Pagi terasa lama bagi Hanania yang sulit memejamkan mata. Ia juga memilih bungkam dan tidak membahas apa-apa dengan sang ibu. Fokusnya adalah tentang bagaimana cara memberikan kehidupan terbaik untuk Hira nanti. Hanania sudah bersiap dengan baju bebas serta tas berisi perlengkapan bayi mereka. Ia juga sudah menghubungi Bu Ranti serta menanyakan apakah suaminya benar-benar pulang atau tidak. Namun, jawaban Bu Ranti membuatnya cukup tersentak. “Sudah, Han?” Hanania mengangguk. “Sudah, Bu, tapi Mas Arafan gak bisa dihubungi.” “Kita pesan taxi online saja. Andara bisa pesenin.” “Gak apa-apa, Bu?” “Gak apa-apa. Mungkin suami kamu lagi sibuk, Han.” Hanania mendesah. Ia takut salah melangkah. Rasanya kepala