“Lama amat, Bas? Hampir setengah jam.” “Kita berangkat sekarang,” ajaknya pada Arafan. Ia mengambil kembali tas kerjanya. Abbas beralih menatap Hanania. “Hana, tolong tetap di rumah ini sampai kami kembali.” “Ya?” “Tetap di sini sampai kami kembali.” “Apaan, Bas? Lo ngomong apa?” protes Arafan. Yang menjadi suami Hanania itu dirinya tapi mengapa yang berpamitan justru sahabatnya. “Kita berangkat sekarang, Fan. Gak ada waktu.” “Iya berangkat tapi gak bilang gitu juga ke istri aku, Bas.” “Udah, Mas gak apa-apa,” timpal Hanania. Mungkin Abbas hanya khawatir terjadi hal-hal yang kurang diinginkan di rumah besar ini. “Suamimu aku lho, Nin,” prot