita yang mendekati dan ingin bersama saya, hanya mereka yang menginginkan sejumlah uang dan juga kepuasan, tidak lebih. Saya dapat merasakannya."
"Lalu dimana gadis itu?"
"Sampai saat ini saya belum bisa menemukannya."
"Maksud, Mas?"
Tuan Arion mulai menceritakan segalanya kepada Casandra. Entah bagaimana bisa terjadi. Yang jelas, saat dihadapan Casandra, Tuan Arion bisa mengeluarkan segala isi hatinya. Ia seperti merasa memiliki seseorang yang bisa dipercaya dan mengerti dengan perasaannya.
"Sakit sekali," sahut Casandra yang tiba-tiba tampak ingin menangis. "Siapa namanya, Mas?"
"Alexa. Namanya Alexa," jawab Tuan Arion sambil menatap langit yang tinggi dan luas.
"Apa yang akan Mas lakukan jika bertemu dengan dirinya?"
"Saya akan bersujud demi sebuah kata maaf darinya. Saya juga akan meyakinkan dirinya bahwa selama ini, hanya dialah satu-satunya wanita dan cinta di dalam hidup saya."
"Bagus, kamu harus berjuang, Mas."
"Kamu juga ya, Cas. Jika kamu butuh bantuan saya, hubungi saja! Ini nomor pribadi saya."
"Makasih, Mas."
"Sama-sama. Mulai saat ini, kita bersahabat?"
"Sahabaaat," sahut Casandra yang baru pertama kali tertawa lebar setelah hampir 50 menit mengobrol dengan Tuan Arion.
Bagaimana wanita berwajah cantik seperti ini bisa kehilangan cahaya di wajahnya akibat kehilangan cintanya? Apakah saat itu, Alexa juga merasakan hal yang sama? Ia menderita dan kehilangan senyumnya? Tanya Tuan Arion di dalam hati sambil terus menatap Alexa yang tampak berbeda.
Jika saat saya bertemu dengan Alexa, tapi dia sudah memiliki suami. Maka saya mungkin akan menjadi semakin gila. Tapi kalau hanya kekasih, saya akan berjuang keras untuk mendapatkannya. Kali ini, saya tidak main-main.
Banyak yang mengatakan, kamu tidak akan menyadari berharganya apa yang kamu miliki sebelum kamu kehilangan. Faktanya, kamu tahu persis apa yang kamu miliki dan kamu hanya perlu berpikir bahwa kamu tidak akan pernah kehilanganya jika bisa menghargainya. Cinta sejati itu bukan perasaan yang mudah dan tidak bisa dibeli dengan harta maupun tahta.
Bersambung.